Semua Bab Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh): Bab 21 - Bab 30
34 Bab
Aku Tak Peduli Statusmu
"Aham, ini…." Ayana seolah tak bisa melanjutkan kata-katanya. Matanya memandang takjub dengan pemandangan yang ada di depannya."Apa kau suka?" Aham maju berdiri di samping Ayana. Yang sekarang matanya tak hanya memandang takjub, melainkan bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Ah, entah kenapa melinta senyuman wanita yang entah sejak kapan nya mengisi hatinya tersebut ia juga ingin tersenyum."Aku tak pernah melihat tempat seindah ini." Ayana masih memandangi takjub. Sedangkan Aham yang berdiri di samping Ayana begitu lekat menatap wajah cantik Ayana dengan tanpa berkedip. Wajah cantik itu tampak semakin cantik tatkala dihiasi senyuman."Ini tempat apa, Aham?" Ayana bertanya dengan mata tak lepas memandangi pemandangan yang begitu indah untuk pertama kali ia lihat."Ini namanya Danau. Namun bukan sembarang danau." Aham menjawab dengan mata tak lepas menatap wajah Ayana yang terus tersenyum."Kenapa?" Kali ini Ayana menoleh menatap Aham yang ada di sampingnya tengah bersedekap dad
Baca selengkapnya
Ketahuan Dindar
Aham sengaja hari ini membuat Ayana bahagia. Ia mengajak Ayana menaiki Jet Ski mengelilingi pemandangan danau yang begitu luas. Setelah selesai, Aham berlanjut mengajak Ayana bermain-main di luar lingkungan danau untuk  bermain sepatu roda dan bermain sepeda saling kejar-kejaran hingga Ayana melepas tawanya. Dan tanpa sadar mengabaikan panggilan Dindar yang sedari tadi masuk ke ponselnya. Lebih tepat tak terdengar sebab terlalu asyik dengan Aham.Sengaja Aham hari ini ingin membuat Ayana sejenak melupakan kesengsaraannya. Dan itu berhasil. Aham sendiri senang melihat tawa lepas Ayana yang tak pernah ia lihat di wajah cantik Ayana.Masih banyak lagi kesenangan yang Aham berikan hingga membuat Ayana hari ini begitu bahagia.Setelah selesai dan dirasa capek, Aham mengajak Ayana duduk di kursi panjang yang dekat dengan jembatan panjang yang membentang di atas danau."
Baca selengkapnya
Siksaan
"Kenapa kau hanya berdiri di situ? Kemarilah, Ayana!"Padahal nada suara Dindar terkesan nada biasa, namun Ayana begitu ketakutan."Itu…t-ta-tadi teleponku lowbat!" Ayana tergugu saat berusaha berbohong. Sebab jika tidak tentu ia dalam bahaya."Oh, ya. Tapi…panggilanku masuk!"Ayana menelan ludah. Ia tahu Dindar tak mudah dibohongi. "T-ta-tadi…aku…aku masih mampir sebentar ke rumah Lina.""Lina, Anggun, Farah dan…siapa lagi? Temanmu di kelas kuliahmu? Emh…." Dindar tampak berpikir dan mengingat-ingat. "Oh, ya. Satu lagi, aku baru ingat," lanjut Dindar.Ayana sudah gemetaran dan keringat dingin semakin membanjiri pelipisnya. Rupanya ia kalah akal sama Dindar."Mita!" Dindar segera berdiri menghadap Ayana, sontak membuat wanita yang semakin gemetaran itu sedikit mundur sebab kaget."Aku sudah menghubungi semua teman-temanmu. Baik yang kenal, dekat, bahkan diluar itu." Perlahan namun menakutkan, Dindar melangkah ke arah Ayana.Tentu hal itu membuat Ayana semakin ketakutan. Hingga semak
Baca selengkapnya
Hasrat Selingkuh
 "Aham!" kata Ayana masih dengan keterkejutannya melihat kedatangan Aham.Perlahan Aham melangkah mendekati Ayana. Yang mana tangisan semakin menjadi dengan hadirnya Aham.Aham merengkuh tubuh wanita yang dicintainya itu dan membawanya ke dalam gendongannya, keluar dari kamar mandi dan mendudukkan tubuh Ayana di ranjang.Lalu pria gagah itu segera mengambil handuk dan mengelap tubuh wanitanya dengan penuh kelembutan."Aham, apa yang kau lakukan di sini?" Ayana bertanya dengan isakan yang belum juga reda.Aham tak menggubris pertanyaan Ayana, ia terus melanjutkan aktivitasnya yang saat ini mengelap rambut basah wanita itu."Aham. Pergilah…Dindar akan melihatmu." Ayana berucap dengan masih menangis."Jangan takut. Dindar sudah pergi dari sini.""Dari mana kau tahu?" Ayana menatap tajam.
Baca selengkapnya
Melawan Rasa Takut
Aham melepas pelukannya pada Ayana. Ditatapnya wajah Ayana dengan raut sendu. Lalu tangannya terangkat mengusap lembut wajah Ayana dan mengusap air matanya yang terus mengalir di pipi mulusnya."Jangan menangis, Aya!" ucap Aham. Ayana pun tersenyum dan berusaha menghentikan tangisnya sebisa mungkin.Aham pun ikut tersenyum. Lalu selanjutnya Aham melanjutkan niatnya. Yaitu mengobati luka bekas sayatan cambuk Dindar di punggung dan juga bagian lainnya yang terkena."Aku tak tega melihat lukamu ini, Aya. Aku gak sanggup menatap luka ini. Namun aku ingin mengobatinya. Ingin menyembuhkan luka yang selalu kau terima."Ayana bergeming. Namun bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.Setelah selesai mengobati luka sebab cambukan Dindar, Aham beralih mengobati luka di wajah Ayana. Bekas kuku Dindar saat tadi mencengkram kuat rahang wajah Ayana.
Baca selengkapnya
Gairah Liar Dindar
Ayana terbangun dari tidurnya saat ia merasakan sebuah tangan kekar menggerayangi tubuhnya dan bermain-main di sana.Sontak hal itu membuat wanita yang sebelumnya terlupa tersebut membuka mata."Aham!" seru Ayana.Bersamaan dengan itu, lampu kamar hidup dan mata Ayana terbelalak saat melihat pria di depannya ternyata bukan Aham.Mendadak tubuhnya menggigil ketakutan."Siapa Aham?" Pertanyaan Dindar membuat tulang Ayana terasa ngilu. Keringat dingin langsung membanjiri keningnya. Dindar menatap tajam pada Ayana. "Siapa Aham?" Tangan Dindar menarik kuat bahu Ayana hingga membuat Ayana terduduk dari posisi baringnya.Ayana masih bergeming. Ia tak tahu akan menjawab apa."Katakan sekarang. Siapa Aham!" suara Dindar menggelegar. Terdengar menyeramkan seperti maut bagi Ayana."D-dia…dia bukan siapa-siapa." A
Baca selengkapnya
Penyakit Dindar
Saat Ayana terbangun di pagi harinya, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, lebih-lebih di area kewanitaannya.Semalam Dindar benar-benar melakukannya dengan cara yang sangat kasar, menyentuhnya dengan cara yang jauh sangat berbeda. Tak ada kelembutan yang Dindar berikan. Hingga Ayana merasa tersiksa dengan perilaku Dindar.  Namun anehnya, Dindar merasa sangat kenikmatan dengan itu. Hal itu yang membuat Ayana bingung. Sebenarnya punya kelainan apa suaminya tersebut.Dengan jalan tertatih-tatih menahan rasa sakit, Ayana melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai dengan ritual mandinya yang hanya sebentar, sebab tubuhnya terdapat luka-luka kecil sebab ulah Dindar semalam, hingga menyebabkan perih saat terkena air.Setelah rapi dengan pakaiannya, Ayana keluar kamar dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok Dindar. Namun ia tak menemukan. Dalam hati ia bersyuku
Baca selengkapnya
Sadomasokisme
 "Apa itu?" tanya Ayana masih tak mengerti dengan istilah itu. "Dimana seseorang merasakan kenikm4tan dan kepuasan seksual ketika meny4kiti atau dis4kiti. Sepertinya Dindar ke yang meny4kiti," jelas Aham menatap serius wanita di depannya yang saat ini begitu ia kasihi.Ayana menghela nafas berat saat mendengar penjelasan Aham. "Sad0masokisme memiliki tingkatan, ada yang hanya sampai pada tahapan memvkul atau menggig*t hingga meninggalkan bekas lebam. Namun pada tahap yang sudah parah bisa menyebabkan lvka-lvka yang parah disebabkan alat-alat atau benda t4jam."Kali ini Ayana merinding mendengar penjelasan Aham. Sungguh mengerikan. Dan Ayana mulai sadar, pantas saja semalam saat dirinya merasa kes4kitan disana Dindar tambah semangat mengg4ulinya. Seolah hal itu bisa menambah kenikm4tan tersendiri bagi pria itu."Kelaina
Baca selengkapnya
Ajakan Aham
Maaf, Aham. Aku tadi refleks saja." Ayana segera menjauhkan wajahnya dari Aham setelah menyadari keberaniannya yang menyentuh bibir Aham tanpa persetujuannya.Bahkan kali ini Ayana tak hanya menjauhkan wajahnya, namun juga tubuhnya dari Aham.Melihat itu, Aham hanya bisa tersenyum. "Tidak perlu merasa tak nyaman seperti itu. Bukankah aku kekasihmu," ucap Aham dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya."Kemarilah!" Aham mengulurkan tangannya lagi, kembali ingin menarik Ayana agar kembali dekat dengannya."Tidak, Aham." Ayana segera berdiri dan merasa gugup. Entahlah, bisa-bisanya tadi ia saking bapernya dengan kata-kata Aham sampai seberani itu."Kamu kenapa, sih, Ay?" Aham juga ikutan berdiri. Menatap Ayana dengan kening mengkerut. Bingung."Maaf, aku tak akan mengulanginya." Ayana memalingkan pandangannya ke sembarang arah. Tiba-tiba
Baca selengkapnya
Tanda Merah Dari Aham
"Kenapa terkejut gitu?""Kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?" Ayana masih tak percaya."Iya, aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Apalagi sama kamu.""Iya, tapi untuk apa kamu mau bawa aku ke rumahmu dan mempertemukan aku dengan orang tuamu?" Mata Ayana semakin melebar."Untuk memperkenalkan kamu ke ibuku.""Sebagai apa?"Aham tak segera menjawab, ditatapnya wajah cantik Ayana dengan lekat. "Kamu maunya sebagai apa?""Apa?""Kekasih!""Jangan gila, Aham!""Kenapa?" Aham sedikit tersenyum."Aku tak mau." Ayana kembali melangkah meninggalkan Aham."Ya sudah…." Aham ikut melangkah mengejar langkah Ayana. "Aku kenalkan kamu sebagai calon istri." Sontak A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status