Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 151 - Bab 160
626 Bab
151. Nasihat sang suami
Darren memilih menjauh dari Nuha kemudian menghubungi Kania kembali dan menanyakan kondisi ibu mertuanya. Kania mengatakan padanya bahwa Aruni sudah ditangani oleh tim medis terbaik karena sang ayah telah mengurusnya. Darren merasa lega mendengarnya. Kemudian dia kembali mendekati Nuha yang berdiri dan bersandar pada pagar villa dengan tatapan kosong.Darren merasa tak sanggup untuk mengatakan kabar buruk Aruni pada Nuha. Dia benar-benar merasa sedih harus melihat Nuha menitikan air mata lagi dan lagi. Namun jika tidak mengatakannya, Darren khawatir jika terjadi apa-apa pada ibu mertuanya.Darren menarik nafas dalam. Dia harus tega mengatakan kabar tersebut akan tetapi setelah mereka tiba di rumah sakit. Darren takkan membiarkan istrinya menangis saat ini. Dia berusaha menahan diri.“Nuha, kau belum makan malam. Kita makan malam dulu yuk! Aku juga lapar,” seru Darren membujuk Nuha kemudian tatapannya tertuju pada pakaian Nuha yang lusuh dan kaki Nuha yang tak memakai sepatu.Darren me
Baca selengkapnya
152. Perasaan hati Naufal
Darren kembali menguatkan Nuha. Dia menyeka air matanya dengan jemarinya. Kemudian dia tautkan jari jemarinya pada jemari Nuha, menggenggam tangannya erat dan membantunya bangun, mengantarnya menuju ruang operasi di mana Aruni masih ditangani. Seketika air mata Nuha mulai surut dan dia memandangi tangan suaminya yang terus memeganginya erat, tak pernah meninggalkannya. Darren selalu hadir saat dirinya merasa bersedih. Nuha menjadi lebih kuat dan tegar seketika.Nuha berjalan dan melihat ke dua adiknya dan Kania berada di sana duduk menunggu di depan ruang operasi. Tak jauh di depan ruang operasi terlihat Naufal juga berada di sana, berdiri dengan tatapan sendu.“Nuha!”Kania berlari memeluk saudarinya. Nuha hanya diam membeku saat tangan Kania memeluknya. “Syukurlah kau tak apa-apa,” Kania merasa sangat bahagia melihat Nuha kembali dalam keadaan selamat.Kemudian Kania mengurai pelukannya. “Ummi masih di dalam ruang operasi. Mudah-mudahan operasinya berjalan lancar,” ucapnya lagi seda
Baca selengkapnya
153. Pertemuan Aruni dan Jonathan
Naufal hanya bisa mendesah kasar akan tetapi dia berusaha keras untuk kuat dan tegar melihat sikap Nuha padanya. Dia berjalan menghampiri dokter bedah kembali.“Dokter, tolong pastikan Bu Aruni mendapat penanganan yang terbaik. Dia harus dirawat di ruang VVIP, pastikan dia memperoleh suster yang terus mengawasinya selama di sini dan tak kekurangan sesuatu apapun.”Naufal mengingatkan sang dokter dengan sejelas-jelasnya. Dia hanya ingin Aruni memperoleh perawatan terbaik selama di sana. Kemudian menyerahkan sebuah kartu nama pada dokter tersebut. “Jika ada apa-apa tolong hubungi nomor ini!”“Tentu Pak Naufal, saya akan pastikan istri Bapak ditangani dengan baik. Jangan khawatir! Kami berusaha sebisa mungkin memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua pasien tanpa memandang bulu,” jawab sang dokter muda dengan diplomatis.Naufal sedikit terkejut mendengar sang dokter mengira jika dirinya suami Aruni. Namun entah kenapa dia tidak mengelak, rasanya hanya membayangkannya saja sudah bahagi
Baca selengkapnya
154. Bayi itu bernama Mariyam Nuha
Jonathan masih ingat betul gadis cantik yang pernah dia tolong sekitar dua puluh tahun silam. “Tuan Jonathan,” sapa Aruni dengan tersenyum getir. Aruni menatap Jonathan dengan tatapan yang merana.“Betul, kau masih mengingatku,” Jonathan menarik kursi dan duduk di dekat Aruni. “Maaf, aku sudah tua, aku tak bisa berdiri lebih lama. Berbeda denganmu, rasanya tak pernah berubah. Kau terlihat lebih dewasa saja dan agamis.”Jonathan mengingat Aruni dulu yang belum memakai pakaian tertutup seperti sekarang. Aruni dulu berpakaian terbuka meski masih terlihat sopan dengan rambut panjangnya yang hitam legam mirip putrinya.“Tentu saja. Kau telah menyelamatkanku dan bayi itu. Aku masih ingat. Hanya saja dulu Tuan masih kurus,” jawab Aruni dengan perasaan yang merasa bersalah dan senang dalam waktu bersamaan. Senang bisa berjumpa dengan pria yang pernah menolongnya dan merasa bersalah karena mengingat pertemuannya dengannya dalam kondisi dia tengah frustrasi.Jonatham melirik pada Nuha yang te
Baca selengkapnya
155. Hubungan kakak beradik
Saat Jonathan berbincang dengan Aruni dan Nuha, Daniel memilih diam di dalam mobil sembari bermain game seperti biasa. Sebuah kebiasaan baru Daniel untuk mengisi kekosongan diri. Karena merasa jenuh dia pun memilih rebahan di kursi dengan menyalakan AC mobil dan menutup pintunya rapat. Dia pun mulai memejamkan matanya untuk mengusir rasa ngantuk.“Ya ampun, mataku mirip mata panda. Wajahku juga pucat. Ish, aku terlihat mengerikan.”Suara orang yang mengoceh mengusik ketenangan Daniel yang baru saja memejamkan matanya. Dia mendengus kasar.“Tapi aku masih terlihat cantik ‘kan hei cermin ajaib!” Terdengar lagi suara seorang perempuan yang berada di dekat telinganya hingga benar-benar membuat Daniel terbangun dan marah. Beberapa kali ketukan terdengar dari balik kaca.Daniel harus memberi pelajaran pada perempuan yang mengganggu ketentramannya. Dia menarik tuas kursi agar bisa duduk dengan tegak kemudian menarik handle pintu mobil. Namun sebelum hendak membuka pintu mobil dia mendongak
Baca selengkapnya
156. Kitab Qurotul Uyun
Setelah berbincang dengan adiknya, Darren tidak melanjutkan tidurnya. Dengan mengendarai kuda besinya Darren mengunjungi Nuha yang masih berada di rumah sakit menemani ibunya. Padahal Aruni sudah melarang Nuha untuk menginap di rumah sakit akan tetapi Nuha bersikeras ingin mengurus sang ibu.Suara ketukan pintu terpantul dari balik pintu ruangan di mana Aruni dirawat padahal masih terlalu pagi.“Nuha, sepertinya suamimu datang. Kau jangan ngeyel, pulanglah! Kau harus mengurus suamimu.” Arunika mulai berbicara dengan lancar. Salah satu indikator Aruni mulai sehat ialah dengan mengomel layaknya seorang ibu pada umumnya.“Tapi Mas Darren sudah mengijinkan Ummi.” Nuha menjawab dengan begitu polosnya.“Dasar gadis bodoh, dia itu seorang suami dan harus dilayani. Apa kau lupa ajaran kitab Qurotul Uyun yang diajarkan Abi Hilal?” Nuha terlihat mengerutkan keningnya tatkala ibunya mengatakan nama kitab kuning yang diajarkan oleh sang ayah.“Aish, Ummi, kitab Qurotul Uyun itu kitab tentang hub
Baca selengkapnya
157. Hukuman bagi perundung
Di kafetaria kampus Prabu Agung Cakrabuana“Kau sudah dewasa, kau tak perlu mempermasalahkan soal dirinya. Apalagi status kalian sudah menjadi mantan. Gadis itu memang cewek matre. Aku pun baru tahu jika dia sebenarnya bukan anak orang kaya. Keluarganya sudah lama jatuh miskin. Dia hanya melakukan flexing agar tetap eksis sebagai mahasiswi populer.”Pemuda yang mengenakan jaket denim dark blue, Huda mengingatkan Romi untuk tidak terpancing emosi karena ulah mantan pacarnya Marsya. (Flexing; memamerkan harta kekayaan agar mendapat pengakuan)Beberapa kali Huda mengaduk carbonara yang terlihat tak menggoda karena dia sedang tak memiliki selera makan. Kemudian dia mencoba kembali membujuk sahabatnya tersebut untuk tidak membuang waktu dan tenaga, memikirkan mantan pacarnya yang oportunis.Romi murka saat mendengar gosip yang menyebar tentang bagaimana Marsya menjadi pacarnya hanya demi sebuah kepentingan terselubung yakni memperoleh kepopuleran di kampus, mengeruk kekayaan Romi dan mende
Baca selengkapnya
158. Permainan suami istri
Darren dan Nuha akhirnya bisa tidur pulas pagi itu. Saling berpelukan untuk melepas rasa rindu. Mereka terbangun tatkala mendengar suara dering telepon berasal dari ponsel Nuha beberapa kali.Masih dalam keadaan mata terpejam dan rambut yang berantakkan Nuha meraba-raba ponsel yang berada di sampingnya tetapi dia malah salah menyentuh. Dia mengira sedang menyentuh bantal yang berada di sisinya. Ternyata tangannya menyentuh tepat simbol kejantanan sang suami. Sesuatu yang mengeras.Menyadari seseorang tengah meraba-raba bagian tubuhnya Darren terkejut dan terbangun hingga membuat Nuha pun ikut terkejut dan membuka matanya dan melihat apa yang disentuhnya baru saja.“Apa aku menyentuhnya?” tanya Nuha dengan begitu polosnya. Dia terlihat panik dengan kedua pupil mata yang melebar. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus menahan rasa malu. Pikirannya mendadak lamban. Dia masih mengingat apa yang disentuhnya barusan seperti keras dan menegang. Dia menggeleng pelan. Mendadak Darren mengangk
Baca selengkapnya
159. Permintaan maaf
Nuha berjalan dengan bergandengan tangan bersama siapa lagi jika bukan pengawalnya, sang suami. Sebenarnya Nuha merasa sangat malu berjalan bersama Darren. Terkadang dirinya merasa risi apalagi harus menjadi pusat atensi. Wajah dan penampilan Darren terlihat berbeda dan memukau. Nuha merasa geram saat melihat tatapan para gadis yang seolah terpesona akan ketampanan suaminya. Nuha sendiri tidak tahu mengapa dia merasa kesal melihat mereka. “Sayang, kenapa kau terlihat kesal?” tanya Darren melirik Nuha yang terlihat mengerucutkan bibirnya. “Mas, bukankah kau akan mengikuti rapat penting? Mengapa Mas ikut ke kampus?” Nuha menghentikan langkah kakinya dan melayangkan tatapan tajam pada suaminya. Darren sontak menghentikan langkah kakinya pula dan menurunkan dagunya, menyejajarkan matanya dengan mata istrinya. Nuha tertegun melihat manik bermata hazel yang begitu indah. “Mariyam Nuha, apa kau mendengar Masmu?” Darren mengangkat dagu Nuha yang terlihat seksi. “Oh, anu Mas … apa ya
Baca selengkapnya
160. Mengantar sang ibu pulang
Di dalam sebuah mobil SUV mewah dengan konfigurasi tujuh kursi penumpang terdengar celotehan para anak remaja yang tengah asik mengobrol untuk mengusir keheningan selama dalam perjalanan.Salwa dan Rasyid saling melempar candaan, sambung ayat hingga tebak-tebakan. Mereka akhirnya bisa tertawa kembali tatkala melihat ibu mereka telah sembuh dan bisa pulang ke rumah lebih cepat.Jika sudah berkumpul maka Salwa dan Rasyid akan mengobrol banyak hal yang seru. Selain itu Rasyid menantang sang kakak untuk melakukan sambung ayat.Rasyid yang cerdas lebih cepat dalam hafalan surat Alquran sehingga dia lebih unggul dari Salwa yang meskipun cerdas tetapi malas dalam menghafal atau mengulang hafalan. Mereka dimasukkan ke rumah Quran secara bersamaan. Namun hafalan Rasyid sudah mencapai empat juz Alquran sedangkan Salwa baru menginjak dua juz itu pun terkadang terbata-bata karena jarang melakukan muroja’ah.Salwa terlihat kesal karena adiknya selalu membacakan ayat-ayat yang panjang.“Sudah seles
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
63
DMCA.com Protection Status