Semua Bab Bukan Pernikahan Kontrak Biasa: Bab 21 - Bab 30
35 Bab
Bab. 21 Bersikap Baik
“Gagalkan kerja sama perusahaan Baim Nugroho dengan investor itu,” perintah Kenzo kepada Dirga.“Pak, bukannya Tuan baim adalah mertua Anda?” tanya Dirga terlihat heran.“Saya bilang gagalkan. Kalau bisa bujuk investor itu untuk bergabung dengan Andi Wassahi.” Kenzo tersenyum smirk.“Andi Wassahi rival bisnisnya Tuan Baim?” tanya Dirga tidak habis pikir dengan pikiran seorang pria yang sudh lebih dari 3 tahun itu menjadi atasannya.“Yups. Kalau bisa, buat perusahaan baim colabs.”Kenzo memiliki hubungan yang baik dengan investor yang hendak kerja sama dengan mertuanya. Membuat keluarga Kinara adalah sebagian dari rencananya.“Kabari jika kerjaan kamu sudah selesai,” ucap Kenzo langsung masuk ke ruangannya, lalu menutup pintu tersebut.Kenzo kembali mengingat, bagaimana mertuanya dulu menentang hubungannya dengan Kinara. Bahkan mereka menghinanya habis-habisn. Kenzo tersenyum smirk sambil mengepalkan tangannya. “Karma akan menyicil.”Kenzo berjengit setelah mendengar ketukan pintu. “Ma
Baca selengkapnya
Bab. 22 Tidak Menunda Momongan
“Tolong apa?”“Apa besok bisa temani aku untuk menghadiri makan malam keluarga? Papa mengundang kita untuk makan malam bersama.”Tampak Kenzo tengah berpikir keras. Besok adalah hari kehancuran keluarga Kinara. Rasanya tidak mungkin jika dia akan di sana. “Sepertinya tidak bisa. Saya ada rapat dengan klien.”‘Ternyata aku bukan apa-apa bagi dia. Harusnya aku sadar diri.’ Kinara tertunduk, detik kemudian dia mendongak dengan memasang wajah yang dibuat setegar-tegarnya. “Baiklah kalau begitu. Aku permisi du—““Tunggu!” sergah Kenzo yang kini menghampiri Kinara. Pria bertubuh jakung itu meraih tangan istrinya, lalu dia tuntun untuk duduk di tepi ranjangnya. “Saya akan berusaha untuk datang. Tapi, jika waktunya tidak keburu, saya harap kamu bisa maklum, ya.”Kinara memberanikan diri untuk menatap mata suaminya. Sorot mata yang teduh dengan wajah datar seperti biasanya. Namun, melihat mata Kenzo, hati Kinara berdesir. Sama persis ketika melihat mata Keny. Hanya saja, tatapan Keny sangat me
Baca selengkapnya
Bab. 23 Apa Maumu?
“Iya, Pak. Kami juga ingin seperti Bapak yang memiliki bayi yang menggemaskan.” Kinara menjawab dengan tenang, meski terlihat dari wajahnya, jika Kinara sedang menutupi perasaannya.“Semoga kalian lekas diberikan momongan, ya.”Keduanya mengaminkan ucapan Mike.“Oh, ya, Pak Mike. Kita ke sana dulu, ya. Belum ucapin selamat buat Pak jhony juga,” pamit Kenzo seraya menggandeng Kinara.“Silakan.” Mike mengangguk..Sementara Kenzo berbicara mengenai bisnis bersama rekan-rekannya, Kinara duduk sendiri menikmati makanannya. Wanita bertubuh sexy itu merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa pria yang tidak dia kenal.Kinara berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan mereka. ‘Duh, ini kapan selesainya, sih. Risi sekali melihat mereka.’Seorang pria jakung dengan rambut gondrong yang diikat menaruh minumannya di meja, tepat di depan Kinara. “Boleh saya gabung?”Kinara mendongak. Memberanikan diri menatap pria yang sudah terlebih dahulu berani duduk di mejanya.“Maaf, saya sudah ada—““Saya s
Baca selengkapnya
Bab. 24 Kenapa Kamu di Sini?
“Mau kamu apa, sih, Mas?”Kenzo melirik Kinara sekilas, lalu kembali fokus dengan kemudi. “Saya tidak suka sama istri pembangkang.”“Sepertinya aku bukan istri kamu. Aku hanya boneka kamu,” ucap Kinara.Kenzo yang mendengar ucapan Kinara seperti itu, lantas menepikan mobilnya. “Apa kamu bilang?” tanyanya dengan suara meninggi.“Aku bukan istri kamu, Mas. Tapi aku ini boneka kamu. Mana janji kamu yang akan memperlakukan aku sebagai seorang istri? Sepertinya semua hanya janji-janji palsu.”Kenzo mengepalkan tangannya. Begitu tidak suka dengan ucapan Kinara yang menurutnya sangatlah lancang. “Diam,” desisnya.Kinara terdiam. Wanita bermata sipit itu tertunduk. Bahkan Kenzo bisa mendengarkan isak tangis dari Kinara.Kobaran api ammarah yang berada pada Kenzo perlahan mereda setelah mendengar tangis dari Kinara yang semakin keras. Tidak tahu apa yang akan dia perbuat, Kenzo kembali menjalankan lagi mobilnya. Kali ini dengan kecepatan lebih. Berharap jika Kinara akan berhenti menangis.Kina
Baca selengkapnya
Bab, 25 Apa Kamu Sedang Hamil?
“Kamu kenapa, Mas?” tanya Kinara.“Maaf,” ucap Kenzo terlihat menyesal.Kinara menghela napas panjang. “Tidak perlu berminta maaf. Aku hanya melakukan yang semestinya. Maaf, sudah lancang karena sudah berani marah kepadamu. Lain kali, aku akan diam saja. Aku cukup tahu diri. Kamu sudah menyelamatku dari penjahat bernama Abas Sebastian.”Entah mengapa dada Kenzo malah semakin sesak mendengarnya. Seolah Kinara sudah menyerah dengan hubungan mereka. Bukankah ini yang dia inginkan? Tetapi Kenzo malah merasa sakit.“Maaf, Mas. Aku mau ke bawah. Apa kamu menginginkan sesuatu? Sekalian. Barangkali mau minum teh atau kopi?”Kenzo tidak dapat melihat binar cinta pada mata Kinara. Pria jakung itu menatap nanar sang istri. Lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah katapun. Kenzo menggeleng. Dia tidak membutuhkan sesuatu. Yang dia butuhkan saat ini adalah Kinara.“Ya sudah. Kalu begitu, aku permisi mau turun dulu.” Kinara turun ke lantai dasar, meninggalkan Kenzo yang berdiri mematung..“N
Baca selengkapnya
Bab. 26 Bukan Salah Cinta
“Nar, kamu terlihat kurusan. Apa kamu sedang hamil?” tanya Baim di sela makannya.Nara tersenyum getir mendengar pertanyaan itu. ‘Mau hamil bagaimana, Pa? Mas kenzo saja tidak pernah menyentuhku sama sekali.’Kinara memaksakan dirinya untuk tersenyum lagi, lalu menggeleng. “Tidak, Pa.”Mega mengamati mimik Kinara yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. “Apa kalian ada masalah apa-apa? Saya harap tidak, karena ini akan mempengaruhi kita semua.”Memang Mega sama sekali tidak menyukai Kinara, bahkan tidak menginginkan putri sambungnya itu bahagia. Namun, mengingat masa depan mereka semua berada di ujung tanduk, tentu Mega tidak ingin bertambah miskin karena tidak mendapatkan bantuan apapun dari Kenzo lagi. Sungguh, wanita itu tidak siap menjadi gembel jalanan.“Saya tidak apa-apa,” jawab Kinara dengan ketus.Sekitar dua jaman Kinara berada di rumah Baim. Dia pamit pulang, karena tidak enak dengan Dirga yang menunggunya di mobil.Dirga memang sengaja tidak mau ikut masuk, karena tidak
Baca selengkapnya
Bab. 27 Lemah Melihat Air Matamu
“Apa salah saya? Saya tidak pernah tahu kesalahan apa yang telah saya berikan kepada Mas Kenzo. Saya merasa jika dia sangat membenci saya. Saya ti….” Kinara tidak bisa melanjutkan lagi perkataannya. Semuanya terasa sangat sesak. Berulang kali Kinara meraup wajahnya sendiri.Dirga menatap nanar wanita yang tengah terisak itu. Di ambil tisu di dalam dashboard dan diberikan kepada Kinara. “Bu, puaskan menangis kali ini, setelah ini berhentilah menangis lagi. Air mata Anda jauh lebih berharga.”Kinara menerima tisu pemberian dari Dirga. “Terima kasih.”Kinara turun dari mobil. Dia mengajak Dirga untuk duduk di bawah pohon randu. Menikmati angina yang sepoi-sepoi. Tempat ini adalh tempat di mana Kinara selalu bertemu dengan Keny.“Saya memiliki cerita di sini, Pak.”Dirga dan Kinara saling pandang untuk sekilas. Wanita berambut coklat itu mengulas senyum tipis.“Kisah apa, Bu? Eungh … kalau ingin cerita, cerita saja. Saya siap menjadi teman cerita Bu Kinara. Saya janji, tidak akan membeber
Baca selengkapnya
Bab. 28 Simpanan Om-om
“Jam berapa meeting hari ini, Dina?” tanya Kenzo kepada sekretaris barunya.“Dua jam lagi, Pak. Apa Bapak membutuhkan sesuatu, Pak?” Dina tampak menunduk. Takut jika mendapatkan omelan lagi dari Kenzo.Dua hari ini mood Kenzo tidak stabil. Selalu marah-marah mengenai hal sepele.“Undur sampai 4 jam lagi,” titahh Kenzo dengan nada dingin.“Ta—““Saya bilang undur sampai 4 jam lagi. Saya sedang malas ngapa-ngapain.” Sedari tadi Kenzo hanya memainkan ponselnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah mengecek CCTV-nya.Di sana, Kenzo bisa melihat Kinara sedang membersihkan rumah bersama Ana dan juga Zana. Istrinya itu terlihat sangat bahagia dengan berbaur asisten rumah tangganya. Dia bisa melihat jika Kinara bisa tertawa lepas. Berbeda jika berhadapan dengannya yang selalu tertekan.“Pak, ada Pak Burhan yang mau bertemu dengan Bapak,” ucap Dina.“Suruh masuk dan kamu keluar. Biarkan kami berbicara empat mata,” titah Kenzo yang tidak beranjak pada layar ponselnya.Pria berusia kisaran 42 tahun
Baca selengkapnya
Bab. 29 Kamar Kita
“Siapa yang menyuruhmu!” bentak Kenzo pada pria tambun yang duduk di bangku dengan tangan yang diikat ke belakang.“Ma-maaf, Tuan,” jawab pria itu dengan tergagap. Sudut bibirnya mengeluarkan darah, karena berkali-kali Kenzo menghantam wajahnya. Bahkan banyak luka lebam di seluruh wajahnya.“Saya tidak butuh maaf kamu. Saya cuma mau tahu apapun yang kamu tahu mengenai kejadian 4 tahun silam. Siapa yang membayarmu dan siapa saja yang terlibat,” desis Kenzo sambil mencengkeram kerah baju pria tawanannya itu.Burhan berdiri di belakang Kenzo. Siap menjalankan tugas dari tuannya. Namun, mengingat Kenzo sedang tidak membutuhkan bantuannya, pria jakung itu mundur beberapa langkah. Memberikan akses untuk Kenzo agar lebih berleluasa mengekspresikan kemarahannya.“Mega dan Sifa, Tuan. Mereka yang membayar kami. Awalnya kami disuruh membunuh Nona Kinara, tetapi mereka berbalik dengan menyuruh kami membunuh Tuan untuk tidak menghalangi perjodohan Nona Kinara dengan pria kaya. Jadi, kami hanya me
Baca selengkapnya
Bab. 30 Bersikap Dingin
“Nara, kamu tidak usah masak, ya. Kita makan di luar,” ucap Kenzo mendekati Kinara yang sedang memotong sayur.“Maaf, Mas. Ini sudah terlanjur. Kalau Mas mau makan di luar, gak papa, kok. Cuma, aku mau makan di rumah saja, ya. Aku masih nggak enak perutnya. Mau makan makanan rumahan saja.” Jawab Kinara.Kenzo menghela napas panjang. Tidak pernah dia melihat istrinya yang seperti ini. Biasanya Kinara selalu bersemangat untuk diajak pergi bersama. Namun, sejak kemarin istrinya itu tampak mengabaikannya.“Nara, Ki….” Ucapan Kenzo terhenti saat ponsel Kinara berdering.Terdapat nama Mega di layar ponsel Kinara. Dengan ragu Kinara mengusap layar ponselnya itu.“Halo.” Kinara menjawab dengan datar.[Kinara, sejak kemarin Mama menghubungi kamu, tapi nomormu tidak pernah aktif.]Kinara mengernyit, namun detik berikutnya menjawab, “HP saya mati.”[Nara, kamu harus datang ke rumah sakit, karena Papa sedang sakit.] Terdengar suara Mega yang seperti sangat sedih. Tentu membuat Kinara panik.“Ruma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status