Semua Bab Kembalinya Istri Sah sang CEO: Bab 161 - Bab 170
1347 Bab
Bab 161
Arfin berjalan keluar dari dalam ruang manajer dengan raut wajah yang muram.Windy mendesah pelan, “Baru saja menjabat sudah langsung mengeluarkan apinya dan api yang pertama langsung menuju ke arahmu sebagai mantan manajer. Arfin, kalau kamu masih ingin bekerja di Hutomo Grup ini, sebaiknya kamu coba merayuku. Siapa tahu kalau hatiku senang, aku bisa mencari Shania dan meminta tolong padanya untuk tetap mempertahankan kamu di sini.”Arfin menatap perempuan itu dengan sorot mata yang sulit diartikan, “Apa kamu nggak merasa khawatir sedikit pun?” “Apa yang perlu aku khawatirkan?” ucap Windy sambil tertawa dengan dingin, “Aku adalah teman Shania yang paling dekat. Apa pun yang aku katakan, pasti akan didengar olehnya!”Windy juga ikut membantu Shania dalam usahanya menyingkirkan Rachel lima tahun yang lalu. Hal ini sama saja dengan rahasia terbesar milik Shania sudah dipegang oleh Windy. Sehingga apapun yang diminta oleh Windy, Shania pasti nggak akan menolaknya.Perempuan itu mengangka
Baca selengkapnya
Bab 162
Arfin buru-buru menyerahkan laporan kinerja Windy kepada Rachel.Begitu Rachel melihat laporan tersebut, senyum dingin langsung menghiasi wajahnya.Tabel penilaian karyawan itu, dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah bagian internal yang berisi mengenai target pencapaian dari karyawan itu sendiri dan juga penilaian dari pimpinan departemen, lalu penilaian dari Departemen Personalia.Laporan penilaian internal Windy, bahkan tidak mencapai angka 20, tapi di penilaian Departemen Personalia, bisa mencapai 100. Semua penilaian Windy di dua tahun terakhir ini sama seperti itu. Pemalsuan penilaian ini benar-benar sangat jelas, bahkan terlihat tindakan nepotisme di dalamnya.Mungkin juga Shania merasa tidak akan ada orang yang berani mempermasalahkannya, sehingga malas mencari alasan untuk memalsukan penilaian?“Berdasarkan peraturan dari Hutomo Group, dalam tiga bulan berturut-turut gagal mencapai target, maka akan dikeluarkan,” ucap Rachel dengan dingin.“Sekarang kamu boleh pergi k
Baca selengkapnya
Bab 163
Sepasang mata licik milik Shania langsung mengecil, kelima jarinya dikepalkan dengan sangat kencang.Rachel ternyata masih belum puas hanya dengan mengusir dirinya keluar dari dalam rapat dewan direksi, sekarang perempuan jalang itu bahkan berani turun tangan untuk menyingkirkan temannya!“Shania, sekarang semua orang di perusahaan sedang sibuk membicarakanmu. Katanya, Hutomo Group sekarang milik Rachel, juga ada yang bilang kalau Rachel lebih cocok untuk menjadi penerus daripada kamu ….” Windy kembali berkata sambil menggertakkan giginya, “Sayang sekali aku sudah nggak bisa berada terus di dalam perusahaan ini, kalau nggak, aku pasti bisa membungkam mulut orang-orang yang diam-diam membicarakanmu di belakang!”“Aku nggak akan membiarkan kamu dikeluarkan dari sana, kamu tunggu sebentar.”Shania menutup teleponnya, kerutan-kerutan yang penuh emosi memenuhi wajah dengan riasan tebal milik perempuan itu.“Dasar Rachel sih perempuan jalang! Taktik licik seperti ini, benar-benar nggak ada
Baca selengkapnya
Bab 164
Bukankah ini juga sudah mengganggu? Jelas-jelas dia sedang memaksa Nenek Irma untuk membantunya!Bagaimana mungkin Nenek Irma tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Shania!Walaupun dirinya tidak keluar dari rumah, sedikit banyak Nenek Irma juga mendengar perkembangan Hutomo Group dari para pelayan yang ada di rumah.Nenek Irma memutarkan kedua matanya yang sudah sangat keriput, tapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak pernah luput termakan waktu. Dengan suaranya yang pelan, Nenek Irma berkata, “Sebenarnya aku sudah mendengarnya, mengenai kamu yang dikeluarkan dari dalam rapat dewan direksi, juga jabatan Manajer Umum kamu yang dicabut. Semua hal ini nggak ada hubungan langsung dengan Rachel.”Shania terisak semakin keras.Kalau tidak ada Rachel, tidak mungkin ada orang yang bisa tahu bahwa dirinya telah menyalahgunakan uang perusahaan. Bagaimana mungkin hal ini bisa tidak berhubungan langsung dengan Rachel?Shania menggigit bibirnya sambil berkata dengan terisak-isak da
Baca selengkapnya
Bab 165
Di dalam lingkaran kalangan atas, uang dan kekuasaan dapat membagi tingkatan-tingkatan kelas yang ada. Akan tetapi ada sebuah lingkaran di mana uang maupun kekuasaan tidak dapat menggoyahkannya, yaitu lingkaran seni dan budaya.Misalnya, pelukis, artis, pemain biola atau seorang master pianis. Begitu orang-orang seperti ini muncul di dalam keluarga kaya manapun, maka tingkatan keluarga kaya ini pasti akan langsung melampaui keluarga lain di dalam lingkarannya.Shania menggerakkan jari-jarinya dengan semangat.Eddy membuatkan jalan seperti ini untuknya, pasti berharap suatu hari nanti dirinya bisa masuk ke keluarga Tanjaya secara resmi.“Nenek, aku mengerti. Aku pasti akan latihan dengan baik.”Shania pun pergi meninggalkan kamar Nenek Irma dengan hati yang gembira dan wajah berseri-seri.Vrilla langsung melesat menghampiri putrinya. “Bagaimana? Apa yang dikatakan oleh Nenek Irma?”Shania kembali menceritakan hal mengenai Eddy yang telah mengaturkan guru piano untuknya.Kedua alis Vril
Baca selengkapnya
Bab 166
“Selamat datang! Mau beli piano untuk anak, ya? Anaknya cowok atau cewek?” sambut si pegawai toko dengan ramah.Rachel menyuruh Michael untuk menggandeng tangan Michelle, sementara dia pergi melihat-lihat piano bersama si pegawai toko. Toko ini adalah toko piano yang paling terkenal di Suwanda. Harga piano yang paling murah saja bisa mencapai puluhan ratusan juta, dan untuk model yang mahal bahkan bisa mencapai miliaran.Namun, untungnya Rachel bukan orang yang kekurangan uang. Dan kalaupun dia tidak punya uang, dia tidak sampai membuat anaknya hidup susah. Rachel pernah belajar piano bersama dengan Shania saat masih berusia lima tahun. Mereka terus menekuni piano selama belasan tahun, jadi meski sudah lama tidak bermain, setidaknya Rachel masih menguasai teknik-teknik dasar.Rachel coba memainkan beberapa piano yang dia tertarik, dan setelah menemukan yang dia sukai, dia pun berkata, “Yang ini suaranya bagus juga, terutama vibrato-nya.”“Wah, Ibu tahu banyak juga, ya. Iya, yang ini me
Baca selengkapnya
Bab 167
Michael segera menggandeng tangan Michelle keluar bersama dengan Rachel. Michelle mengalami mimpi buruk saat terakhir kali dia bertemu dengan Shania di TK, maka dari itu Michael tidak ingin adiknya bertemu lagi dengan Shania.“Mama, kita nggak jadi beli piano?” tanya Michael seraya mendongakkan kepalanya.Di saat Rachel baru saja mau menjawab pertanyaan Michael, tiba-tiba ponsel yang dia taruh di sakunya bergetar, dan raut wajahnya terlihat sedikit terkejut ketika nama pemanggil yang terpampang di layar ponselnya. Sudah satu tahun sejak terakhir orang itu menghubungi Rachel.“Eh, Pak Albert? Tumben nelepon, ada apa?” tanya Rachel.“Kemarin aku datang ke Suwanda karena kebetulan lagi ngadain tur konser, makanya aku keingat sama kamu. Suwanda tempat kelahiran kamu, kan. Kamu masih ingat, nggak, sama apa yang aku bilang satu tahun lalu?”“Passion-ku sama piano sudah nggak setinggi dulu ….”“Kamu punya bakat main piano, kenapa nggak coba dimaksimalkan saja?” tanya Albert, “Seumur hidup, mu
Baca selengkapnya
Bab 168
“Belajarnya di sini?” tanya Ronald dengan dahi yang mengerut tajam, serta nada bicara yang kental dengan rasa jengkel.Shania menarik napas panjang guna menenangkan dirinya dan menjawab, “Kamu tahu sendiri nenekku badannya lemah. Dia harus baringan di ranjang terus. Kalau aku belajarnya di rumah keluargaku, takutnya istirahat dia bakal terganggu. Lagian … guru yang aku bilang tadi juga Eddy yang cariin. Aku mau minta tolong Eddy buat mantau latihanku.”Seusai berkata demikian, Shania menatap lekat Ronald dengan kedua matanya yang seolah-olah sedang memancarkan cahaya berkilauan. Akan tetapi, Ronald sedikit pun tidak memedulikannya sedikit pun. Yang dia perhatikan hanyalah piano yang baru saja diantar ke rumahnya.Ronald jarang sekali ikut campur dengan urusannya Eddy, bahkan meski Ronald keberatan sekalipun, dia tidak akan bicara apa-apa. Shania pun merasa lega karena Ronald tidak memarahinya. Shania hanya takut Ronald meminta dia untuk memindahkan piano itu di hadapan banyak orang. Ba
Baca selengkapnya
Bab 169
Tahun ini Alice berusia 32 tahun, usia di mana seorang wanita berada di masa yang paling matang dan menarik bagi lawan jenis. Rambut pirang, mata hijau, dan hidung mancungnya memberi kesan seolah tubuhnya memancarkan aura nan anggun dan menawan.Ronald sudah siap berangkat dengan surat kontrak di tangannya. Dia sedikit pun tidak tertarik dengan apa yang dilakukan Shani. Jika Shania ingin belajar piano di siang hari, di waktu itu pula Ronald tidak pulang ke rumah. Tepat ketika Ronald baru saja hendak pergi, di saat itulah dia melihat Alice memasuki rumahnya.Kedua alisnya tampak terangkat karena merasa terkejut. Dia tidak mengira Eddy bisa mencarikan pianis genius kelas dunia sebagai gurunya Shania. Ronald masih ingat betapa kagumnya dia sewaktu pertama kali mendengar permainan Alice.Ronald pun segera menarik kembali langkahnya dan memberi salam kepada Alice, “Selamat datang, Bu Alice.”“Akhirnya kita punya kesempatan untuk bertemu, Pak Ronald. Salam kenal.”Shania dibuat cukup terhera
Baca selengkapnya
Bab 170
Seketika itu muncul keinginan untuk menyerah dalam diri Shania. Namun dia berubah pikiran ketika melihat Ronald yang sedang duduk di sofa. Pria yang tadi sedang sibuk membaca berkas pekerjaannya tiba-tiba mendengar ucapan Alice dengan sikap yang begitu serius. Tingkahnya ini membuktikan bahwa Ronald sangat tertarik dengan piano.Shania memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya kembali perlahan sambil berkata, “Bu Alice, aku boleh coba sekali lagi?”“Tentu boleh,” jawab Alice tersenyum, “Pertama-tama kamu harus relax-in badan kamu sendiri, habis itu coba bayangkan diri kamu masuk ke dalam dunia yang ada di dalam komposisi itu. Setelah kamu mulai dapat feeling-nya, bayangkan emosi yang kamu rasain mengalir ke jari seperti air ….”Shania menganggukkan kepala dan sekali lagi mempersiapkan diri di depan piano. Hubungan kakak beradik antara Rachel dan Shania belum hancur saat mereka masih berusia belasan tahun. Rachel berbaik hati mengajarkan Shania dengan penuh kesabaran. Namun saat itu S
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
135
DMCA.com Protection Status