All Chapters of Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Chapter 51 - Chapter 60
129 Chapters
Bab 50 - Tersibaknya Tirai Hati
William masih tak mengucap sepatah kata pun menghadapi cecaran pertanyaan Mysha. Pria itu tetap menyetir tanpa ada perubahan mimik wajah yang berarti, meski Mysha sempat menaikkan nada kepadanya karena kesal. Toh pada akhirnya ketenangan William yang menjadi pemenang. Mysha pun menyerah dan memutuskan diam seraya membuang pandangan ke luar jendela. Mobil yang ditumpangi mereka menerobos lalu lintas padat New York entah menuju ke mana.Sepanjang perjalanan yang ternyata memakan cukup banyak waktu itu, Mysha tak henti berpikir tentang bagaimana ia harus bersikap jika bertemu Axel. Apa dia akan mengamuk? Apa ia akan bahagia? Atau justru dirinya akan jatuh dalam tangis tak berkesudahan?Namun dari semuanya, ada satu pertanyaan yang menggantung di kepala. Mysha ingin memastikan perasaannya. Apakah ia masih mencintai Axel seperti dulu?Satu tahun sudah ia berjuang--sangat keras--untuk melupakan eksistensi seorang Axel Delacroix. Menghilangkan semua kepahitan
Read more
Bab 51 - Malam yang Tak Terlupakan
Mysha terperanjat, tak menyangka jika Axel akan langsung menolak permintaan tulusnya. Bagaimanapun Axel adalah orang yang pernah ia sayangi dan cintai. Tak mungkin ia bisa meninggalkan orang yang pernah begitu berharga dalam hidupnya berjuang seorang diri."Why?" tanya Mysha getir."Aku tak ingin waktu hidupmu dihabiskan untuk merawat dan melihatku menderita." Axel terbatuk lagi. Ia membuang wajah dari iris keemasan yang terpaku menatapnya."Kau pengecut!" ucap Mysha tegas.Ucapannya terbukti mampu membuat Axel kembali berpaling ke arah Mysha."Kau bahkan memilih lari dariku daripada membicarakan masalahmu. Membuatku berkubang dalam kesalahpahaman yang sengaja kauciptakan. Kepura-puraanmu adalah bentuk kepengecutanmu karena kau tidak mau aku melihat kelemahanmu! Egomu yang membuat kita berpisah." Mysha membiarkan kalimatnya menggantung. Ia tak mampu membendung air mata yang tertumpah akibat gumpalan emosi yang begitu menyesakkan dadanya. "
Read more
EPILOG
"Baik, Mike. Aku serahkan semua padamu, pastikan pengacara Axel melakukan bagiannya." Mysha berbicara melalui telepon selular sambil terus memperhatikan angka-angka di hadapannya. "Tolong sampaikan kepada orang tua Axel bahwa semua wasiat sudah dipenuhi. Terima kasih." Mysha menutup telepon lalu mematikan laptop lebih cepat dari yang seharusnya, berdiri, dan berjalan menuju ke jendela sambil merenggangkan tubuh. Wanita itu melepaskan kacamata dan memijat pelan keningnya yang penat.Dilihatnya langit senja kota New York dari ketinggian, gedung-gedung menutupi hampir seluruh pandangan, tapi Mysha tetap bisa menikmati keindahan warna merah yang membias. CEO itu menghela napas, sebelum memakai kembali kacamata berbingkai hitam hadiah ulang tahunnya yang ketiga puluh dari William. Dia menutup matanya sejenak mengingat hal-hal yang sudah berlalu.Rasanya masih seperti kemarin ketika dia memeluk tubuh Axel yang mendingin, menjerit histeris meminta pria itu kembali membuka mat
Read more
Extra Part 1 - Pembicaraan Malam itu
Axel berdiri termangu menatap sebuah pesta pernikahan yang sangat megah. Ia melihat Mysha berdiri dengan anggun dalam balutan gaun putih yang begitu cantik. Pria itu ingin memanggil namanya, tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokan.Ketika dirinya mencoba mendekat, hanya kabut gelap yang terus menghalanginya maju. Saat itulah terdengar suara yang berulang di telinganya. Lonceng gerejakah?Perlahan Axel terjaga dari mimpi buruknya.Suara bel membangunkan Axel yang tertidur di sofanya. Pria itu berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya sebelum bangkit berdiri.Sial! Mengapa ia selalu melihat Mysha dalam mimpinya.Wajah tanpa ekspresi itu muncul menghias interkom.William Davis.Untuk apa pria bernetra hijau emerald itu datang ke apartemennya? Apa ia juga ingin menghajarnya seperti yang telah Michael lakukan?Pintu terbuka dengan Axel yang tampak masih terkejut dan mempersilakan William masuk. Tak lama, keduanya sudah duduk saling
Read more
Extra Part 2 - Sebelum Menghilang
"Halo," sapa sebuah suara yang membuat Axel membuka mata.Pria itu memandang keheranan ke arah seorang pemuda yang memakai jubah hitam di hadapannya. Dia memandang sekeliling dan melihat Mysha menangis sambil meneriakkan namanya. Tak lama kemudian dia melihat William, berlari masuk ke dalam kamar perawatan di apartemennya dan memeluk Mysha, berusaha menenangkan wanita itu."Apa yang terjadi?" tanya Axel keheranan. Dia masih berada di kamarnya. Dia ingat, dia sedang berbicara dengan Mysha, lebih tepatnya wanita itu yang bercerita sementara Axel menutup mata karena lelah. Suara lembut wanita itu yang memenuhi indera pendengarannya dan tiba-tiba ketika dia membuka mata dia sudah berdiri berhadapan dengan orang asing. Dia tidak merasa pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya.Lawan bicaranya tidak langsung membalas. Dia mengangkat bahu. "Apakah kau siap meninggalkan dia?"Pemuda itu menggerakkan kepalanya, menunjuk dengan dagu ke arah Mysha yang sedang men
Read more
THE COLD BILLIONAIRE
Spin Off Pasionate CEO--------------------William Davis, lelaki tampan, kaya, cerdas, juga seorang presiden direktur sekaligus anak pemegang saham utama di Crown Land Developer.Banyak wanita antre untuk memperebutkan tubuh dan jiwanya. Sayang, William seolah membangun benteng di sekeliling hatinya yang tak mampu diruntuhkan. Jika banyak kisah menceritakan perjuangan wanita memperoleh lelaki sedingin Artik, pernahkah kita menanyakan bagaimana jika pria seperti itu jatuh cinta lebih dulu?Ataukah justru cinta mampu mengubahnya menjadi sosok yang panas dan menggairahkan? PROLOGOrang bilang aku pengecut karena menyerahkan cintaku pada orang lain.Mereka bilang aku penakut karena tak berani memperjuangkan cinta yang sudah kumiliki sejak lama.Mereka bilang aku bodoh karena percaya jika aku tetap bahagia, meskipun wanita itu bersanding dengan orang yang dicintainya. Lelaki yang bukan diriku.
Read more
Bab 2 - Cinta Masa Kecil
Musik ceria mengalun merdu dari pianis di sudut ruang pesta. Anak-anak berkumpul membentuk lingkaran, mendengarkan dongeng dari seorang pencerita. Sementara para orang tua berbincang-bincang santai sambil menikmati hidangan yang tersaji.Tidak ada yang menyadari si pemilik pesta justru sedang menantang tamu-tamu pengganggu.Caitlyn, gadis yang paling berpengaruh di antara ketiganya nyaris tak dapat mengendalikan tawa ketika Mysha merentangkan tangan di hadapannya seakan-akan anak kecil itu mampu melindungi William.Caitlyn maju beberapa langkah, mendekati Mysha. Gadis bermata keemasan itu sama sekali tak gentar. Pandangannya menyala menatap anak perempuan dengan rambut dikucir yang poninya sengaja digerai mengikal.“Berhenti, Cait! Sekali kau sentuh dia, maka kau akan menyesal!” William berkata tegas dari balik tubuh kecil Mysha.“Hei ... Rileks, Will! Aku tak mungkin bertengkar dengan anak kecil,” ujar Caitlyn santai. &ldqu
Read more
Bab 3 - Perpisahan Menyesakkan
"Mysh, kita harus pergi. Mom tidak ingin kita ketinggalan pesawat," bujuk Marry Johannson. Mysha bersembunyi di balik punggung William dan masih menangis keras. "Mysh! Mom tak mungkin meninggalkan kamu di sini. Kita pergi sekarang, ya!" Marry lagi-lagi memaksa Mysha, kali ini ia bahkan menarik lengan Mysha yang masih memeluk William erat. "Mrs. Johannson, Anda tidak perlu sekasar itu pada Mysha!" seru William marah. Ia tahu tindakannya tidak sopan, tapi ia tak bisa membiarkan Mysha diperlakukan seperti itu. "Beri saya waktu beberapa menit, untuk membujuknya. Tunggulah di mobil, saya akan mengantarkannya pada Anda," pinta William. "Baiklah, Will. Lima menit. Tolong antar Mysha ke mobil dalam lima menit. Jika tidak, dengan terpaksa saya akan membopongnya," ujar Marry sambil berlalu meninggalkan mereka. "Will ... Will ... Will!" Bocah perempuan itu menggerung sekerasnya. Setiap patah kata yang terucap sama sekali tak terdengar kecuali kal
Read more
Bab 4 - Kebimbangan Hati
William benar-benar tidak paham akan jalan pikiran Axel. Pria dengan mata hijau itu menatap layar laptopnya dengan alis berkerut tajam. Sebuah surat pengunduran diri dengan nama Axel baru saja masuk ke dalam kotak masuk surat elektroniknya, membuat paginya menjadi muram. Sang direktur membaca kata per kata dengan teliti, berusaha mencari alasan di balik ini semua.Alasan Axel sederhana, dia hanya ingin pensiun dini, menikmati uang berlimpah hasil jerih payahnya selama sepuluh tahun terakhir, dan menikmati pemasukan pasif dari berbagai macam aset yang dia miliki. William mungkin akan percaya begitu saja bila sebelumnya Axel tidak berbuat ulah dengan membatalkan pernikahannya dengan Mysha. Walau William pasti kehilangan aset berharga, tapi pria itu tidak pernah mengekang kebebasan orang. Hanya saja kali ini berbeda. Serangkaian tindakan aneh Axel selama seminggu ini membuat pria tampan itu curiga."Sambungkan ke kantor Axel," perintahnya pada sekretaris tanpa basa-basi.
Read more
Bab 5 - Kenangan yang Terkunci
Ada perasaan tak enak kala Thea Davis berjalan mendekatinya di ruang tamu. Ketenangannya membaca majalah ekonomi pada Jumat malam itu terusik. William berusaha tetap tenang terutama saat ibunya memamerkan senyum manja yang biasa ia keluarkan jika ada sesuatu yang direncanakan diam-diam."Aku mengundang Mysha untuk makan malam besok."William memandang Thea dengan tatapan tak percaya. Ia langsung bangkit dari duduknya meski wajahnya tak menyiratkan keterkejutan. Ibunya kali ini bahkan tanpa memberitahu telah mengundang Mysha untuk makan malam di akhir minggu ini.Demi Tuhan! Bahkan di saat William mati-matian berusaha menekan semua asa yang bersemi dengan begitu suburnya, Thea justru menebarkan pupuk dan berusaha agar rasa itu tak hadir sepihak."Kenapa kau tampak tak senang?" Thea tersenyum begitu lembut. Senyum tulus seorang ibu yang akan melakukan apa pun demi kebahagiaan keluarganya.William masih memasang topeng sekaku pualam. "Mom, kumohon jan
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status