All Chapters of Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Chapter 11 - Chapter 20
129 Chapters
Bab 10 - Geliat Panas dalam Dada
"Damn it!" Axel hendak menggebrak meja dan melangkah tergesa keluar ruangan. Ia nyaris kehilangan kontrol tepat ketika dirinya dan Mysha bersirobok. Axel menarik napas panjang dengan sangat perlahan. Nyaris tak terlihat. Ia berusaha memadamkan semua kemarahan yang sempat berkobar di dadanya. Rahang yang sedari tadi kaku, kini sudah kembali tenang. Axel berjalan dengan tegap keluar ruangan. Pandangan matanya begitu dingin seolah bisa membunuh seseorang dengan tangannya sendiri. Langkahnya begitu cepat tapi tak terlihat terburu-buru. Bulu kuduk Mysha meremang. Ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Ini baru pertama kali Mysha merasa tekanan yang menakutkan alih-alih pikiran liar mendominasi. Wanita itu berjalan tergesa meski ia bisa merasakan aura mengerikan menguar. Semoga saja tidak terjadi apa-apa. Mysha terus berdoa di dalam hati. Axel bahkan tidak memedulikan larangan sekretaris William ketika menerobos masuk ke ruangan. Membuka pintu lebar-lebar tanpa peduli untuk menutupnya k
Read more
Bab 11 - Debaran yang tak Tertahan
Mysha terdiam ketika mobil sedan putih membelah jalanan New York. Wanita itu menenggelamkan dirinya ke dalam lautan warna-warni lampu kota yang berlari dari balik jendela, membiarkan pikirannya melayang, berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tangannya tanpa sadar memeluk diri lebih erat. Axel memaksanya untuk ikut ke Bangkok dan Michael membelanya. Perdebatan mereka membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Setiap perkataan yang terlontar membuat Mysha menahan diri untuk tidak berharap lebih. Axel membutuhkan dirinya. Mengulang kata-kata itu dalam kepala membuat desiran di dadanya makin menjadi dan telinganya terasa hangat. Benarkah yang dikatakan oleh Axel? Apakah pria itu membutuhkan dirinya sebagai wanita atau sebagai General Manager? Mysha menutup mata erat, berusaha mengusir ilusi bahwa Axel mencintainya. Dari perlakuan pria itu, lebih tepat bila Axel hanya ingin memiliki tubuhnya. Demi Tuhan! Getaran gairah langsung menjalar ketika Mysha membayangkan dirinya ber
Read more
Bab 12 - Gairah, Hasrat, dan Harapan
"DAMN!" Axel memaki kebodohannya. Setelah selesai bicara dengan William dan membereskan dokumen-dokumen penting yang diperlukan di Bangkok, Axel buru-buru mengendarai mobilnya. Tentu saja bukan untuk langsung kembali ke apartemen. Entah hal apa yang memicunya, tiba-tiba ia sudah berada di area parkir apartemen Mysha. Buat apa malam-malam ia pergi ke apartemen Mysha? Memintanya menjelaskan detail profit analysis planning jelas hanyalah kamuflase. Axel sedang tidak mood untuk melampiaskan hasratnya dengan wanita lain. Ia mulai bosan dengan tipikal wanita di sekelilingnya yang dengan senang hati melemparkan diri kepadanya. Mysha berbeda. Gadis itu berani menolak, bahkan menamparnya. Padahal sangat jelas gairah yang membara di mata gadis itu, tapi dia mampu memegang kendali dirinya. Dan itulah yang membuat egonya sebagai pria tertantang untuk menaklukkan gadis itu. Sayang kedatangannya di sana benar-benar tidak tepat waktu. Mood yang sudah jatuh akibat pertengkaran di kantor dengan Micha
Read more
Bab 13 - Peluh Membasah Tubuh
Mysha tertegun melihat benda yang ada di tangannya. Dalam kotak beledu indah, napasnya tercekat, tidak menyangka akan mendapat benda tersebut. "I-ini untukku?" tanya Mysha, tangannya gemetar menyentuh garis halus anting emas berukiran rumit khas Thailand. Ada giok berbentuk ular melingkar di tengahnya. Ego Axel melambung membuat ujung bibir berkedut menahan senyum. Taktiknya kali ini berhasil. Tidak ada wanita yang tidak menyukai perhiasan, bunga, dan coklat, termasuk Mysha yang selama ini sulit ditaklukkan. Pria itu dapat melihat sorot kagum dan gembira di mata emas Mysha, dalam hati merekam baik-baik ekspresi wanita yang selama beberapa hari terakhir memenuhi pikirannya. Kali ini dia pasti berhasil. Axel tidak menjawab. Dia hanya mendorong kotak itu lebih dalam ke genggaman Mysha, tetap mempertahankan wajah dinginnya. Namun tiba-tiba dia tersentak, ketika Mysha mendorong kembali kotak merah dengan ukiran perak yang menunjukkan pengrajin pembuatnya. "Aku tidak bisa menerimanya," u
Read more
Bab 14 - Harga Diri yang Terluka
Selesai menutup telepon dari William, Axel segera membereskan dokumennya. Slide presentasi telah siap. Profitabilitas, Payback Period, Break Even Point, dan Return on Investment sudah dihitung dengan cermat. Analisis investasi juga telah dibuat selengkap-lengkapnya. Menurutnya kali ini CLD benar-benar mempertaruhkan citranya demi menggaet Nathanael Willoughby. Namun, jika proyek ini berhasil, CLD akan menjadi kekuatan bisnis properti dunia yang lebih disegani. Axel dan William yakin, proyek ini akan sukses. Dokumen-dokumen sudah disalin ke dalam CD yang berisi proposal investasi lengkap, mulai dari company profile, struktur organisasi, produk yang akan dikembangkan, target market, sampai dengan analisis investasi dan profitabilitasnya. Seharusnya Axel merasa lega, karena di balik emosinya yang sedang menggelegak, ia dapat mengendalikan semua pekerjaannya dengan baik. Namun entah mengapa, masih ada ganjalan di hatinya. Sepertinya ia terpengaruh dengan kata-kata William sebelum mengak
Read more
Bab 15 - Emosi yang Terkendali
Mysha membaca doa sekhusyuk yang ia mampu sebelum memasuki ruangan rapat. Wanita itu duduk dengan kaku di kursi yang disediakan. Rambut yang digulung atas dengan model sedikit acak membuatnya tak percaya diri. Berkali-kali ia berusaha merapikan rambutnya. Rasanya penampilannya begitu sederhana dibandingkan kedua atasannya yang terlihat begitu berkelas. Namun, ternyata William bisa membaca kegundahan Mysha dan mengizinkan wanita itu merapikan rambutnya sebelum Mr. Willoughby dan rombongannya tiba dalam tiga puluh menit ke depan. Tidak sampai sepuluh menit, Mysha sudah kembali dengan tatanan rambut yang lebih rapi dan elegan. Ia mengepang dua rambutnya sebelum menggulungnya ke belakang sehingga terlihat lebih berkelas. Ia bersyukur sudah menguasai banyak tatanan rambut untuk berbagai acara. Salah satu yang membuatnya menghemat pengeluaran karena tidak perlu ke salon saat menghadiri pesta. Setelah kembali duduk dan menyesap sedikit air putih yang terhidang, Mysha berhasil menenangkan d
Read more
Bab 16 - Ganjalan dalam Dada
Mysha menahan napas ketika Axel menyentuh garis wajahnya, berusaha menenangkan jantung yang sudah melompat liar. Axel menjadi berani karena kesalahan ucapnya barusan. Mysha mengutuki diri dan membungkam pikiran liarnya ketika Axel mendekat. Aroma musk yang maskulin masuk tanpa permisi ke indra penciumannya, membuat kaki perempuan itu lemas. Ingin sekali dia bersandar pada dada bidang di hadapannya. Ketika Axel menunduk dan mengecup pipinya pelan, Mysha menutup mata sementara napasnya berlomba. Sensasi geli menyebar dari pipi hingga ke seluruh tubuh ketika lagi-lagi pria itu berbisik pelan, penuh gairah, di telinganya. "You finally falling for me." Suara bariton itu seakan membelai seluruh tubuhnya, membuat helaan napas lolos dari mulut yang setengah terbuka. Mysha merasakan tubuhnya meremang, menginginkan pria arogan itu saat ini juga. Arogan. Kesadaran menghantamnya keras, membuat Mysha kembali fokus. Dia menjilat bibirnya yang kering dan menelan ludah, sebelum berkata, "Saya pe
Read more
Bab 17 - Menghabiskan Malam Bersama
Badai perasaan memorak-porandakan dinding pertahanan yang selama ini dibangun oleh Mysha. Badai dahsyat yang disebabkan oleh senyuman tulus pria arogan di sampingnya. Senyum yang baru kali ini dilihatnya. Andai saja bibir itu lebih sering melengkungkan senyum seperti itu, bukan hanya senyum formal saat bertemu calon investor. Benak Mysha kembali berkelana, kali ini ke suatu sabana. Hanya ada ia dan Axel, seperti saat ini. Mereka menghamparkan kain, berpikinik malam hari, berbaring menikmati hamparan gemintang di langit malam. Mysha akan bersandar di dada bidang Axel, lalu lelaki itu akan menunjukkan rasi-rasi bintang. Orion, Scorpion, dan Crux. Sementara Mysha berpura-pura paham, karena ia tak bisa menarik garis-garis khayal yang dibentuk oleh bintang-bintang itu. "Are you hungry? Setelah ini, kita cari makan dulu." Sura bariton Axel memecah lamunan Mysha dan menariknya kembali ke dunia nyata. "Eh, ehm... Baik, Sir. Terserah Anda saja," jawab Mysha dengan nada formal. Ia sedang beru
Read more
Bab 18 - Between You and I
Mysha menolaknya. Axel mengetuk-ngetukkan jari kesal di lengan sofa hitam berbalut kulit halus. Punggungnya diistirahatkan pada busa empuk sementara tangannya yang lain mengusap dagunya yang sengaja dicukur rapi. Dia sudah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian. Dengan satu set tuxedo hitam, kemeja putih dan vest serta dasi berwarna perak, membuat penampilan Axel makin gagah. Tidak sia-sia memiliki koneksi butik dan make up artist papan atas. Semua keinginan Axel dapat disediakan dalam sekejap. Pria itu menghela napas, melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Mereka akan terlambat. Mengutuki kekeraskepalaan Mysha yang menolak memakai gaun yang sudah dia pesan, pemilik butik terpaksa mengepas ulang pilihan gadis itu. Padahal, Axel yakin Mysha sangat cocok memakai gaun perak yang sudah disediakan. Gaun itu akan menonjolkan lekuk tubuhnya. CEO itu menelan ludah untuk memadamkan gairah yang sudah tersulut. Akhir-akhir ini pikirannya dipenuhi oleh Mysha
Read more
Bab 19 - Gaun Membakar Gairah
Mysha terjebak diantara Axel dan Michael, merasa tak nyaman melihat aura permusuhan kedua pria itu karena dirinya. Ia sungguh tak ingin terjadi keributan apa pun. Dengan takut-takut, Mysha memegang bahu Axel, berusaha menenangkan pria itu. Namun, Axel justru menepis tangan Mysha lalu membuatnya menyingkir hingga tersisa Axel dan Michael yang saling berhadapan. Mata kedua pria tampan itu berkilat menantang. Amarah yang bergelora seolah membakar tempat yang mereka pijak. Axel melayangkan tinjunya. Telapak tangan Axel yang terkepal hanya berjarak beberapa inci dari wajah Michael ketika seorang pria gagah berambut lebat berwarna cokelat menangkap tinjunya. "Hentikan! Sadarlah, kalian mulai menarik perhatian orang-orang. Apa kalian berani mempertaruhkan nama besar CLD karena ulah kalian?!" seru pria itu dengan suara dalam yang ditahan. Axel dan Michael menoleh ke arah sumber suara. "Will...?!" seru mereka bersamaan. Axel menurunkan tinjunya, meski masih menyimpan kekesalan. Ia tadi b
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status