Semua Bab Pernikahan Kedua: Bab 81 - Bab 90
119 Bab
81. Kau adalah Rumah (POV Yamazaki)
Menatapnya adalah cahaya yang membuatku ingin selalu saja di sisinya. Dia seperti purnama yang cahayanya membuat candu dan rindu. Kenapa ada wanita seindah dia di dunia ini? Sepertinya keindahannya memang Allah ciptakan dengan sempurna. Sesempurna aku memeluk bahagia bersamanya. Kekasih hatiku, teruslah berada di sisiku. Aku ingin mencapai surga-Nya bersamamu.***Aku terus saja menatap wanita yang saat ini sedang fokus memasak. Dia terus saja berjibaku di dapur agar bisa memasak makanan kesukaanku. Gadis... dia adalah wanita yang memang pantang menyerah, aku sudah bilang padanya untuk tidak merisaukan dirinya yang memang tak bisa memasak karena aku menikahinya bukan untuk meminta dia untuk menyiapkan makanan untukku atau melayaniku, aku hanya ingin menua bersamanya! Tapi Gadis selalu bilang  kalau dia ingin menyiapkan makanan untukku, wanita itu memang keras kepala. Kutatap wajahnya yang melukis senyum, aku tebak jika Gadis pasti sudah menemukan bumbu ra
Baca selengkapnya
82. Empat Musim Bersamamu
***Tiga tahun kemudian...Waktu terus saja berjalan dengan cepat dan tak terasa selama empat musim dilalui bersama. Gadis dan Yamazaki melalui tiga tahun bersama dengan perasaan yang bahagia, namun terkadang ada kesedihan karena tiga tahun bersama tidak ada tanda-tanda bahwa Gadis hamil.Gadis menghela napas panjang saat melihat satu garis lagi. “Kapan ya bisa berubah jadi dua garis,” gumamnya.“Ada apa?” tanya Yamazaki.Gadis tersenyum tipis. “Anata, maafkan aku... “Kening Yamazaki mengernyit. “Kenapa minta maaf, Sayang?”Gadis langsung menyerahkan hasil tespack ke tangan Yamazaki.Yamazaki tersenyum, dan dia membelai puncak kepala Gadis lembut. “Belum saatnya, Sayang. Jangan terus bersedih, ya! Kita usaha lagi, kita doa lagi. Insya Allah kalau sudah waktunya pasti kita diberi rezeki anak.”
Baca selengkapnya
83. Ruang Hati yang Paling Rahasia
***“Maaf. Aku tidak suka kalau ada wanita yang langsung memeluk suami orang, dan hargai kebudayaan kami sebagai orang Asia,” ucap Gadis.“Oh, ini istri kamu ya, Yamazaki?”“Hmm... kenapa? Apa anda tidak suka kalau saya ini istrinya?” tanya Gadis. Dia cemburu karena wanita bermata biru itu sangat cantik. Bagaimana bisa Gadis tidak merasa waspada jika ada wanita secantik itu menyapa suaminya dan dengan entengnya memeluk suami orang.“Maaf. Saya tidak tahu kalau Yamazaki ini sudah mempunyai istri, bahkan saya pikir Yamazaki ini masih lajang karena dia tak pernah membicarakan masalah pribadinya. Jika tadi saya lancang karena memeluk suami anda, saya minta maaf,” balas wanita asing itu tersenyum, lantas dia langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Gadis. “Perkenalkan nama saya Evelyn, saya adalah teman satu kampusnya Yamazaki – San,” tambahnya memperkenalkan diri.Deg!
Baca selengkapnya
84. Mutiara yang Paling Berharga
 ***"Gadis, kamu sama Yamazaki baik-baik saja, kan?" tanya Emily.Gadis mengangguk. "Iya, aku dan Yamazaki baik-baik saja. Ada apa? Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan padaku?"Emily hanya tersenyum tipis, dia sepertinya tadi salah orang, dia pikir tadi tak sengaja bertemu Yamazaki dengan Haruka, saudari kembar dari mendiang Sakura."Emily, ada apa? Bicara saja ya padaku! Aku janji pasti akan mendengarnya," ucap Gadis."Tidak apa-apa, mungkin tadi aku salah lihat," balas Emily. "Yamazaki sedang berada di luar kota, kan?""Iya. Sudah tiga hari dan jika dia masih lama, kemungkinan aku yang akan pulang duluan ke Jakarta," balas Gadis."Gadis... ""Iya, ada apa?""Kamu tahu masalah mendiang Sakura?"Gadis mengangguk. "Aku tahu karena Yamazaki menceritakan semuanya. Sakura adalah kekasihnya di masa lalu dan dia meninggal saat mau melangsungkan pernikahannya dengan Yamazaki.""Kamu hanya tahu itu
Baca selengkapnya
85. Bahagiaku Menetap di Kamu
***“Halo, selamat siang,” ucap Haruka dengan sumringah.Gadis tertegun menatap wanita yang datang bersama Yamazaki, wajah itu terasa tak asing dan kenapa wajahnya seperti Sakura?“Hai, apa kamu sedang melamun?” tanya Haruka.Gadis langsung tersadar, dan dia pun menyambut uluran tangan dari wanita yang belum dia ketahui siapa. “Assalamualaikum, Haruka,” balasnya. Lalu Gadis menatap suaminya, dan meminta pria itu untuk menjelaskan siapa wanita yang dibawa oleh suaminya itu ke apartemen mereka.“Ah, Sayang. Maaf kalau aku belum cerita sama kamu masalah Haruka,” ucap Yamazaki. “Haruka ini adalah saudari kembarnya mendiang Sakura, dan beberapa bulan terakhir ini kami tak sengaja bertemu di kampus yang sama.”Gadis mengangguk pelan, dia mencoba tenang dengan penjelasan Yamazaki yang menurutnya itu kurang. Masih jadi tanda tanya di hatinya, kenapa Yamazaki tidak mencerit
Baca selengkapnya
86. Berpisah untuk Sementara
***“Sayang, aku mau bicara sama kamu,” ucap Yamazaki.Gadis yang sedang menyiapkan pakaian langsung menghampiri suaminya yang sedang duduk di atas ranjang. “Ada apa, Anata?’ tanyanya, dia khawatir karena Yamazaki terlihat gelisah.“Dua hari lagi kita akan kembali ke Jakarta, aku sangat bersemangat pulang dan bertemu dengan ayah dan ibu, tapi tadi aku mendadak mendapat kabar kalau Profesor Luwdig kecelakaan dan aku ditunjuk untuk menggantikan beliau di kampus.”“Jadi... “ Gadis tak bisa menunggu lama lagi mendengar apa yang ingin Yamazaki katakan.“Bagaimana kalau kamu sendiri dulu pulang ke Jakarta?”Gadis terdiam sejenak. Dia tersenyum samar. “Jadi Anata tidak jadi pulang bersamaku esok lusa?”“Jadi, Sayang. Tapi waktunya berbeda. Aku tidak bisa menolak permintaan kampus juga,” balas Yamazaki."Memangnya tid
Baca selengkapnya
87. Meninggalkan atau Ditinggalkan?
***Kedatangan Gadis ke Jakarta tentu saja disambut hangat oleh keluarga besarnya, dan mereka pun berkumpul bersama karena sangat merindukan Gadis. Namun, kedatangan Gadis yang tidak ditemani oleh Yamazaki tentu saja membuat sebagian keluarga besarnya bertanya-tanya dan penasaran."Suamimu kemana?" tanya Hartawan."Yamazaki mendadak harus menggantikan profesor-nya di kampus karena profesor-nya sedang ada musibah,” balas Gadis.“Lho kok malah mentingin orang lain sih, dia kan sudah tiga tahun tidak ke sini, masa dia membiarkan kamu pulang seorang diri,” ucap Hartawan menggelengkan kepalanya.“Memang hanya suamiku, Pakde yang bisa menggantikannya. Aku juga tidak masalah karena professor-nya itu selalu membantu Yamazaki.”Hartawan menghela napas panjang. “Harusnya ikut saja anterin kamu, istrinya. Nanti dia bisa balik lagi.”“Hush! Kamu kok ngatur sih, mana bisa semudah itu,”
Baca selengkapnya
88. Garis Resah
***Yamazaki langsung menemui Haruka yang saat ini berada di rumah sakit. Wanita itu melakukan percobaan bunuh diri lagi dan dengan sengaja menyayat nadi di lengannya. Pria itu tampak mematung menatap Haruka yang sedang duduk dengan pandangan yang kosong. Wajahnya sangat pucat, dan hatinya pun terenyuh karena baru kali ini dia melihat Haruka yang seperti itu.Yamazaki langsung duduk di depan Haruka. Wanita itu masih tak bergeming. Yamazaki pun tak bicara, dia hanya di sana untuk menemani Haruka agar wanita itu tahu kalau di dunia ini masih ada orang lain yang peduili.Satu jam berlalu...  Yamazaki dan Haruka hanya terdiam. Pria itu melihat arloji di tangan kanannya, dan sudah waktunya dia  melakukan panggilan video pada Gadis. Pria itu beranjak dari duduknya, namun Haruka mencegahnya pergi dengan menahan lengannya.“Aku tidak mau sendirian, aku takut,” lirih Haruka. Wanita itu akhirnya berbicara.Yamazaki mera
Baca selengkapnya
89. Kenapa Datang Terlambat?
***Gadis sedang melihat layar televisi. Di sana muncul Devano yang sedang menerima penghargaan jadi penyanyi terbaik, tampak wajah Devano semakin bersinar dan terlihat bahagia. “Ternyata dia masih berbakat juga,” ucapnya pelan.“Devano sudah berubah setelah bercerai,” timpal Putri.“Berubah? Ya iya lah berubah, kan jadi duda untuk kedua kalinya,” balas Gadis.“Anak ini, ya!” Putri menggelengkan kepalanya. “Maksudnya Ibu itu, dia jadi lebih sopan, ramah, dan sekarang gaulnya sama para ustadz dan artis-artis yang sedang hijrah.”“Oh, syukur lah kalau begitu. Alhamdulillah, Allah ketuk hatinya,” balas Gadis.“Setelah dua bulan bercerai dari Dhea, tak lama Devano datang seorang diri menemui Ibu dan ayahmu di sini. Dia meminta maaf dan menyesal karena sudah melukai hati kita. Kami memaafkannya karena ya namanya manusia itu pasti ada khilaf, kenapa tidak member
Baca selengkapnya
90. Seperti Separuh Jiwa Hilang
Kita terbiasa bersama, terbiasa saling membutuhkan, dan saling bergantung. Darimu pun aku mulai paham tentang aku yang utuh. Sampai kamu pergi, meski itu hanya sementara, aku tetap merasa separuh jiwaku telah hilang. Jika seperti ini sesaknya kamu tak tampak di dekatku, bagaimana bisa hidupku baik-baik saja tanpamu?***“Anata, kenapa tadi ada suara Haruka? Anata sedang bersama dia sekarang?” tanya Gadis. Dia terkejut mendengar suara wanita itu. Suara yang sangat dekat. Entah apa yang keduanya bicarakan, Gadis tidak paham karena mereka berbicara menggunakan bahasa dari negara mereka.“Iya, Sayang. Aku sedang menemani Haruka dari kemarin. Aku lupa memberi kabar karena keadaan Haruka agak serius,” balas Yamazaki.“Sakit apa dia?”“Haruka... ““Hmm... ada apa, Anata? Apa penyakitnya serius?” tanya Gadis penasaran.“Haruka melakukan perco
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status