All Chapters of Wanita Sang Presdir: Chapter 81 - Chapter 90
212 Chapters
Perubahan Rencana
"Hah? Apa ini??" Angeline ternganga melihat dokumen yang diantar ke kantor oleh kurir khusus pagi ini. "Kenapa? Bukankah kamu mau mempercepat pernikahan?" Nathan tersenyum geli terhadap reaksi wanitanya. Dokumen yang masih tertata rapi dalam map tebal tersebut mencantumkan nama mereka berdua dengan status suami istri di catatan sipil. Angeline mengambil selembar dan membaca semua tulisan yang ada, dua kali. "Dokumen ini sah. Secara hukum kita sudah menjadi suami istri," ucap Nathan. "Tapi ... bagaimana urusan dengan wedding organizer?" tanya Angeline yang masih merasa setengah bermimpi. "Pesta tetap berlangsung pada tanggal yang sudah ditetapkan. Aku bahkan sudah mengirimkan satu undangan untuk Gabriel." Angeline kembali terbengong. Memang, dia ingin mempercepat pernikahan agar Gabriel tidak memiliki kesempatan untuk menghalangi, hanya saja dia tidak menyangka Nathan akan bergerak lebih cepat dari perkiraannya. "Aku tidak mau memberi kesempatan pada Gab
Read more
Saat Pertama Angeline
Nathan membelai lembut wajah Angeline. Wajah cantik itu merona malu setelah mengungkapkan sedikit kesediaannya. Akan mudah bagi Nathan untuk melakukan sekarang juga, tapi dia ingin segalanya berkesan. Dia tidak ingin gegabah hingga mengakibatkan sesuatu yang tidak diinginkan. "Kamu terburu-buru?" goda Nathan. "Tidak! Kata siapa? Aku cuma bilang ... Bukan, cuma tanya!" kilah Angeline. "Apa yang kamu tanyakan tadi? Aku kurang mendengar?" Angeline menatap tidak percaya. Lelaki ini sedang menggodanya? Padahal dia baru saja mengatakan hal penting? "Ah, lupakan saja. Lebih baik aku lari mengelilingi pulau," gerutu Angeline. Lelaki itu terkekeh. Reaksi Angeline terlihat menggemaskan baginya. Dengan satu gerakan Nathan mendorong wanitanya rebah dan mengungkungnya. "Kamu benar, Baby Girl. Bercinta tidak harus dilakukan di malam hari," bisik Nathan. Angeline mengejapkan mata. Jantungnya berdebar kencang, terutama karena Nathan memangkas jarak di antara mereka
Read more
Jeremy dan Gabriel
Meskipun secara teknis kedua petinggi Golden Yue Group sedang cuti, tapi Gabriel dan Mike tetap memantau bisnis mereka yang berpusat di Macau. Apa pun dapat dilakukan di jaman serba modern ini. Apartemen mewah dua lantai yang mereka sewa selama satu bulan pun disulap menjadi kantor sementara. Gabriel duduk termenung di balkon dengan undangan pernikahan Angeline di tangan. Masih ada perasaan tidak rela karena dia tidak berhasil mendapatkan putrinya, sementara Nathan berhasil. Nathaniel Wayne, putra konglomerat yang memiliki masa lalu buruk tidak akan pernah masuk dalam kualifikasi sebagai menantu idaman. Namun, Angeline telah memilih. Gabriel tidak dapat berbuat apa-apa karena pasangan muda itu telah menjadi suami istri yang sah secara hukum. Lagipula Angeline belum menerimanya sebagai ayah, punya hak apa dia untuk memisahkan mereka? "Hei, Pa. Sampai kapan kamu mau memegangi undangan itu? Jangan sampai alamatnya luntur terkena gesekan tanganmu." Mike menghampiri ayahnya
Read more
Kembali ke Kantor
Senin pagi. Tidak ada yang berbeda kecuali status kedua orang yang berada dalam ruangan Presiden Direktur, yaitu pasangan yang baru kembali dari bulan madu di Maldives. Tidak bergeser dari kebiasaannya sebagai seorang asisten pribadi, pagi-pagi sekali Angeline sudah menyediakan secangkir teh Inggris dan sekotak roti lapis buatan sendiri. Ketika Nathan turun ke kantor, hal pertama yang dia lakukan adalah memberikan ciuman selamat pagi. "Ehm ... Good morning." Angeline tersenyum simpul. "Kupikir kamu akan kembali ke atas ... ternyata tidak," lirih Nathan. Angeline tertawa kecil, "Bulan madunya sudah selesai, Pak. Sekarang kembali ke dunia nyata. Meeting sudah antre menunggu giliran tuh." "Biarkan mereka menunggu. Tidak ada yang lebih penting dari istriku." Dengan mudah Nathan mendudukkan tubuh mungil itu di atas meja. "Nathan! Nanti ada orang masuk!" protes Angeline. "Tidak ada yang akan masuk tanpa kuijinkan, Baby Girl." Nathan tersenyum menggoda. "Janga
Read more
Membujuk Angeline
"Menurutmu dia akan berbaik hati?" tanya Gabriel. "Setelah bingkisan yang kita kirimkan? Kurasa dia akan memikirkannya, Pa." Mike menyeringai. Gabriel melirik, "Maka dari itu kau harus menemuinya terlebih dulu untuk menjelaskan selusin lingerie yang kau kirimkan." "Papa tahu? Astaga, kupikir aku sudah cukup hati-hati menyembunyikan jejak pemakaian kartu kredit!" Mike tertawa. "Masih bisa tertawa?" Gabriel menekan pelipis. "Oke, oke, aku akan ke sana! Tenang saja, oke? Akan kupastikan dia mau bicara denganmu!" Mike mengangkat kedua tangan sebelum sang ayah melemparnya dengan sandal. "Pastikan kau membuat janji dulu dengannya!" seru Gabriel sebelum Mike menghilang di balik pintu. Sementara itu di gedung Wayne Group ... Suasana damai di ruangan Presiden Direktur terusik karena Angeline baru saja bersin tiga kali berturut-turut. Nathan yang sedang melakukan video call dengan entah siapa sedikit tercengang. Dia segera mengakhiri percakapan jarak jauh ter
Read more
Berpikir Matang
Sejenak Nathan menatap meja Angeline. Berminggu-minggu terbiasa melihat permukaan meja yang rapi membuatnya mudah menangkap bahwa ada hal yang berbeda di sana. Karena penasaran dia berjalan ke meja tersebut, mumpung pemiliknya sedang tidak berada di tempat. Nathan mengambil sebuah bingkai foto kecil yang diletakkan di sisi kanan meja. Foto mereka berdua? Nathan mengernyit. Dia tidak ingat kapan foto ini diambil. Pose mereka menunjukkan bahwa hanya Angeline yang sadar kamera, sedangkan dirinya sedang menatap ke arah lain. Hal lain yang menarik adalah mereka terlihat bahagia. Nathan tersenyum. "Kamu tidak akan percaya apa yang harus kamu lakukan hari ini! Meeting lagi!" Angeline masuk ke ruangan dengan sebuah tablet di tangan. "Oh ya? Itu makananku setiap hari." Nathan melirik sekilas kemudian kembali memperhatikan meja, siapa tahu menemukan hal tidak biasa lainnya. Angeline terkesiap. Dia berlari mendekat dan berusaha mengambil bingkai foto dari tangan Nathan, tapi
Read more
Perlawanan Lily
"Sayang? Jeremy? Di mana kamu simpan kalung berlian pink itu? Aku membutuhkannya untuk arisan besok siang," tanya Lily yang sedang membongkar kotak penyimpanan perhiasan di kamar Jeremy. Jeremy yang sedang berselonjor di tempat tidur tidak menanggapi. Matanya asyik melihat entah apa di handphone. "Sayang? Kenapa banyak perhiasan yang hilang? Pelayan-pelayan kita tidak mencurinya, kan?" Lily mengernyit. Secara mental dia mengingat beberapa titik kosong dalam kotak penyimpanan. "Jangan asal tuduh! Mereka pelayan setia yang sudah bekerja belasan bahkan puluhan tahun. Tidak mungkin mencuri," ketus Jeremy. Lily melirik sebal. Lelaki yang dulu gagah dan tampan ini sekarang sudah jadi lelaki tua menyebalkan. Hanya satu yang tidak berubah, yaitu kesukaannya bermain wanita. Meskipun muak, Lily terus berusaha bersikap manis. Entah berapa lama lagi dia harus bertahan sampai seluruh harta warisan jatuh ke tangannya dan Rico. "Oh, begitu. Benar juga ya? Lalu kamu simpan di
Read more
Malam yang Panjang
Jika bisa bicara, cermin tinggi yang berdiri angkuh itu pasti akan menguap bosan karena melihat Angeline terus berganti pakaian. Apa penyebabnya? Dari sekian banyak pakaian yang ada di lemari, tidak ada satu pun yang dirasa cocok untuk makan malam dengan Gabriel. "Pilihlah sesuatu, Baby Girl. Kalau tidak malam akan segera berlalu," goda Nathan. "Entahlah. Sulit sekali menemukan yang bagus, tapi tidak terlalu bagus!" Angeline mendengkus frustasi. Dia memutar tubuh melihat bayangan dirinya yang memakai kaos rajut turtle neck hitam dan rok jeans selutut. "Itu cukup baik," ujar Nathan. "Tidak terlalu manis?" Angeline mengernyit. "Apa pun yang kamu pakai terlihat manis bagiku. Membuatku ingin melepasnya satu persatu dan—" "Nathan!" "Cepatlah tentukan pilihan sebelum aku benar-benar melakukannya," ancam Nathan. "Kamu nih. Ya sudah, ini saja deh." "Akhirnya." Angeline melontarkan tatapan sebal. "Santai, Baby Girl. Kamu tidak akan bertengkar den
Read more
Menangani Masalah
"Aneh ya? Satu minggu menjelang pesta pernikahan kita malah terjadi hal-hal aneh. Untung kita sudah lebih dulu meresmikan hubungan." Angeline menelusuri tato di dada Nathan dengan jarinya. "Hmm ...." Lelaki itu menikmati rasa yang timbul akibat sentuhan Angeline. "Untung ayahmu tidak apa-apa." "Dia punya sembilan nyawa," cetus Nathan. "Memangnya kucing? Berarti kamu apa? Anak kucing?" Angeline tertawa. "Anak kucing? Manis sekali?" Angeline tersenyum geli, "Sebenarnya kamu manis kok, cuma sering berlagak jadi penjahat saja." Nathan tertawa kecil. Belum pernah ada orang yang mengatakan dirinya manis, kecuali sang ibunda. Hatinya terasa hangat. Heran karena mendadak hening, Angeline mendongak untuk melihat apa yang terjadi. Dilihatnya Nathan bersandar dengan mata terpejam. "Nath?" Tanpa kata terucap lelaki itu menyurukkan wajah ke ceruk leher Angeline, bersandar sepenuhnya pada si wanita. Lengan Nathan memeluk erat tubuh mungil itu, berhati-hat
Read more
Sedikit Mabuk
Rumah besar terasa kosong dengan kepergian Lily dan Rico. Para pelayan yang dikumpulkan di dapur tidak berani bergerak sebelum ada perintah. Suasana yang hening mencekam membuat suara langkah kaki Nathan terdengar jelas. Kedengarannya lelaki itu sedang mengamati seisi rumah. Nathan masih hafal setiap sudut rumah yang ditinggali sejak lahir ini. Dia masih ingat jelas ibunya selalu meletakkan vas berisi bunga segar di setiap ruangan, khususnya di kamar utama. Sayang sekali segala usaha tersebut tidak mampu menyingkirkan kebiasaan buruk Jeremy terhadap wanita. Nada dering handphone memecah keheningan. Nathan bisa menebak pasti Angeline yang menelepon. Dia segera menjawab panggilan tersebut. "Hai, sudah pulang?" tanya Nathan. "Belum. Aku masih di rumah sakit, baru mau pergi. Kamu masih di rumah Jeremy?" Suara Angeline terdengar ceria. "Ya, aku baru membereskan sesuatu. Gabriel masih bersamamu?" Jeda sesaat sebelum Angeline menjawab, "Emm ... ya." "Kalau beg
Read more
PREV
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status