Semua Bab Kembalinya Istri Sah sang CEO: Bab 141 - Bab 150
1347 Bab
Bab 141
“Siapa yang mengerjaimu? Kamu yang nggak bisa kira-kira isi air di bathtub tapi kamu malah menyalahkan aku,” jawab Michael sambil tersenyum miring.Dia merupakan sosok yang penurut dan dewasa di mata Rachel dan Bu Jessy. Akan tetapi sekarang dia justru terlihat sangat mirip sekali dengan Ronald. Senyum dingin dan sedikit misterius dengan tatapan yang terkesan sinis.Darren yang selama ini bersikap seperti tidak takut pada apa pun, sekarang wajahnya terlihat memerah. Dia datang untuk mencari Rachel, bukan untuk ditindas! Darren yang merupakan iblis kecil di keluarga Tanjaya tentu saja tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orang lain.Lelaki kecil itu melangkah keluar dari dalam bathtub dan langsung menarik pintu kamar mandi. Akan tetapi Michael menghentikannya dengan berdiri di depan Darren sambil berkata, “Kamu janji satu hal denganku, aku akan membiarkanmu keluar.”Darren terlihat sangat marah dan rasanya ingin sekali berantem dengan Michael. Akan tetapi tubuhnya yang tidak menge
Baca selengkapnya
Bab 142
Michael mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya Rachel berbicara dengan nada suara menyalahkan seperti ini pada dirinya. Semua ini karena Darren!Dia menggigit bibir dalamnya dan menunduk sambil mengakui kesalahannya, “Maaf, Ma. Aku yang salah.”“Michael, kamu temenin adik kamu untuk cerita dongeng. Mama yang mandiin Darren.”Rachel menggendong Darren masuk ke dalam kamar mandi lagi dan menutup pintu tersebut. Sedangkan Michael hanya melirik pintu sekilas kemudian berbalik menuruni anak tangga. Sekitar sepuluh menit kemudian, Rachel turun ke lantai bawah dengan menggendong Darren.“Michael, Mama meminjamkan baju kamu. Kamu nggak keberatan, bukan?”“Darren, baju ini cocok untukmu, anggap saja sebagai hadiah permintaan maafku padamu,” kata Michael sambil menoleh ke arah bocah itu.Darren tidak ingin mengenakan pakaian milik Michael. Akan tetapi kalau dia tidak bersedia, maka dia tidak memiliki baju lagi. Atau mungkin hanya tersisa rok milik Michelle saja.Rachel menepu kepala Darren d
Baca selengkapnya
Bab 143
Ronald berdiri di depan rumah Rachel. Dari tempatnya sekarang, lelaki itu bisa melihat pemandangan di ruang tamu rumah tersebut. Di bawah temaram lampu yang sedikit kekuningan, ketiga anak di dalam sana tengah duduk di karpet dan bermain puzzle.Rachel tengah duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di laptop miliknya. Perempuan itu kerap menoleh ke arah tiga bocah di karpet hanya untuk sekedar memantau mereka saja. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seulas senyum lembut.Pemandangan tersebut sungguh sangat menghangatkan hati hingga membuat Ronald sedikit tidak rela merusaknya. Dia berpikir sesaat kemudian menekan tombol bel.Ting Tong!Wajah Rachel terangkat ke atas dan dia meletakkan laptopnya kemudian berjalan ke arah pintu. Rachel melihat sesosok lelaki di depan sana dan berkata, “Pak Ronald, untuk kedua kalinya putramu datang mencariku.”Ronald diam dan tidak menyahutinya. Sebenarnya kalau dihitung-hitung yang kali ini sudah ketujuh atau kedelapan kalinya. Ada beberapa kali ak
Baca selengkapnya
Bab 144
Sampai dia berusia empat tahun, ayahnya belum pernah berbicara dengannya dengan nada bicara seperti itu. Kalau saja ayahnya bisa bersikap sedikit lebih lembut dan sabar, dia juga tidak akan berpikiran untuk kabur dari rumah.Dia melirik ke arah gadis kecil yang cantik itu dan sebuah pemikiran tercetus di kepalanya. Kalau dia memiliki raut wajah yang menarik seperti Michelle, ayahnya pasti akan menyukainya juga. Sayangnya dia memiliki wajah yang sangat jelek!Michelle membuang kepingan puzzle di tangannya dan bangkit berdiri. Bocah itu menatap Ronald dan melangkahkan kakinya. Baru satu langkah, raut wajahnya terlihat ragu-ragu dan menarik langkahnya lagi.Gadis itu menunduk dan menatap ke arah Michael dengan takut-takut. Tidak ada yang mengerti dengan tatapan itu, tetapi Michael dapat langsung mengetahuinya dengan jelas. Dia dulu pernah mengatakan pada adiknya bahwa lelaki di depan itu tidak pantas mendapatkan kasih sayang mereka.Oleh karena itu Michelle terlihat sedikit ragu-ragu. Per
Baca selengkapnya
Bab 145
Angin malam berhembus menerpa daun-daunan hingga menimbulkan bunyi suara gesekan daun. Suara hembusan angin di luar sana teredam oleh tembok rumah sehingga membuat keadaan di dalam rumah justru terasa hening dan sangat senyap.Keadaan yang begitu sunyi bahkan membuat mereka bisa mendengar suara jarum yang jatuh ke lantai. Rachel membuka mulutnya dan berkata, “Michelle, kamu benar-benar bisa bicara ….”Perempuan itu sengaja mengabaikan kata yang disebutkan oleh putrinya tadi.“Michelle, kamu hebat sekali!” seru Michael dengan binar mata yang terlihat bahagia.“Lain kali nggak ada orang yang berani menertawakanmu dengan bilang kamu nggak bisa bicara!”“Wah! Michelle, kamu hebat!” seru Darren yang turut bahagia. Dia bahkan tampak melompat-lompat di tempatnya sambil berseru, “Coba kamu panggil aku ‘Kakak’! Aku ingin sekali dengar kamu memanggilku dengan sebutan itu!”Suara bocah itu sangat merdu dan lembut. Sedetik kemudian dia terdiam dan berkata, “Michelle, kamu tadi salah panggil, nggak
Baca selengkapnya
Bab 146
Michael berdiri di satu sisi dengan binar mata yang menggelap. Kedua tangannya terkepal erat dan menahan dirinya untuk tidak maju menghampiri adiknya.Lelaki ini memang tidak pantas menjadi ayah mereka, tetapi dia memang merupakan ayah mereka. Dengan adanya Ronald, maka penyakit adiknya ada perubahan ke arah yang baik. Michael merasa dia tidak boleh egois dan memaksa adiknya untuk mengikuti pilihannya.Michael membuang wajahnya dan memutuskan untuk tidak melihat pemandangan yang membuat hatinya tidak nyaman. Sedangkan Rachel hanya bisa mengusap wajahnya dengan kepala yang mendadak pusing.Dia menghampiri Rachel dan menggendong gadis itu. Akan tetapi ternyata kekeras kepalaan gadis itu justru jauh lebih besar dari yang dia bayangkan. Tidak ada yang bisa melepaskan pelukan Michelle meski mereka sudah memisahkannya sekuat tenaga.“Tante Rachel, aku dan Papa boleh menginap di sini?” tanya Darren sambil mengerjapkan matanya.“Michelle sangat menyukai papa aku, dia pasti nggak mau papa pergi
Baca selengkapnya
Bab 147
Kedua tangan Darren tersembunyi di balik selimut dan saling meremas. Dia sangat gugup dan kedua matanya menatap ke arah Rachel dengan lekat. Darren takut sekali melihat Rachel menggelengkan kepalanya.Perempuan itu berpikir sesaat. Sebenarnya dia sampai sekarang masih belum mengerti kenapa Michelle bisa memanggil Ronald dengan sebutan “Papa”. Lalu kenapa bocah itu juga bisa kabur dari sekolah ke Tanjaya Group?Apakah Ronald sudah memberikan sesuatu pada Michelle? Akan tetapi untungnya Michelle sudah bisa berbicara. Tidak lama lagi bocah itu pasti akan memberi tahu jawabannya secara langsung pada dirinya.Rachel tersadar dan pandangannya bertemu dengan mata Darren. Dengan lembut dia berkata, “Michelle nggak ngerti apa arti dari panggilan itu makanya dia salah panggil. Tapi kamu seharusnya tahu, bukan? Tante buka mama kamu, dan seharusnya kamu juga ada mama sendiri, bukan?”Mata Darren memerah dalam seketika. Dia menggigit bibirnya dan berkata dengan nada kesal, “Kalau pun ada memangnya
Baca selengkapnya
Bab 148
Michael menarik napas dalam-dalam dan menjawab, “Formal dan Informal.”Ronald terlihat sedikit terkejut dengan jawaban bocah itu. Dia pikir anak di depannya ini hanya berpura-pura membaca buku saja. Ternyata dia benar-benar memahami isi buku tersebut.Buku mengenai logika memang terkesan membosankan dan jauh lebih tidak menarik dibandingkan matematika. Tidak banyak orang yang bisa mengerti dengan isi buku tersebut. Apalagi usianya baru menginjak empat tahun saja.Ronald menutup bukunya dan berkata, “Aku coba tes kamu satu pertanyaan mengenai logika lagi.”“Aku nggak mau buku itu lagi,” kata Michael yang memilih untuk menyerah.“Ingin mengetahui tentang ilmu logika tapi kamu nggak ada kesabaran sedikit saja?” ujar Ronald dengan suara dingin.“Pertanyaan yang mau aku tanyakan ini tentang mama kamu.” Apa pun tentang ibunya membuat Michael tidak bisa bersikap tenang. Tatapannya fokus pada Ronald dan dia bertanya, “Sebaiknya kamu menjauh dari mama aku, kalau nggak-““Yang mau aku tanyakan h
Baca selengkapnya
Bab 149
Ronald menunggu di lantai satu dengan perasaan bosan selama satu jam lamanya. Rachel yang sudah menidurkan Michelle keluar dari kamar bocah itu dengan langkah sangat perlahan. Perempuan itu terlonjak kaget ketika melihat Ronald.“Kenapa kamu masih belum tidur?”Ronald hanya diam saja. Sekarang jarum jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia bukan anak kecil, jadi untuk apa tidur secepat itu?Dengan suara tenang dia berkata, “Tadi aku ngobrol sebentar dengan putramu.Rachel melangkah turun dari tangga. Dia sibuk membereskan mainan sambil bertanya, “Apa yang kalian bicarakan?”“Putramu sangat cerdas. Nggak berlebihan kalau menjelaskan kepintaran dia dengan kata anak paling cerdas,” kata lelaki itu.Kegiatan Rachel membereskan mainan terhenti. “Kenapa kamu bisa menyimpulkannya begitu?”Pada kenyataannya, sewaktu usia Michael belum menginjak usia tiga tahun, dia sudah tertarik dengan kode-kode di komputer. Kode apa pun yang dituliskan oleh bocah itu bisa dijalankan. Saat itu dia sangat
Baca selengkapnya
Bab 150
Berarti lelaki tersebut bodoh atau berengsek. Jelas sekali dia tidak ingin bertanggung jawab.Ronald merasa ada yang aneh. Dia tengah membicarakan perihal pendidikan anak dengan serius, tetapi perempuan ini kenapa tiba-tiba menatapnya dengan sorot seperti itu? Seakan-akan dirinya hanya seonggok sampah yang tidak berguna.“Kenapa?” tanya Ronald.“Nggak ada,” sahut Rachel yang menarik tatapannya. Setelah itu dia berkata lagi, “Michael adalah anakku, aku bisa memberikan masa depan yang baik untuknya. Pak Ronald nggak perlu khawatir. Sudah sangat larut, sebaiknya kamu istirahat saja.”Rachel berbalik dan naik ke kamar utama lantai dua. Dia menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Ronald hanya mengelus tengkuknya dengan perasaan bingung. Untuk pertama kalinya lelaki pendiam seperti dia berbicara begitu banyak kalimat.Namun perempuan ini justru mengabaikannya. Sedangkan Michael menatapnya dengan sorot penuh permusuhan. Ronald memutuskan untuk tidak ikut campur dan masuk ke kamar tamu lantai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
135
DMCA.com Protection Status