All Chapters of Madu untuk (Mantan) Tunanganku: Chapter 21 - Chapter 30
97 Chapters
Bab 13A Tak Bisa Menahan
Sampai di apartemen, Giandra menemani Emma yang mengambil jus kemasan dari kulkas untuk suaminya. Sementara Darren duduk di ruang tengah, menatap benda canggih yang ada dalam genggamannya. Sedikit curiga dengan raut wajah Emma yang sepertinya merencanakan sesuatu tetapi Gian tidak sempat bertanya. Diri itu merasa terusir saat dia diminta untuk mandi dan bersiap-siap. "Beres." Senyuman Emma merekah seketika setelah meletakan beberapa butir es batu ke dalam gelas tersebut."Kamu siap-siap, ya."Emma mengedipkan mata setelah berucap dan meninggalkannya sendiri di dapur. Meski rasa penasaran menggulung di dalam rongga dada, Gian pun mencoba masa bodo. "Mas, ini diminum dulu." Gelas berisi cairan merah muda pun terulur dan tangan kekar Darren mengambil."Makasih," ucapnya sembari memberi senyuman tipis, lalu meneguk sedikit demi sedikit hingga hampir habis.Emma menarik salah satu sudut bibir dan puas ketika melihat suaminya menghab
Read more
Bab 13B Belah Duren
Awalnya, perempuan 165 centimeter itu melakukan penolakan, tetapi tenaga Darren lebih besar hingga pria itu dengan mudah menindihnya. Akal sehat Darren menurun detik berikutnya. Dia menyambar bibir dan leher Giandra, yang terpaksa harus menerima luapan si suami yang siap meledak. Kata maaf yang terucapkan oleh lidah Darren, sanggup menambah kepasrahan dan menghentikan penolakan Gian."Maaf, maafkan aku!" Terdengar lirih tapi tulus.Tidak ada kenikmatan seperti yang dirasakan pasangan suami istri yang baru pertama kali melakukan hubungan bercinta. Lantaran gelora yang dipengaruhi obat membuat sikap Darren sedikit kasar. Yang dirasakan Gian hanyalah nyeri karena organ itu terkoyak paksa. Cepat, cepat sekali kejadian itu. Peristiwa yang seharusnya terjadi di malam pertama pun terjadi juga. Selesai mengeluarkannya, Darren langsung tertidur tanpa bertanya keadaan dan perasaan istri kedua. Lelah, itu yang dirasakannya sehingga si wanita penyuka permen lollipop
Read more
Bab 14A Bicara Itu Ada Seninya
"Tapi, Pak. Aku sudah berusaha agar cepat sampai di sini. Tadi ojek yang aku pesan ...." Gian berupaya memberi alasan yang masuk akal. Ia tak rela gajinya dipangkas karena bukan kesalahan yang disengaja. Wanita itu meminta keadilan tetapi sepertinya Darren tidak tertarik dengan penjelasannya."Tidak ada pengecualian siapapun dia dan apa pun alasannya. Manajer keuangan, tolong diperhatikan lebih detail untuk hal-hal seperti itu.""Tapi, Pak. Apa Bapak lupa kalau semalaman aku tidak ti-"Ah, wanita itu. Mengapa harus membahas hal yang terjadi tadi malam? Sengaja memang, ia mencoba mengembalikan ingatan peristiwa tadi malam yang menyebabkan dirinya terjaga."Bicara itu ada seninya. Jangan mengatakan apa yang seharusnya tidak kamu katakan di sini. Alasannya terkesan dibuat-buat, seperti anak SMA saja. Emma, itulah sebabnya aku tidak mengizinkan yang bukan lulusan jurusan strata satu untuk posisi itu. Ini, kan, hasilnya? Pembelaan apa yang ak
Read more
Bab 14B 25 Ribu, Neng.
"Ada proyek baru yang sangat menjanjikan, menurut kalian apa perusahaan akan menolaknya? Satu hal, jika kalian berhasil menyelesaikan tugas ini sesuai deadline, kalian akan diberi bonus dan liburan."Penuturan Fito mengakhiri rapat siang itu. Sebagian terlihat bersemangat dan ada juga yang masih keberatan atas keputusan perusahaan."Menurutmu, apa kita bisa menyelesaikan desain itu sesuai deadline, Gi?" Karina yang sudah duduk di tempat kerjanya, tampak ragu."Kita coba aja dulu. Percuma ngedumel kayak yang lain. Habisin tenaga!" Wanita berambut tipis itu mulai membuka laptop dan sedikit melirik ke arah Darren dan Emma yang berjalan melewati di depan meja. Hanya Emma yang menengoknya sekilas lalu melangkah lebih cepat agar dapat mensejajarkan langkah suaminya."Biasanya dikasih waktu sebulan loh, Gi. Aku nggak gitu yakin bisa selesai sesuai keinginan Pak Darren dan Pak Fito. Ekspetasi Pak Darren terlalu tinggi." Karina masih me
Read more
Bab 15A Selalu Ada Untukmu
"Lain kali jangan melupakan sesuatu yang penting dalam hidup kita, Gi.""Aku ingat banget kalau aku tidak memindahkannya dari tas. Dan aku seyakin-yakinnya karena aku pun tak ganti tas sejak Minggu kemarin. Jadi ...."Jacky hanya memberi senyuman sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dia tahu betul salah satu kelemahan wanita yang sedang berceloteh ala anak remaja itu, yaitu ceroboh dan pelupa. Melihat senyum di wajah tampan yang terkesan tak percaya padanya, Gian pun mengajurkan napas pelan."Kamu tak percaya denganku? Kali ini aku sudah meyakinkan ketelitianku, nggak teledor seperti dulu-dulu. Hei, orang pasti bisa berubah, kan?"Mengangguk dengan senyuman yang semakin melebar, Jacky geli sendiri melihat mimik wajah Gian mengutarakan isi hatinya. Lalu, tangan kanan itu merapikan anak rambut yang jatuh di sisi kepala. Meski terlihat sedikit acak, tetapi perempuan yang penyuka mie Aceh itu tetap manis di matanya."Iya, iya, aku perca
Read more
Bab 15B Selalu Cemburu
Kemarin, di sisi lain yang terjadi. Setelah melihat Giandra keluar dari perusahaan, Darren yang baru sampai di parkiran pun mengurungkan niat masuk ke kantor. Dia memang baru mengantar Emma pulang sore itu setelah bertemu klien jam tiga tadi.Darren melihat Gian berjalan tergesa-gesa sambil memainkan ponsel, memantik rasa penasaran apa yang terjadi. Apalagi pria dewasa itu dapat menangkap raut wajah Gian yang tidak bersemangat seperti biasanya. Dari situlah, dia berniat mengekorinya dari jauh. Langkah kaki si atasan dipercepat ketika melihat Gian melakukan hal yang sama. Sampai dia memergoki seorang pria memang sengaja menubruk tubuh wanita itu saat Gian menunduk dan fokus pada ponselnya.Ah, sungguh sembrono perempuan itu. Dia tak tahu jika aksi yang dilakukan pria itu sangat merugikannya. Jelas di mata Darren terlihat kecepatan tangan si pria berjaket hitam itu mengambil sesuatu yang ada di dalam tas Gian di mana resleting itu sedang terbuka.Menggeleng,
Read more
Bab 16A Penolakan
"Ganti! Ini sama sekali tidak sesuai dengan kriteria perusahaan."Sebuah map berisi desain sofa yang dibuat Gian, dilempar asal. Darren menatapnya dengan sorot remeh. Jantung si wanita nyaris berhenti berdetak tatkala mendapat tindakan dadakan yang kesannya sedikit kasar. Mengatur irama napas, Gian pun mencoba menarik udara dalam-dalam."Tapi menurut saya ....""Klien kita kali ini bukan diperuntukkan warung kaki lima, kamu paham itu? Hotel kelas berbintang lima. Dan barusan yang aku lihat hasil yang kamu buat sama sekali tidak bergengsi. Kamu bisa kerja apa nggak?"Wajah Darren sedikit memerah kala Giandra masih berani menyahutinya. Sang atasan belum pernah menemukan sikap yang sama dari karyawan lain. Rata-rata semua bawahannya akan menunduk dan mangut jika dia sedang merevisi atau mengomel.Merasakan aura otoriter Darren, wanita itu memilih membuang pandang ke arah jendela kaca di mana langsung menampilkan gedung Jakarta yang lebih mir
Read more
Bab 16B Untuk Apa ke Sini?
Mendengar penuturan Karina, bulu kuduk Gian merinding. Diam-diam dia pun membenarkan ucapannya. Apalagi dia tahu betul bagaimana sikap sang atasan terhadapnya. Tidak ada manis-manisnya, sikap Darren dingin yang siap membekukan seluruh pembuluh darahnya. Tatapan Darren selalu tajam kecuali saat peristiwa malam itu terjadi kala sang suami palsu tersebut merenggut kesuciannya. Darren terlihat berbeda dari biasanya. Berg@irah, tatapan sayu dan tutur kata yang lembut sambil mengucapkan maaf berulang kali.Sebuah dehaman mengalihkan perhatian dan pandangan Karina dan Gian ke sumber. Darren dengan melipat tangan di dada, menyoroti seluruh ruang khusus anak desain sebelum memerintahkan. Karina tampak menggigit bibir, khawatir apa yang diucapkan Gian tentang atasan tadi, terdengar olehnya. "Masih banyak yang belum sesuai kriteria dan saya harap kalian tidak patah semangat untuk mencari ide-ide baru. Ingat, proyek kita kali ini bukan untuk kelas bawah. Hotel bintang lima ka
Read more
Bab 17A Sampai Kapan Berpura-pura?
"Apa kamu nggak tahu, arti bahaya yang akan selalu mengintai saat kita lengah?" tanya Darren, dengan mata setengah melotot ke arah Gian yang duduk di hadapannya.Wanita itu hanya menunduk, nyalinya menciut kala mendengar suara penuh penekanan tengah menginterogasinya. Seolah saraf otak sebagian putus, ia kehilangan kemampuan berbicara. Ingin membela diri tetapi ia rasa percuma. Lantaran setiap kali ia mencoba mengangkat kepala dan membuka mulut, pria itu langsung menyela, seakan-akan tak memberi kesempatan untuknya mengutarakan isi hati."Apa kamu tidak berpikir panjang, betapa besar nyali yang kamu punya, membawa pria asing masuk ke dalam sini? Berduaan dengan pakaianmu seperti itu."Gian memejamkan mata, mencoba meredam kekesalan sebab pria itu kembali mengingatnya tentang pakaian yang dikenakan. Memang letak kesalahannya ada di mana? Toh, dia menutup semua bagian vital tubuhnya. Belahan di dada pun tak tampak sama sekali meski lekuk tubuh memang kentara
Read more
Bab 17B Demi Uang
Darren pun turun tangan sendiri mengecek keadaan mesin tersebut. Rupanya hanya kabel yang terputus karena tergigit oleh semut merah. Lalu, dia mencoba menyambung kembali dan hasilnya mesin itu kembali beroperasi dengan baik."Lain kali kalau ada kerusakan apa pun yang ada di apartemen ini, jangan sembarangan menyuruh orang memperbaikinya. Kamu paham?"Nada itu terdengar sedikit lembut. Darren harus menguasai diri dan menyadari bahwa wanita di depan bukanlah Jasmine seperti dugaannya. Kedua wanita itu mirip wajahnya saja. Sikap dan akhlak jauh berbeda. Baginya, Jasmine itu lembut dan beritikad baik. Giandra sedikit kasar dan terlalu berani. Namun, ada satu yang nyaris tak berbeda yaitu cara Gian bertatap sama dengan mata wanita masa lalunya."Ya, sudah. Kamu mandi dan istirahat."Pria itu memutar badan dan keluar kamar lalu menutup pintu. Gian merasa sedikit heran dengan perubahan sikap itu, pun bisa mengelus dada, lega. Lantaran si atasan tidak me
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status