Semua Bab Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa : Bab 31 - Bab 40
201 Bab
BAB 31
Yuda berusaha menahan tertawa saat Dinar mengobati punggungnya yang tadi kena tampar bapa. Ia yakin orang satu rumah juga sejak tadi menahan tawa agar menjaga perasaan Dinar yang mencoba menolongnya."Mas. Kita cari kontrakan aja yuk," ajak Dinar dengan hidup yang berbunyi kalau ia menarik nafas. Tanda istrinya itu habis menangis."Jangan, Sayang. Di sini ada rumah saya. Salah satu rumah di sini itu rumah punya saya," jelas Yuda setenang mungkin.Ia tak berani menatap wajah Dinar. Takut tertawa keceplosan melihat tangis Dinar yang terasa berlebihan itu.Tak ada dirinya yang kesakitan di siksa sampai meninggal. Ia hanya berteriak agar bapa berhenti menampari dirinya dan memberi kesempatan agar bisa menjelaskan. Tapi belum sempat bapa berhenti, Dinar sudah memeluknya bak dirinya bisa saja mati kalau tidak di tolong.Padahal pukulan bapa pun sangat beliau jaga agar tidak meninggalkan bekas yang terlalu berbahaya."Tapi mereka semua
Baca selengkapnya
BAB 32
Muka tebal, Sania melangkah tanpa peduli tatapan orang-orang kampung yang menatap dirinya. Sudah terlanjur kesal ia tidak mempedulikan lagi rasa malu."Bangun pagi kek jadi menantu!"Pagi-pagi Bu Halimah sudah menggedor-gedor kamar Sania dan memintanya untuk bangun. Tak sampai di situ Bu Halimah, mertuanya, juga meminta ia untuk membersihkan rumah, memasak, dan berbelanja bulanan ke pasar."Emangnya gue pembantu! Dasar mertua songong!"Sania menggerutu dengan wajah di tekuk berjalan kaki menyusuri jalan kecil menuju rumahnya.Sialannya lagi ia harus berjalan masuk ke sini setelah turun dari angkot. Puluhan pasang mata yang menatap dirinya dengan cela rasanya sangat ingin ia maki-maki.Apa sih urusan mereka dengannya?"Eh, berani muncul kepermukaan juga!" sapa seorang wanita paru baya yang terkenal sebagai kang nyinyir, kang ghibah sekaligus kang gosip yang terkenal sejagat kampung."Ya iyalah berani. Emangnya sa
Baca selengkapnya
BAB 33
"Mas kerja di sini?" tanya Dinar."Dulu sih di sini," jawab Yuda.Mereka berjalan menyusuri parkiran yang luasnya ternyata tidak main-main. Parkiran ini pula di depannya ada pasar. Belum lagi di samping-sampingnya ada toko-toko dan cafe. Tak jauh dari sini juga ada mall.Maka tempat ini adalah tempat parkir paling strategis."Ini lokasi parkir punya bapa," kata Yuda. "Dulu bapa preman di sini. Anak buahnya di mana-mana," jelas Yuda."Termasuk Mas ya jadi anak buah bapa?" tanya Dinar dengan polosnya.Yuda tertawa. Ia menarik lengan Dinar agar duduk di samping gerobak bakso."Eh, Yuda? Lama gak ke sini. Biasa kalau pulang kerja masih sempat ke sini," kata tukang bakso yang lagi-lagi mengenal Yuda.Rasa-rasanya di sekitar sini hampir tidak ada yang tidak mengenal Yuda."Iya. Saya pulang ke kampung halaman," jawab Yuda."Jadi baru balik nih? Ada gitu oleh-oleh?" tanya tukang bakso sambil menurun na
Baca selengkapnya
BAB 34
Sehabis sholat Maghrib, Dinar keluar kamar yang ditempatinya dengan Yuda. Suaminya itu barusan pamit ke mesjid bersama bapa.Dinar memilih ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Namun belum sempat dirinya hendak memegang peralatan dapur, ia sudah di tegur dan di usir mertuanya."Jangan kau sentuh barang-barang dapur itu hey! Biarkan Yanti dan Jujum yang kerjakan!" tegur ibu saat Dinar baru ingin menyentuh kompor.Beliau melangkah lebar menuju kearahnya."Gak apa-apa, Bu. Kali aja Dinar bisa bantu," katanya.Ibu langsung menggeleng tegas. "Buat apa aku punya pembantu kalau pada akhirnya harus kau yang bereskan semua ini," omel beliau. "Lebih baik kau bantu aku saja," katanya lagi."Bantu apa, Bu?" tanya Dinar."Ikut," ajak beliau lalu melangkah menuju ruang tamu.Ibu duduk sambil meraih remot TV dan menekan tombol on hingga cahaya TV menyala."Dinar bisa bantu apa, Bu?" tanya Dinar kebingungan.
Baca selengkapnya
BAB 35
Dinar memilih kembali ke halaman belakang dan duduk di samping ibu mertuanya."Sudah ketemu Yuda?" tanya ibu mertuanya."Sudah, Bu," balas Dinar sambil tersenyum tipis. Ibu mertuanya mengangguk lalu kembali bercengkrama dengan para rekan sepantarannya. Sementara Dinar memilih duduk saja tanpa mau ikut berbincang.Pikirannya justru berkelana pada kejadian dirinya melihat Yuda duduk berduaan tadi. Dan perasaan sesal merambat di hati Dinar kenapa dirinya tadi tidak mendekati Yuda saja dan menanyakan langsung.Kalau begini, dirinya justru bertanya-tanya siapa wanita itu dan apa yang mereka bicarakan di luar sana berduaan."Hai. Jangan melamun."Dinar tersentak kecil. Matanya langsung menyambut senyuman tipis Yuda yang lalu duduk di dekatnya."Mas, dari mana?" tanya Dinar secara spontan"Kamar mandi," balasnya singkat.Kenapa harus bohong? Dinar jadi semakin kepikiran apalagi jawaban Yuda
Baca selengkapnya
BAB 36
"Markir sih kalau saya."Yuda membuka pintu rumah. Dua koper di tariknya lagi masuk ke dalam.Tas besar yang mereka bawa dari rumah, di ubah Yuda saat mereka berada di hotel kala itu.Dinar yang yang terheran-heran diam di tempat karena lagi-lagi jawaban Yuda adalah markir."Kenapa di situ? Masuk. Ini rumah kita," kata Yuda sudah berada di dalam rumah.Langkah kaki Dinar perlahan memasuki pintu rumah. Ia langsung di sambut dengan banyaknya bingkai foto yang bertebaran di hampir seluruh dinding kamar. Bahkan ada foto besar yang terpajang.Foto 5 laki-laki dengan seragam berbeda-beda."Itu foto saya sama mereka berempat waktu di Amerika," kata Yuda saat Dinar menatap lekat foto itu.Dinar terfokus pada apa yang ada di belakang kelima laki-laki itu.Pesawat!"Mas, pernah kerja di bandara?" tanya Dinar."Memang saya kerja di bandara," balas Yuda ringan.Mata Dinar membol
Baca selengkapnya
BAB 37
Rancangan pernikahan yang di buat dalam jangka waktu singkat, tak di sangka bisa terbentuk dengan sangat sempurna.Berlokasi di dekat villa milik bapa Togar. Istimewanya, pesta ini akan di selenggarakan di dekat pantai. Tepat di belakang villa. Bisa di bilang ini lokasi pribadi milik bapa Togar."Bagus sekali rancangan mereka dengan pesta kalian itu, ya?" Ibu datang dengan wajah sumberingah. Sepertinya baru saja menengok tempat akan di adakan acara dua jam lagi."Subhanallah! Cantiknya." Ibu langsung memuji saat melihat Dinar yang masih dalam proses makeup.Makeup artist yang di pilih pun yang istimewa. Bagaimana tidak sempurna polesannya."Kau macam aku waktu masih muda."Ibu memilih duduk di dekat Dinar.Usai bibir Dinar di beri lipstik, ia menoleh pada mertuanya itu."Makasih ya, Bu. Dinar gak nyangka acara pernikahannya akan seistimewa ini."Siapa yang menyangka pernikahan yang dulunya akan di gelar
Baca selengkapnya
BAB 38
[Jangan bicara, apalagi membuat Dinar sedih hari ini. Foto ini bisa saja melayang ke polisi detik ini juga.]Bu Tiara membulatkan matanya saat melihat foto-foto lama dirinya saat bekerja di rumah seorang perempuan sakit-sakitan. Foto ini sudah berusia lebih dari 10 tahunan. "Siapa yang punya foto ini?" Bu Tiara cepat menyobek foto-foto itu lalu melemparkannya ke tong sampah.Ia berdiri di depan cermin toilet villa dengan wajah memucat."Bu? Ibu kenapa?" Sania menyusul ibunya yang sangat lama berpamitan ke toilet."Tuh Dinar udah di pelaminan! Nyebelin banget sih! Katro dia pakai acara drama-drama gitu!" gerutu Sania yang kesal melihat prosesi Dinar naik pelaminan."Bu? Ibu kenapa sih?"Sania yang sejak tadi menggerutu sendiri bingung melihat ibunya tampak pucat bertumpu pada westapel.Bu Tiara menggeleng cepat. "Nggak. Nggak apa-apa. Udah. Kita balik ke acara aja "Ibu Tiara tampak merasa sep
Baca selengkapnya
BAB 39
"Cantik juga istri kau.""Amir. Jangan macam-macam!"Dinar terpaku mendengar bentakan Yuda hanya karena pria bernama Amir itu memuji dirinya cantik.Padahal, sejak di pelaminan tadi ada banyak rekan bapak baik laki-laki dan perempuan berkata begitu. Bahkan saudara Yuda yang lain juga mengatakan itu tadinya."Kenapa? Takut kau?""Bang!" Jono seolah berusaha menahan Yuda.Suasana anehnya menjadi tegang setelahnya. Tiga saudara yang lain jadi terlihat cukup waspada.Bapa dan ibu masih mengurus sesuatu di luar villa. Sementara Devandra katanya pergi mengantar perempuan yang tadi di ajaknya, pulang."Saya tidak pernah lakukan apa yang kamu tuduhkan, Amir. Jangan membalas apapun!" ucap Yuda sambil menarik Dinar merapat padanya.Amir nampak justru tertawa dengan perkataan Yuda."Melakukan atau tidak kau sudah membuat semuanya hancur. Sekarang, bagaimana kalau kau merasakan kehancuran ini juga?"
Baca selengkapnya
BAB 40
"Pengantin baru pada diem-diem baek dari tadi," ledek Jono yang menyetir.Sejak keluar dari villa, memang tak ada yang mengeluarkan suara antara Dinar dan Yuda. keduanya memang tidak berargumen apapun di hadapan keluarga. Hanya saja diam-diaman keduanya cukup terasa membuat orang yang melihat paham kalau sedang ada masalah antar keduanya."Iya. Kenapa Dinar? Gak dikasih jatah si Yuda?" sambar Satria meledek.Pas sekali semua saudara Yuda bahkan si Amir ada di dalam mobil itu.Yuda memalingkan wajahnya tak mau saudaranya mengetahui kalau mereka bertengkar. Akan lebih baik hanya mereka berdua yang menyelesaikan ini.Dinar pun hanya tersenyum saja membalas Jono dan Satria dari bangku depan. Sementara dirinya yang di bangku tengah bersama Yuda.Di bangku paling belakang, Devandra, Hasyim, dan Amir duduk mepet-mepetan.Memahami kalau bertengkar atau tidaknya Yuda dan Dinar bukan ranah mereka, akhirnya mereka berdua diam memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status