Semua Bab SUAMIKU DIAM-DIAM MENIKAHI PUTRIKU : Bab 11 - Bab 20
57 Bab
sebelas
Pagi menjelang, Yulis dan semua keluarganya sudah siap untuk mengantar Mira pulang. Mereka bukannya sayang pada pe la kor kecil itu. Namun, mereka mengkhawatirkan keselamatan Yulis. Perjalanan yang mereka tempuh cukup lama, butuh lima jam perjalanan darat untuk sampai di kampung kelahiran Bagas juga Mira. Mobil yang dikemudikan Afif berhenti tepat di halaman rumah orang tua Bagas. Rupanya, kabar kedatangan Yulis sudah menyebar hingga banyak keluarga yang berkumpul di rumah itu. Bahkan keluarga Mira juga ada di sana."An-anakku!" seru ibu mertua Yulis dengan suara yang kurang jelas.Yulis turun ditemani dengan Wina, juga istri dan ibunya Afif. Tanpa berkata Yulis menghampiri wanita renta yang sedang berbaring di bale. Ibunya Bagas itu bersikeras ingin menunggu kedatangan menantu kesayangan di depan rumah, jadi bale tempatnya biasa berbaring pun dipindahkan ke luar. Air mata membasahi kedua wanita beda generasi itu, tak lama kemudian sudah terdengar suara isak tangis dari mereka yang a
Baca selengkapnya
dua belas
Dering ponsel membuyarkan lamunannya. Yulis segera menggeser ikon gagang telepon di layar ponselnya setelah mengetahui siapa yang menghubunginya."Assalamualaikum, Al," sapanya setelah panggilan tersambung. Dalam sekejap suasana hati Yulis berubah. Mendung yang baru saja menaungi hatinya tiba-tiba sirna. Semua kegalauan diceritakan pada lelaki yang saat ini cukup dekat dengannya itu."Aku gak setuju kamu melakukannya, Yul," sahut Ali dari ujung telepon."Maaf ya, Yul. Kalau aku ikut campur. Hukuman yang dijatuhkan pada Bagas sudah termasuk ringan. Nanti kalau persyaratan yang kamu ajukan disetujui Bagas, yang pasti kamu akan repot dan kembali berhubungan dengannya lagi. Toh cicilannya juga tinggal sebentar kan." Panjang lebar Ali menjelaskan pada teman wanitanya tersebut."Tapi aku kasihan, Al," sahut Yulis setelah menghela napasnya."Kamu lupakan saja mereka. Tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri. Mereka pantas mendapatkannya."Setelah itu mereka kembali bercerita tentang banyak
Baca selengkapnya
tiga belas
Ali berbalik seolah bisa merasakan kehadiran Yulis, walaupun dia tiba tanpa bersuara. Ali terkesima melihat penampilan Yulis, gaun syar'i modern lengkap dengan khimar nampak anggun dan pas dikenakan olehnya.Pria itu tersenyum, menatap layarnya sekilas lalu menekan gambar ganggang telepon berwarna merah. Dia melangkah mendekat, ingin sekali dia merengkuh perempuan itu dalam dekapannya. Namun, dia sadar bahwa itu tidaklah mungkin."Udah?" tanyanya lagi.Yulis mengangguk, "Yuk!" ajaknya.Wanita itu melangkah di depan Ali, menuju mobil Hiace yang sudah terparkir di depan tokonya."Wih ... pantesan lama, Win. Dandan!" ledek Rindu, ketika Yulis masuk ke dalam mobil."Tahu gini kita gak usah ikut ya, Fif?" Lagi Rindu masih saja meledek sepupunya itu."Ledek terus!" sahut Yulis pura-pura sewot.Ali masuk ke mobil dia duduk di kursi kemudi, sedangkan di sebelahnya ada Afif. Yulis memilih duduk bersama Aufar-putra Afif, sementara yang lainnya duduk dengan pasangannya masing-masing. Kali ini me
Baca selengkapnya
empat belas
"Ya ... siapa tahu dia berbuat macam-macam gitu?" Lelaki itu mulai mencomot satu potong tempe goreng."Heeem, kamu jangan berfikir begitu lah, Fif. Berdoa saja biar semua baik-baik saja, semoga Bagas bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi," sahut Yulis dengan tenang."Bude kayaknya yakin banget ya, kalau lelaki itu bakal berubah, tapi semoga saja lah, toh gak ada ruginya mendoakan kebaikan seseorang." Akhirnya pemuda itu mengalah. "Nah, itu ngerti." Yulis menimpali."Oh iya, kemarin ada yang bilang ke aku, kalau dia sering lihat Mira membesuk Bagas." Kini lelaki itu sudah bersiap menggigit semangka yang sudah diiris kecil-kecil."Ya biarin aja lah. Dia kan memang istrinya. Pokoknya semoga semua menjadi lebih baik. Oke? Dan gak usah bahas ini lagi," pintanya pada sang keponakan."Siap," ucap Afif tegas. Dia melangkah mendekati Yulis."De?" Afif seperti ragu saat hendak mengatakan sesuatu."Apa lagi?" Yulis menatap ponakannya itu sekilas, perempuan itu masih sibuk menata makanan dal
Baca selengkapnya
lima belas
"Ibu Yulis!" Riuh suara anak-anak menyambut kedatangannya. Dengan sabar Yulis mencium pipi anak-anak itu. Setelah semuanya sudah mendapatkan bingkisan,nmereka akan duduk dengan tenang di aula. Sedangkan Yulis akan berbincang-bincang dengan pengelola panti. Ketika tengah asik mengobrol tak sengaja Yulis melihat seorang wanita paruh baya tengah duduk di bangku taman. Wanita yang rambutnya hampir memutih itu tak sendiri, di sampingnya ada gadis manis yang nampak cemberut. Setelah selesai berbincang-bincang dengan pengelola panti, Yulis melangkah menuju wanita dan gadis tersebut."Permisi, Bu," sapanya yang disambut dengan sebuah senyuman. Yulis beralih pada gadis manis yang duduk di samping wanita senja itu."Hai cantik." Kali ini Yulis menyapa gadis di sebelahnya. Namun, gadis kecil itu tak membalas, dia masih saja manyun."Kenapa, Sayang, kok cemberut? Ada yang ganggu ya? Sini bilang sama Bu Yulis, biar nanti—""Ini Bu Yulis?" Gadis kecil itu langsung ceria begitu mendengar nama Bu Yu
Baca selengkapnya
enam belas
"Assalamualaikum, Ali," sapa Yulis setelah mendekatkan ponselnya ke telinganya."Wa'alaikumussalam, Yul. Apa kabar hari ini?" Hal sepele yang membuat hubungan mereka semakin dekat.Yulis tersenyum mendengarnya, merasa bahagia karena ada seseorang yang begitu peduli padanya. "Alhamdulillah baik, Al. Sangat baik," balas Yulis. Saat ini hatinya sedang berperang, antara segera menyudahi kebahagiaan semu ini atau memilih untuk melanjutkannya."Ok, nanti jam 10 tak jemput. Ke tempat biasa kan?" tanya Ali lagi. Memastikan pesan yang dikirim oleh Yulis tadi."Hu'um, kamu langsung ke sana aja, nanti aku nyusul," sahut Yulis yang membuat Ali menautkan kedua alisnya karena merasa heran dengan sikap wanita tersebut."Tap—" Ali berhenti berkata, karena Yulis lekas memotong ucapannya."Sudah dulu ya, Al ... Assalamualaikum." Setelah mengucap salam Yulis lekas memutuskan panggilannya tanpa menunggu balasan dari Ali. Yulis takut temannya itu mengetahui jika saat ini perasaannya sedang tidak baik-baik
Baca selengkapnya
tujuh belas
"Kalau kamu menuntut hak kamu selama bekerja di sini. Maka berikanlah hak untuk diriku selama menjadi istrimu. Berikan hak yang seharusnya diterima oleh seorang istri, Bagas Prayoga." Kini Yulis sudah berada tepat di depan mantan suaminya itu. "Maka akan aku jumlah berapa gaji yang layak untuk karyawan seperti kamu," imbuhnya. Tatapannya tajam menghunus manik mata Bagas."Hitung juga berapa makanan yang sudah kamu makan? Tempat tinggal dan malam-malam saat kamu menikmati tubuhku." Yulis mengucapkan semua itu dengan tenang. "Satu lagi, satu ... saja, jangan lupa untuk mengganti uangku yang kupakai untuk membayar hutangmu di Bank."Sedari tadi Yulis yang berbicara. Kedua manusia itu nampak tak percaya Yulis yang dulu yang selalu bersikap lembut bisa berkata seperti itu. Memang benar jika kesakitan dan luka akan membuat seseorang menjadi sosok yang lebih tegar dan berani.Bagas dan Mira sangat malu, rencananya untuk menakuti dan menggertak Yulis kini malah berbalik. Mereka tak bisa berbu
Baca selengkapnya
delapan belas
"Harta bisa dicari lagi, Fif. Selama badan ini masih sehat. Percayalah harta yang didapat dengan cara yang tidak baik. Pasti tak akan membuat bahagia, karena gak berkah." Panjang lebar Yulis mencoba menghibur Afif dan hatinya sendiri. Setelah berucap Yulis melangkah ke rak bagian air mineral, mengambil satu botol ukuran tanggung, membukanya kemudian menegakkan hingga tandas."Wah, Ibu Yulis ini memang hebat," kata seseorang yang sedari tadi menyaksikan."Ah, biasa aja, Bu," sahut Yulis sambil tersenyum walaupun terpaksa."Kalau aku ya gak mau, Bu, digituin. Tak tuntut ke pengadilan, ya kan?" kata yang lainnya."Iya, enak saja!" Suara-suara itu seolah menyayangkan kejadian yang tadi terjadi. Mereka masih saling berkomentar menambah sesak di telinga dan hati Yulis. Perempuan itu memijat keningnya hingga teringat sesuatu kemudian menengok pada benda yang tergantung di dinding. "Lebih lima belas menit," gumamnya.Setelah menenangkan dirinya sejenak, akhirnya Yulis memutuskan untuk datang
Baca selengkapnya
sembilan belas
Yulis menatap nanar pada tempat yang sudah dipesannya. Kosong, tak ada siapapun di sana. Wanita yang menggunakan rok plisket berwarna kopi susu yang dipadukan dengan cardigan warna senada dengan dalaman kaos putih itu tetap melangkah mendekati meja bundar yang terletak di sudut ruangan. Setelah melepaskan sepatu, perlahan dia menjatuhkan bobot tubuhnya di lantai kayu tempatnya membuat janji dengan Ali."Maaf, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pramusaji yang sengaja menghampirinya."Oh iya, Mbak. Maaf, aku yang memesan tempat ini, apa tadi sudah ada yang datang?" Yulis balik bertanya. "Ada Bu. Kalau boleh tau, siapa nama ibu?" Dengan sopan wanita muda itu bertanya karena ada sebuah bingkisan dari lelaki yang telah lama menunggunya tadi."Nama? Buat apa?" tanya Yulis heran."Ada sesuatu dari orang yang tadi duduk di sini, Bu. Sekali lagi maaf, siapa nama Ibu?" Kembali pramusaji itu bertanya dengan sopan."Yulistiana.""Oh, Ibu Yulis ya? Berarti benar, ini untuk ibu. Silakan,
Baca selengkapnya
dua puluh
Di kediamannya, Mira dan Bagas tengah merayakan kemenangan karena berhasil mengambil mobil Yulis."Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, sekarang kita memiliki segalanya, Mas! Mobil, rumah, perhiasan, uang! Hahahaha! Mira tertawa sambil menari bahagia. "Terima kasih, Sayang. Aku benar-benar puas! Sangat puas!" Mira berteriak di dalam rumahnya. Kemudian dia mendekati Bagas yang sedang duduk angkuh di sebuah sofa besar. "Mas, aku mau punya pembantu," ucap Mira manja. "Aku gak mau tanganku yang halus dan lembut ini rusak gara-gara mengerjakan pekerjaan rumah." Lagi dia merengek."Untuk saat ini gak usah lah, Sayang. Buat apa? Kalau mau makan kita tinggal memesan atau pergi ke restoran. Pakaian kotor, antar aja ke laundry," ujar Bagas memberikan solusi."Benar juga ya, Mas. Atau ... kita ajak ibuku ke sini? Kan lumayan bisa disuruh-suruh. Lagian di rumah dia juga sendirian. Semua saudaraku juga sudah hidup dengan keluarganya masing-masing," usul Mira pada Suaminya hasil merebut dari i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status