All Chapters of Atasanku, Suami Keduaku: Chapter 131 - Chapter 140
202 Chapters
ASK-131
“Bu Anum pasti masih capek. Kenapa nggak tiduran di hotel aja? Apa hotelnya kurang nyaman? Saya nggak bisa pesan kamar mahal karena harus berhemat. Untuk ke depannya … kalau Bu Anum masih mau kerja sama saya, sepertinya gaji Bu Anum kembali ke jumlah yang awalnya kita sepakati. Selama ini saya nggak tahu berapa Pak Arsya membayar Bu Anum perbulan. Kalau buat menyamakan jumlahnya … saya nggak bisa.” Indah meringis memandang Bu Anum yang sedang membereskan bawaan mereka.Untuk saat itu Bu Anum merasa dirinya harus menjadi pendengar yang baik buat Indah. Dibayar atau tidak dibayar, Bu Anum sendiri sebenarnya tidak masalah untuk saat itu. Selama ini Arsya sudah memberinya cukup banyak uang di luar gaji bulanan yang ia terima. Anaknya sudah dewasa dan hidup cukup dengan keluarganya. Ia tidak memiliki seseorang yang terdesak membutuhkan bantuannya selain Indah. Ya. Ia merasa bahwa Indah membutuhkan teman bicara.Menyaksikan Indah merawat Alif dan melewati waktu sulit selama ini membuat kedek
Read more
ASK-132
Yeni mengerjap. “Ya, Pak?” Merasa telinganya salah mendengar. Sandiwara gila apa lagi ini? Apa tidak cukup Arsya dan Indah membodohinya selama ini? Apa Arsya memang tidak pernah menganggapnya ada hingga pria itu selalu membutuhkan sekretaris tambahan? “Kamu pasti dengar ucapan saya cukup jelas. Saya tunggu Indah di ruangan,” kata Arsya, meninggalkan Indah lebih dulu untuk kembali masuk ke ruangannya. “Tunggu, Pak. Maksudnya serius?” Yeni kembali menyuarakan isi pikiran tanpa memandang tempat. Lagipula itu benar-benar gila. Arsya dan Indah pasti berkenalan di kantor itu. Dan sekarang Arsya mau sekretaris baru? Apa hubungannya dengan Indah kandas begitu saja? Secepat itu? Arsya terhitung masih pengantin baru dan saat itu keluarga kecilnya baru tertimpa musibah. Kenapa Indah mengundurkan diri? Apa keluarga itu sedang tertimpa masalah selain berdukacita? “Asisten sekretaris kompeten dan cantik?” Yeni sedikit tersinggung. Merasa kalau apa yang disebutkan Arsya barusan sudah ada pada di
Read more
ASK-133
Indah melangkah gontai saat meninggalkan lantai di mana ia menghabiskan masa-masa awalnya sebagai karyawan untuk pertama kali. Bohong kalau ia tidak sedih. Ia menyukai pekerjaannya. Tidak ada yang membuatnya tidak betah di sana sekali pun rekan kerja beda lantai yang memang kadang bertingkah menyebalkan.“Saya pamit, Mbak. Maafin kalau saya pernah salah dan belum bisa benar jadi bawahannya Mbak Yeni.” Indah memijat bahu Yeni dengan gesture yang sangat akrab.“Kamu nggak pernah dendam atau benci ke aku, kan, In?” Yeni sudah memastikan pintu ruangan Sarah tertutup rapat sebelum ia mendekati Indah.Indah mengulas senyuman. “Aku nggak pernah punya pikiran kayak gitu, Mbak.” Indah mengeluarkan agenda yang cukup tebal dari laci. Ia menyodorkan agenda itu pada Yeni. “Semua detil pekerjaan yang pernah aku lakukan tertulis di sini, Mbak. Kalau Mbak Yeni mau tahu sesuatu tinggal dicari aja sesuai abjad yang aku masukkan. F untuk fashion Bapak. Isinya butik langganan dan beberapa gambar model ya
Read more
ASK-134
“Sudah ada denyut jantungnya,” ucap Indah sangat pelan. Dalam hatinya berharap kalau janin mungil dalam kandungannya itu tidak mendengar apa yang baru saja ia ucapkan soal aborsi. “Denyut jantungnya cepat banget.” Sepasang mata Indah menatap monitor yang tergantung menghadap ke arahnya.“Denyut jantung janin memang sangat cepat. Persis seperti ungkapan yang sewaktu masa kuliah dulu saya dengar. Tuhan meletakkan denyut jantung yang paling cepat pada makhluk kecil yang baru dibentuk. Lalu kemudian perlahan-lahan denyut jantung itu melambat di usia yang semakin tua, sampai akhirnya berhenti.” Dokter Irna meletakkan alat USG kembali ke tempatnya.“Jadi … apa semuanya sehat, Dok?” Indah bertanya dengan nada ragu. Kembali teringat kalau kondisi Alif sewaktu janin juga sama sehatnya seperti tadi.“Semuanya sehat dan terlihat normal,” tegas Dokter Irna.“Awal kehamilan Alif juga dulu begitu, kan, Dok? Tapi pada akhirnya Alif….”“Untuk saat ini mari kita berpikir positif. Dua bulan lagi kita a
Read more
ASK-135
“Terima kasih untuk pengertiannya, Pak Roni. Nanti lain waktu saya akan undang Pak Roni untuk makan malam.” Arsya berbicara melalui sambungan telepon yang terletak di mejanya. Ia lalu tertawa kecil mendengar jawaban dari seberang telepon. “Soal lowongan pekerjaan Anda bisa bertanya pada sekretaris saya. Baik, sekali lagi terima kasih.” Arsya kemudian meletakkan telepon.“Maaf, Pak. Bapak sampai harus bicara langsung dengan HRD Manager. Harusnya pimpinan perusahaan itu saja sudah cukup.” Sarah masih duduk di seberang Arsya dengan setumpuk map di pangkuannya.Arsya mengangkat bahu. “Saya juga tidak boleh lupa kalau ini adalah urusan pribadi. Besar atau kecil perusahaan yang dituju Indah, saya tetap harus menghargai aturan perusahaan itu. Tapi kalau soal HRD Manager yang bertanya lowongan pekerjaan, kamu yang harus menanganinya.” Arsya tertawa kecil.“Bapak belum berbaikan dengan Indah?” Sarah bertanya dengan sangat tenang. Ia tahu kalau Arsya tidak akan menganggapnya terlalu mau tahu. K
Read more
ASK-136
Arsya mengetukkan telunjuknya ke meja beberapa kali. Lalu …. “Sebaiknya kita pesan minuman dulu, kan?” Ia meletakkan kertas dan meraih menu yang membuat isi meja kecil itu berdesakan.Dean menjentikkan jarinya. “Ide bagus. Kita harus minum untuk menyalurkan oksigen ke otak. Pasokan oksigen yang lancar ke otak akan menghasilkan ide-ide cemerlang. Meski tanpa minum aku bisa memberi kamu lebih dari lima saran terbaik.” Dean terkekeh. “Silakan pilih menunya. Aku udah hafal.” Lalu melambai pada seorang pelayan yang sedang memandang ke meja mereka.“Aku pesan mocktail aja, Mas. Apple Glitz,” kata Arsya, meletakkan menu di meja. Arsya kembali meraih kertas yang dibawa Dean dan membacanya seraya menunggu pelayan mencatat pesanan mereka. Kepalanya yang tertunduk kemudian kembali tegak saat pelayan pergi. “Mas Dean sampai hafal menu dan kenal pelayannya.”“Aku suka tempat ini dan sering banget ke sini bareng teman-temanku. Tempat ini tidak terlalu sepi. Sebenarnya cocok untuk membicarakan hal-ha
Read more
ASK-137
Mungkin Arsya sudah membetulkan letak dasinya belasan kali sebelum benar-benar tiba di depan pintu rumah kecil yang ditempati Indah. Ia suka rumah itu. Rumah mungil dua lantai yang terletak dalam cluster dengan jumlah unit terbatas. Tak sampai dua puluh rumah berada dalam cluster itu. Lingkungannya sepi dan menenangkan. Ia mendapat informasi soal rumah itu dari Galih. Dan karena si pemilik tidak mau disewa, ia akhirnya membeli rumah itu dengan harga cukup tinggi. Tidak apa-apalah, pikirnya. Nantinya rumah itu bisa mereka jadikan sebagai kenang-kenangan.Arsya kembali mengetuk pintu. Tidak mungkin Indah tidak dengar. Sebelum memanggil Indah tadi ia sudah menelepon Bu Anum dan wanita itu mengatakan kalau Indah tengah berada di dapur kecil yang berdampingan dengan ruang tamu kecil. Indah sedang memanaskan sepanci kecil sup ayam sebelum bergumam soal keinginannya makan martabak.“Sebenarnya gorengan itu nggak baik buat kita. Lebih tepatnya makanan yang banyak mengandung minyak. Tapi entah
Read more
ASK-138
Percakapannya bersama Arsya kemarin malam masih terngiang di telinga. Cukup membuat ia ragu saat mematut dirinya di depan cermin berulang kali.“Sepertinya dia memang benar-benar nggak suka perusahaan itu. Apa perusahaan sejenis memang harus bersaing sejelas itu? Atau memang mereka ada masalah pribadi? Perasaan selama kerja aku nggak pernah dengar hal aneh. Di kantor juga nggak pernah ada cerita macam-macam.” Indah memulas lipstik berwarna merah tipis-tipis ke bibirnya. Setelah lipstik merata, ia melihat sosok yang terpantul di cermin menjadi lebih segar. Ia tersenyum sedetik lalu meraih ponselnya untuk mencari informasi yang mengganjal pikirannya tadi.“Harusnya aku merasa beruntung karena tidak harus melalui alur penerimaan pegawai yang panjang. Kalau dipikir-pikir … aku juga diterima di SB Industrial terlalu mudah. Perusahaan sebesar itu tapi mau menerima aku yang tanpa pengalaman.” Indah berbicara sendiri sambil mengetikkan kata kunci soal Arsya dan Eric Widjaja di ponselnya. “Tid
Read more
ASK-139
Tanpa terasa, Indah mencengkeram ponselnya keras-keras. Satu tangannya kemudian menangkup mulut. Benar-benar takut kalau suara sepelan apa pun bisa keluar dari mulutnya karena situasi mencekam itu. Aplikasi pesan di ponselnya sedang terbuka dan matanya menangkap nama Arsya berada di urutan teratas. Ia membuka pesan Arsya dengan napas tertahan.‘Indah sudah selesai interview? Saya tunggu di luar; ya. Kita makan siang sama-sama. Kamu harus mau.’Sementara di luar Sita terkekeh-kekeh. “Iya, sih. Wanita itu juga cantik. Mungkin Pak Eric juga bakal ngajak nginap kalau dia mau. Info sementara yang diterima, SB Industrial belum dapat investor. Pak Eric bisa lanjut rencananya buat ngebalap rencana mereka bikin smelter. Kita dukung pemerintah buat pengolahan nikel di sini, tapi kita juga bisa tetap ekspor mentahnya seperti biasa. Nama perusahaan kita tetap harum karena mendukung program pemerintah, ekspor mentahnya tetap jalan diam-diam dan kita nggak perlu bayar royalti juga bea ekspor ke nega
Read more
ASK-140
Indah sontak membulatkan mata. “Enggak ada, kok. Nggak ada yang khusus dalam interview tadi. Semuanya biasa aja.”“Kamu keterima?” Arsya mencondongkan tubuh ke depan. Hidungnya dan Indah hanya beberapa senti saja. Nyaris bersentuhan. Ia bahkan bisa tahu kalau Indah sedang menahan napas.Indah menelan ludah. “Saya diterima masa percobaan. Kalau dilanjutkan mungkin akan jadi pegawai tetap,” jelasnya. “Umm … ini…mau apa? Saya nggak bisa….”Kemudian terdengar suara pengunci seat belt dibuka. Arsya mengangkat satu alisnya. “Saya cuma bantu kamu buka ini,” kata Arsya, tersenyum jahil. “Ayo turun. Saya bakal pesan banyak makanan dan kamu harus makan.”Mereka masih suami istri. Jadi, sebenarnya tidak ada yang salah dengan acara makan siang berdua itu. Tidak ada yang salah. Termasuk saat Arsya menyentuh pinggangnya saat menahan pintu untuknya. Tapi kenapa ada yang mengganjal di hatinya? “Pak Arsya sudah sampai? Bu Sarah sudah wanti-wanti ke saya soal aturan makanan dan letak meja. Mari ikut s
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status