Semua Bab Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa : Bab 41 - Bab 50
201 Bab
BAB 41
"Ibu kenapa sih semenjak pulang dari Bali jadi kayak orang uring-uringan? Terus juga, kemarin kenapa gak jadi minta uang sama, Mbak Dinar?" tanya Sania.Ibu Tiara jadi tidak fokus setelah pulang dari Bali. Seolah ada yang mengintainya. Ketakutan, bahkan tak jarang seperti orang semaput."Jangan hubungi Mbak kamu lagi. Fokus saja pada CPNS. Jangan sampai semua perjuangan ibu menguliahkan kamu sia-sia," balas ibu Tiara.Sania mengerutkan kening. "Kok gitu sih? Tapi kita butuh uang, Bu. Buat cek up aku ke rumah sakit, buat kebutuhan dapur, sama juga aku mau minta ke Mbak Dinar buat kebutuhan skincare aku itu loh."Aneh. Perubahan ibunya itu membuat Sania tidak terima. Ia sejak sebelum berangkat, sudah membuat daftar apa saja yang mau dibeli setelah mendapatkan uang dari Mbaknya itu.Tapi sikap ibunya malah begini. Yang membuat lebih kesal lagi, mereka tidak di persilahkan untuk tinggal di villa itu selama di Bali. Cuma di sewakan hotel tak jauh dari villa itu.Padahal mereka keluarga. Ta
Baca selengkapnya
BAB 42
Sania harus menelan pil pahit ketika pengumuman CPNS, dirinya dinyatakan gagal. Pastinya itu sangat kentara akibat viralnya video pengakuan Danu tentang dirinya yang hamil duluan dan merebut calon suami kakaknya sendiri.Tapi keanehan sangat di rasakan Sania ketika Danu dinyatakan lolos sebagai PNS.Entah kenapa hatinya merasakan janggal."Mas kok bisa sih lolos CPNS?" tanya Sania sambil meletakkan kopi yang diminta Danu.Kini Sania tinggal di rumah mertuanya. Mau tidak mau karena butuh biaya untuk kehamilannya yang sudah menginjak usia hampir melahirkan."Kenapa? Iri kamu gak lolos kayak aku?" tanya Danu balik bernada sengit."Bukan gitu. Mas sama Sania sama-sama rusak reputasinya gara-gara Mbak Dinar sama mas Yuda. Tapi kok cuma Sania yang dinyatakan gagal, sementara mas lolos."Danu menatap Sania remeh. "Jangan kamu samakan nasibku dengan nasib burukmu itu. Lagi pula, aku masih kesal karena kelakuan burukmu itu. Bukannya kamu bilang memberikan tubuhmu tanpa syarat? Tapi kenapa pada
Baca selengkapnya
BAB 43
"Jangan memikirkan apa yang Anita katakan. Dia memang sudah gila."Baru saja mau melanjutkan kegiatan berkebun yang tertunda, Dinar kembali di datangi seseorang yang kini berbeda jenis dengan tamu jilangkung yang tadi "Bang Amir?" Dinar menatap pria itu yang tanpa di persilahkan langsung duduk di tempat yang sama dengan yang di duduki Anita tadi."Saya rasa Yuda benar. Kamu berbeda dari Anita."Dinar lagi-lagi harus memutar otak dengan kata-kata berbentuk tebak-tebakan puzzle yang harus ia satu-satukan dan di mengerti dengan baik.Tumben juga bang Amir tidak bicara seperti ibu dan bapa. Dia berbicara dengan bahasa Indonesia yang fasih seperti Yuda."Gimana maksudnya, Bang?" tanya Dinar.Amir justru menggeleng. "Saya juga bingung, apa harus melakukan niat awal saya, atau justru berbalik arah," katanya lagi.Apa sih?!Gak jelas banget ini laki-laki!Dinar menggerutu dalam hati. Kalau bicara orang-orang di sini, apa memang dasarnya tidak pakai judul dan tidak pakai narasi yang bisa di
Baca selengkapnya
BAB 44
"Dinar pasti baik-baik aja, Bang." Hasyim coba menenangkan Yuda yang jadi uring-uringan.Dinar masih tidak ketemu bahkan di jam 1 malam ini. Mereka berkumpul di rumah bapa dan ibu. Kedua pasutri itu juga tidak ada di rumah.Berharap Dinar ikut bersama keduanya, namun sayang saat di telpon bapa dan ibu mengaku tidak membawa Dinar Suasana hati Yuda jadi semakin kacau apalagi saat suara petir bersambar menandakan hujan kemungkinan besar akan turun."Kalian gimana sih? Bisa gak tau di mana, Dinar!" bentak Yuda pada Yanti dan Jujum yang menunduk.Merekapun tidak tau di mana Dinar. Saat pulang dari pasar mereka tidak melihat ada Dinar. Padahal biasanya Dinar selalu ada di depan rumah sore hari. Kalau tidak duduk-duduk sambil menunggu tukang bakso, ya berlumuran tanah mengurusi kebunnya itu.Tapi sore tadi semua tampak hening. Sayangnya mereka tidak menaruh curiga karena bisa saja Dinar ketiduran di dalam rumah atau ikut majikan mereka yang berangkat dari kapan, pun mereka tidak tahu."Kena
Baca selengkapnya
BAB 45
Kejadian di malam itu bukan kali pertama kegilaan Anita. Bahkan kegilaannya berlanjut hingga Yuda berangkat ke Amerika.Tak sekali dua kali wanita itu mendatangi dirinya seolah Yuda akan benar-benar jatuh cinta bila ia gigih mendatangi dan mencurahkan perhatian pada Yuda."Yud, kalau kamu gak cinta sama aku waktu masih di maskapai yang sama, mungkin kita bisa saling mengenal lagi. Mungkin kita bisa pdkt dulu. Aku gak apa-apa kok.""Kamu gak apa-apa. Tapi saya gak mau Anita. Saya gak mau makin merusak hubungan antara saya sama Amir. Kamu paham gak sih perbuatan kamu ini udah gila banget?"Bahkan Anita berusaha agar bisa bekerja di maskapai yang sama dengan Yuda di Amerika. Untungnya dia tidak ada kesempatan itu karena kualifikasi pengalaman yang dimiliki Anita tak memenuhi standar maskapai."Aku gak peduli. Aku bakal tetap tunggu kamu, Yuda. Aku cinta sama kamu. Cinta banget. Aku tunggu balasan cinta dari kamu juga."Tidak perduli kalau Yuda sudah melihat kelakuannya itu sebagai hal ya
Baca selengkapnya
BAB 46
Dinar mengusap tengkuknya yang terasa dingin. Tatapan tajam itu membuat tubuhnya merinding. Ia menunduk menghindari tatapan mereka agar tidak bertabrakan. Wajah dingin yang tidak mengeluarkan sepatah katapun itu makin membuat nyalinya Dinar mencuit."Udahlah, Mas, ngeliatin Dinar kaya gitu," keluhnya dengan bibir cemberut.Sepertinya sudah hampir satu jam mereka duduk di luar kamar inap ibu Tiara dengan Yuda yang masih tidak melepaskan tatapan marahnya pada Dinar"Kan, mas juga yang gak teliti. Aturan liat dulu kamar kita. Dinar udah kasih tulisan segede gaban loh," ucap Dinar lagi.Lagi-lagi Yuda tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Tapi tidak perlu di lirik juga, Dinar tau pria itu sedang menatap dirinya seolah ia habis mencuri uang miliaran rupiah.Dinar mendongak kecil memastikan Yuda tidak tertidur karena pria itu tak kunjung berbicara."Apa?"Setengah tersentak Dinar kembali menunduk. "Dinar minta maaf," gumamnya tak berdaya."Puaskan bikin saya semaput kamu?" tutur Yuda."Gak
Baca selengkapnya
BAB 47
"Berangkat kerja dulu ya, Mbak."Dinar mengangguk pada Sania yang sudah rapi hendak berangkat kerja. Sementara dirinya masih sibuk mengurus ibu mereka."Sarapan dulu ya, Bu," katanya.Keadaan ibu Tiara lumayan membaik. Walaupun dinyatakan lumpuh, namun ibu masih bisa berbicara dan duduk seperti biasa. Pelan-pelan Dinar menyuapkan makanan pada sang ibu. Dengan hati-hati dan penuh kasih sayang."Terima kasih, Dinar," tutur ibu Tiara lemah.Dinar mengangguk sembari tersenyum kecil.Sudah dua hari dirinya di sini tanpa Yuda. Suami beserta mertuanya sudah pulang sehari setelah memastikan dirinya baik-baik saja.Walau serentetan pesanan dari ibu mertuanya agar ia menjaga diri baik-baik.Sementara Yuda, tak banyak kata suaminya itu ucapkan. Hanya kalimat perpisahan singkat dan sampai jumpa lalu pergi dengan wajah tanpa ekspresi."Dinar. Ibu meminta tolong. Sekali ini saja." Suara parau ibunya melirih
Baca selengkapnya
BAB 48
"Gak balik?"Yuda yang ikut nimbrung bersama mereka malam-malam begini tentu mendapatkan pertanyaan heran.Apalagi tampaknya Yuda tidak kembali ke rumah, melihat pakaian yang masih sama seperti tadi pagi."Males. Saya di rumah sendiri."Begitu memarkirkan mobil dan mendapati rumahnya masih gelap gulita, Yuda jadi makin malas masuk ke dalam."Kayak gak biasa sendiri aja." Suara celetukan yang membuat kelima lelaki itu menoleh serempak.Orang itu langsung duduk tanpa di persilahkan. Dan anehnya ia duduk persis di samping Yuda."Ini juga tumben ikut nimbrung," komentar Jono lalu menyesap kopi panasnya."Kenapa lagi? Saya gak ada godain Anita. Ketemu aja nggak saya hari ini," ucap Yuda malas berdebat.Apalagi yang akan di debatkan Amir kalau bukan Anita. Perempuan paling di cintainya namun hanya menganggap Amir pelampiasan.Amir tiba-tiba tertawa mendengar kekesalan Yuda. Tangannya terulur tepat di hadapan Yuda.Yuda mengernyit heran dengan sikap anehnya."Anggap saja kita sudah berbaikan
Baca selengkapnya
BAB 49
"Udah pagi, Mas. Hari ini mas gak kerja?"Entah susah berapa kali Dinar bolak balik kamar mencoba membangunkan Yuda. Sementara laki-laki itu masih menutup mata dan membalasnya dengan gumaman kecil."Mas. Bangun."Kali ini ia Dinar menggoyang bahu Yuda agak keras. Setengah gemas dirinya menarik selimut yang menutupi tubuh sang suami hingga bahu."Aaaa! Mas!"Tubuh Dinar rasa tertarik ke depan. Matanya membelak setengah sadar merasakan tubuhnya berada di atas tubuh kekar sang suami."Kamu pagi-pagi udah wangi aja, Sayang."Yuda bergumam kecil dengan mata terpejam sembari membelit tubuh sang istri dengan kedua tangannya semakin merapatkan tubuh mereka."Mas Yuda! Ini udah pagi. Tuh, udah mau jam 8. Biasanya mas setengah 6 udah berangkat," keluh Dinar."Saya gak kerja. Udah bilang izin lewat Devandra," balas Yuda sambil membuka kedua matanya. Senyumnya mengembang saat pertama kali menatap wajah Dinar dengan jarak yang sangat dekatDengan posisi yang masih seperti tadi, Yuda mengecup pelan
Baca selengkapnya
BAB 50
"Kenapa sih kalian bertamu pagi-pagi gini?" kesal Yuda sambil berjalan duduk ke sofa di ikuti empat saudaranya.Gangguan pagi-pagi di saat kedua pasangan suami istri ini hendak menghabiskan waktu bersama."Lagi pengen ngumpul-ngumpul aja," jawab Devandra tanpa merasa bersalah "Mau ngumpul doang malem-malem juga bisa," balas Yuda."Lah, kalau malam nanti ganggu acara kau dengan istri tercintamu itu," sahut Satria sambil menarik turunkan alisnya."Kalian pikir bertamu jam segini gak ganggu?" balas Yuda sewot.Yang benar saja, saudara-saudaranya yang punya bakat menghancurkan kedamaian orang bahkan rela saling bolos kerja demi menganggu keindahan Yuda dan Dinar yang sedang di mabuk asmara."Gak sih ya kan? Masih pagi ini. Masa iya mau gituan pagi-pagi."Derai tawa keempat pria itu bersamaan. Mau tidak mau wajah Dinar jadi tersipu malu. Ia pun memilih pergi ke dapur berniat membuatkan minuman karena sepertinya tamu ini akan lama perginya.Padahal, tadi dirinya dan Yuda hampir saja tengge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status