All Chapters of Istri Kontrak Sang Miliarder : Chapter 61 - Chapter 70
125 Chapters
Chapter 61 - Tamu Tak Diundang
"Mama?!" Daniel membulatkan matanya begitu melihat wanita dengan paras ayu dan tubuh sintal, meski di umurnya yang sudah cukup matang—membuka dan melewati pintu masuk."Oh, kamu masih mengenal wajah Mamamu?" Sindir Yasmen.Daniel memaksa sebait senyum. Ia paham betul tabiat Mamanya yang melempar sindiran tajam setiap kali kesal dengan tingkah putranya.Ia bergegas menghampiri Yasmen. "Mama, ngapain disini?" Daniel melirik dua orang yang mendampingi Yasmen, mengirimkan tatapan mengancam. Membuat keduanya meringis, serba salah."Tentu saja untuk menemuimu dan—" Yasmen melirik wajah-wajah asing di dalam ruangan. "Teman-temanmu.""Mama dengar, kamu menjenguk teman yang sakit?"Yasmen mengurai senyum ramah, menyapa orang-orang yang tengah menatapnya."Ah ya." Daniel mengaruk kepalanya lalu buru-buru menarik lengan Baron untuk berdiri disampingnya. "Ini, Baron," ujar Daniel untuk membuka sesi perkenalan."Halo, Baron." Balas Yasmen. Namun Baron tak bergeming. Pemuda itu hanya menatapnya d
Read more
Chapter 62 - Sosok Dari Masa Lalu
"Meg, gimana kalau kita bulan madu ke Paris?""Hmm." Megan mengumam sambil berpikir. "Entahlah.""Kamu tidak suka?" Riley mengeratkan rangkulan di pinggang Megan saat beberapa pasang mata menatap istrinya penuh minat. Ia menarik Megan untuk lebih dekat, membuat posisinya nyaris masuk dalam pelukan."Aku sudah beberapa kali mengunjungi Paris."Riley mengangguk paham. "Lalu? Kamu punya ide lain?""Gimana kalau Sicily? Sudah lama aku ingin ke sana," cetus Megan."Itali?"Ya." Angguk Megan penuh semangat. "Aku ingin mengunjungi kota Palermo.""Baiklah. Kamu boleh memilih kemanapun yang kamu mau, nanti aku akan meminta Irene mengatur jadwal kita.""Irene?" Nada suara Megan turun ketika mendengar nama sekretaris baru itu disebut."Kenapa harus dia?" Gumamnya."Untunglah bocah itu pergi.""Hmm, siapa?" Megan mengikuti arah pandangan suaminya."Oh, Daniel." ujar Megan gusar. Ia tidak ingin Riley kembali mengangkat emosinya. "Tapi, siapa itu?""Siapa?" Riley yang mengalihkan perhatian kembali
Read more
Chapter 63 - Sikap Misterius
"Apa Papa tahu Mama pergi dari rumah?"Daniel meletakkan minuman kaleng yang telah ia hangatkan di depan Yasmen lalu duduk di kursi rotan yang berhadapan langsung dengan sofa panjang dimana Mamanya duduk santai sambil membalik halaman majalah fashion edisi terbaru Minggu ini."Tentu saja. Mana mungkin Papa mu melepaskan Mama pergi tanpa izin," sanggah Yasmen tanpa berkedip."Baguslah. Aku hanya tidak ingin Mama dan Papa bertengkar hanya karena masalah ini."Yasmen mendengus sebal. "Kalian ini, anak sama bapak sama aja. Selalu mengekang Mama untuk tinggal di rumah dan tidak melakukan apapun," keluhnya."Papa hanya tidak ingin Mama terluka. Apalagi di masa kampanye seperti ini, lawan akan melakukan segala cara untuk menjatuhkan Papa untuk mengincar suara terbanyak, salah satunya dengan menyakiti orang-orang terdekat," tutur Daniel mengingatkan.Ia memaklumi keluh kesah Ibunya namun tak bisa berbuat apapun. Papa sangat protektif pada istrinya begitupula dirinya yang tidak ingin Mama menj
Read more
Chapter 64 - Persahabatan
Allen menunggu dengan penuh harap. Menatap pria imut yang tengah mengangkat sendok untuk suapan pertama."Gimana?""Apa kamu buta? Bahkan aku belum memasukkan sendok ke dalam mulut," sergah Baron kesal."Yah, aku hanya penasaran. Cepatlah."Baron melesakkan suapan pertama ke mulutnya. Mengunyah beberapa saat sebelum terdiam. "Gimana, gimana?" Buru Allen."Hmm."Allen mengernyit penasaran. "Apa maksudmu dengan, hmm?""Katakan lebih jelas," tuntutnya."Yah." Baron mengeram dalam. Kali ini ia harus mengakui dengan berat hati. "Yah, enak," ungkapnya."Yes." Seru Allen puas. "Aku berhasil. Kamu pasti suka padaku 'kan?"Baron memicingkan matanya. "Hanya masakan mu tidak dengan orangnya," sanggahnya cepat sebelum Allen berpikir terlalu tinggi."Apapun itu yang penting kamu suka," ujar Allen. Melilit pastanya ke sendok dengan penuh semangat."Apa kamu sering memasak?""Tidak. Aku dan Riley tidak ingin repot lama-lama di dapur. Jadi kami lebih sering pesan antar dari restoran Eropa di dekat a
Read more
Chapter 65 - Dendam Tak Berbalas
Yasmen turun dari mobil didampingi bodyguard dan asistennya. Ia celingukan untuk mencari sosok putranya yang telah lebih dulu menuju lokasi syuting. Daniel mengijinkannya untuk mengunjungi lokasi dengan syarat Yasmen tidak mengusiknya selama syuting.Langkah Yasmen terhenti begitu matanya menangkap sosok wanita berkulit putih dengan rambut sebahu, lesung di pipi kiri yang menjorok ke dalam membuatnya sangat menarik untuk mengusik pandangan orang-orang disekelilingnya.Setiap gerakan sang wanita menjadi pusat perhatian Yasmen. Ia merasa sosok itu terlihat familiar baginya. Yasmen tersenyum geli begitu melihat kedutan di kening sang wanita saat dia bersitegang dengan orang-orang disekitarnya."Maaf, Bu. Tuan Daniel sedang diruang ganti, kita tidak bisa mendekatinya saat ini," ujar Gea.Yasmen mengangguk paham. "Tak apa. Lebih baik kita menunggu disini. Daniel akan marah kalau kita menganggu nya saat bekerja.""Gea, kamu jaga Ibu Yasmen. Saya akan mengambilkan kursi dan payung," ujar Boy
Read more
Chapter 66 - Tertangkap Basah
"Ploy." panggil Zian. "Kamu merekam foot path 'kan?""Iya, tadi aku mengambil beberapa jejak video untuk opening," sahut pria yang telah lima tahun berpengalaman menjadi kameraman dalam tim produksi film.Zian mengangguk puas. "Ayo kita lihat."Ploy—sang kameraman membuka laptop dan menghubungkannya dengan kamera yang digunakannya siang tadi."Putar di waktu kejadian," perintah Zian."Maksudmu waktu mobil putih itu melaju ke arah Megan?"Zian mengangguk. "Kamu merekamnya 'kan?"Ploy tak menjawab. Ia bangkit menuju ruang ganti dan kembali bersama kamera lainnya. Ia membongkar setelan awal dan kembali menyambungkan kamera lainnya ke laptop."Sebelum syuting di mulai, aku meletakkan kamera cadangan di tripod untuk jaga-jaga bila ada adegan yang terlewat. Kamera ini merekam dengan jelas apa yang dilakukan SUV itu sejak awal kita memulai syuting," jelas Ploy."Bagus." Zian tersenyum puas sambil mengacungkan kedua jempolnya."Mari kita lihat, apa sebenarnya yang dilakukan SUV ini," ujar Zia
Read more
Chapter 67 - Kebenaran Berbalut Dusta
"Sayang, kamu baik-baik saja?"Riley menatap cemas istrinya yang sejak beberapa menit lalu hanya terpaku, tampak enggan untuk beranjak. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil."Katanya kamu mau pulang?"Megan menatap Riley dengan mata bergetar. "A—aku,""bisakah kita pulang dengan kendaraan lain," pintanya."Kamu tidak ingin naik mobil?" tebak Riley."Hmm." Riley mengangguk paham. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana dengan sebelah tangan tanpa melepaskan genggamannya dari tangan sang istri."Allen, aku menunggu di landasan. Suruh mereka bergegas," ujarnya—bicara melalui ponsel."Ayo.""Mau ke mana?" tanya Megan karena tiba-tiba Riley mengajaknya kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit dan menuju lift.Riley mengandeng tangan Megan erat. "Karena kamu tidak ingin naik mobil, kita akan menempuh jalur lain untuk pulang," jelasnya."Jalur lain?""Yah." Riley masih saja bersikap misterius hingga pintu lift terbuka di lantai teratas gedung."Kita pulang pakai ini saja," tunjuknya p
Read more
Chapter 68 - Pengakuan
Baron memegang telepon di telinga dan menunggu dengan harap cemas, dia mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya beberapa kali untuk menghilangkan perasaan gugup. “Meg, kamu dimana?” Tembaknya langsung begitu nada sambung berganti dengan suara yang sangat dikenalinya."Di lokasi. Hari ini ada pengambilan scene yang tertunda.""Apa kamu kembali ke kantor?" Kecemasan Baron meningkat kala bayangan Daniel dan Ibunya yang bisa saja datang menghampiri Megan selama di lokasi."Hmm, mungkin. Kalau syutingnya berakhir lebih cepat, aku akan kembali ke kantor untuk revisi naskah scene selanjutnya.""Kenapa?"Baron mulai bisa mendengar nada curiga di balik pertanyaan Megan."Tidak, tidak ada apapun. Aku hanya ingin mendiskusikan sesuatu dengan mu," kilah Baron. Berharap Megan tak menyadari getaran di balik suaranya."Hmm. Aku akan usahakan kembali secepatnya."Setelah suara Megan menghilang dari balik speaker ponselnya, Baron baru bisa menghela napas panjang. Namun tak lama, ketakutannya kembali.
Read more
Chapter 69 - Luka Yang Terkuak
"Lepas! Apa-apaan kamu, Daniel?" Sentak Baron marah karena Daniel tiba-tiba muncul dan menyeretnya pergi begitu saja."Lepaskan tanganmu!"Daniel mendesah panjang. Meremas rambut depannya gemas. "Baron, aku minta padamu. Jangan katakan apapun pada Megan.""Kenapa aku harus mendengarkan mu?" Tantang Baron. "Kenapa? Kamu takut Megan tahu siapa kamu sebenarnya?""Bukan itu yang aku takutkan. Aku hanya tak ingin Megan membenci ku dan Mama."Baron melengos. "Kamu terlambat, Daniel. Dalam hidupnya, orang yang paling di benci Megan adalah wanita yang melahirkan dan menelantarkannya begitu saja seperti sampah di jalanan."Daniel tercengang. "Mamaku tak seburuk itu," gumamnya terbata."Kamu lahir dalam keutuhan keluarga tapi tidak dengan Megan. Aku tahu jelas, bagaimana Megan menolak semua orang yang ingin mengadopsinya karena dia masih berharap wanita itu kembali menjemputnya seperti yang dituliskan dalam surat yang ditinggalkan.""Tapi—"Baron terdiam sejenak. Menelan pil pahit yang tersangk
Read more
Chapter 70 - Tempat Beristirahat
"Sayang."Riley membuka pintu kamar, melongokkan kepalanya ke dalam lalu kembali menutup dengan wajah resah.Ia telah memeriksa setiap sudut rumah namun tak juga menemukan istrinya. Seharusnya, Megan tiba lebih cepat darinya. Mereka punya janji makan malam bersama dan Megan bilang dia akan pulang lebih awal untuk bersiap-siap.Riley mengeluarkan ponselnya, menekan angka satu disana.'Mailbox?' batinnya gelisah. Keningnya berkerut dalam karena hanya mendengar suara operator saat menghubungi nomor ponsel Megan.Riley beralih ke laman kontak, mencari nama 'Adik galak!' dalam daftar kontak."Apa?"Riley tersenyum maklum. Kini dia tak lagi mempermasalahkan setiap kali mendengar suara ketus Baron saat bicara dengannya."Apa Megan bersamamu?" tanya Riley. Mengatur nada suaranya sebaik mungkin."Megan?""Ya, katanya dia akan pulang lebih cepat tapi—""Megan udah pulang dari tiga jam yang lalu."Intonasi suara Baron turun, terdengar gelisah."Apa dia—""Kenapa? Apa dia mengatakan padamu akan m
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status