All Chapters of Istri Presdir yang Berkuasa: Chapter 151 - Chapter 160
439 Chapters
Siapa yang Mengirim Foto?
Aiden tersenyum mencium pipinya. “Itu artinya Mommy akan memiliki bayi dan Dimitri akan punya adik.”Mata anak itu melebar. “Adik? Dimitri akan punya adik?” Dia memandang Iris dengan pandangan berbinar dan mengulurkan tangannya untuk meraih wajah mommy-nya.“Mommy, aku mau adik perempuan!”Iris tersipu malu dan berkata tidak nyaman. “Itu belum pasti. Aku belum memeriksa ke rumah sakit. Jangan terlalu berharap.” Iris tidak ingat kapan dia lupa memakai pil KB. Dia ingat selalu memakai pil KB. Tapi jantungnya berdebar memikirkan seorang bayi sekali lagi tumbuh di perutnya. Dia sudah pernah melahirkan dua bayi, dia tidak mengharapkan bayi lagi muncul saat dia baru berusia 27 tahun.“Tidak ada salahnya berharap. Kita sudah lama menantikan bayi lagi,” kata Aiden dengan senyum bahagia di wajahnya yang tampan.Seseorang berdeham memecahkan keharmonisan keluarga kecil itu.“Ah, ternyata Anda sedang hamil Nyonya Ridley. Tidak heran Anda sensitif.” Letizia berkata dengan suara ramah menarik perh
Read more
Tidak Mau Ayah Lain
Mata Aiden menyipit.Letizia menatapnya sambil tersenyum. “Aku tidak tahu istrimu sangat mirip denganku, dia tampak dia lebih muda.” Dia berhenti sejenak memandang Aiden dengan pandangan penuh makna.“Aiden ... apa kamu belum melupakan aku?” matanya berkedip malu-malu menatap Aiden penuh harap.Aiden menatap wajah cantik wanita itu. Mata cokelatnya yang hangat masih memikat. Wajahnya lebih dewasa daripada sepuluh tahun lalu.Letizia mirip dengan Iris, bahkan lebih cantik dari istrinya. Tapi Aiden tidak berdebar lagi. Dia pernah mencintai wanita itu dengan tergila-gila, tapi wanita itu meninggalkannya dengan kejam.Aiden mengalihkan pandangannya acuh tak acuh. “Sudah sepuluh tahun, tentu aku sudah melupakan perasaanku padamu.”Wajah cantik Letizia terlihat kecewa dan sedih. Dia meraih lengan Aiden dan mencengkeramnya memohon.“Aiden, saat itu tidak ingin meninggalkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan—“Aiden menarik lengannya menjauh dari Letizia.“Sudah sepuluh tahun dan aku sudah me
Read more
Siapa Cinta Pertamamu?
“Siapa yang mengatakan itu padamu?”Dimitri menunjuk Bibi Jenny dengan wajah merah karena menangis.“Nenek itu! Dia bilang Mommy akan menikah. Daddy, ayo pergi bawa Mommy. Aku tidak mau mommy menikah lagi. Aku tidak mau ayah baru! Aku mau daddy saja!” isaknya dengan suara keras dan parau. Aiden memandang Bibi Jenny dan Jack dengan wajah dingin.“Aku tidak mengerti apa maksud pertemuan ini. Tapi aku tidak membiarkan istriku menikah lagi saat dia masih istriku. Apa pun kesepakatan yang kalian buat, kalian harus melewatiku dulu.” Aiden mengalihkan pandangannya pada Lilian.“Nyonya, aku mengerti kamu tidak menyukaiku. Tapi kamu sudah melewati batas menjodohkan istriku dengan pria lain di belakang punggungku. Kamu tidak hanya menyinggungku tapi juga menyakiti Dimitri,” ujarnya dengan kasar.“Aku akan berpura-pura tidak tahu tentang ini. Tapi jika kamu melakukan ini lagi, aku tidak akan diam dan aku tidak peduli kamu adalah ibu mertuaku jika kamu sudah menyakiti putraku.”Semua orang dimej
Read more
Kesakitan
Aiden memeluk pinggangnya dan menggiling pinggul mereka memperdalam ciumannya, melampiaskan kekesalan dan hasrat dua hari tanpa menyentuh wanita itu.“Uhmp—“ Mata Iris melebar, tangannya menahan dada Aiden dan mendorongnya.Aiden mencengkeram pinggangnya menariknya semakin erat ke tubuhnya. Bibirnya meraup lidah mungil Iris dalam ciuman gairah dan menuntut. Tangannya meraba-raba payudara Iris lapar dan menarik blusnya hingga robek. Dia dengan tidak samar menangkup salah satu bukit kembarnya dan mencubit putingnya.Iris melepaskan bibirnya dan mengeluarkan suara erangan yang memikat. Tubuh Aiden terangsang mendengar suara erangannya. Dia mencium mencium leher jenjang Iris penuh nafsu.“Ahh ... Aiden— lepaskan ....” Iris susah payah menahan sensasi kenikmatan yang menjalar di tubuhnya dan mendorong dada Aiden sebelum dirinya jatuh dalam kesenangan yang dibuat pria itu. Dia menggeliat mencoba melepaskan diri dari pelukan Aiden.“Apa kamu yakin, sayang?” bisik Aiden seduktif mencium telin
Read more
Perasaan Menjadi Seorang Ayah
“Ya. Istri Anda sedang hamil. Tapi dia baik-baik saja.” Dokter itu kemudian tersenyum menepuk pundak Aiden sebelum berbalik meninggalkannya.Aiden tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata apa yang dia rasakan. Dadanya berdebar untuk pertama kalinya dengan perasaan gembira, terkejut dan penuh harap yang bercampur aduk.Meski bukan pertama kali menjadi ayah, Aiden tetap merasa bahagia mendengar kabar menggembirakan ini.Dia ingat ketika Iris hamil Zein, dia tidak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Saat itu dia bingung dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dan putra keduanya, dia gembira dan kecewa telah melewatkan momen kelahiran serta pertumbuhan Dimitri.Kehamilan Iris sekali lagi memberi perasaan kegembiraan seolah dirinya menerima berita pertama kali menjadi seorang ayah.Aiden tersenyum bodoh menghampiri tempat tidur Iris dan meraih tangannya.“Sayang, terima kasih,” bisiknya mencium wajah Iris bertubi-tubi untuk melampiaskan kebahagiaan yang membuncah di dadanya.Saya
Read more
Penyimpangan
“Oke, oke, jangan mengungkit itu terus. Tenanglah demi bayi kita, okey?” Aiden buru-buru menenangkannya ketika masalahnya dengan Letizia diungkit lagi.Dia tahu ibu hamil selalu sensitif dan tidak boleh diransang oleh perasaan negatif. Aiden harus melakukan segala upaya untuk menenangkan dan menjaga moodnya tetap baik“Jika kamu sudah merasa lebih baik, mari kita ke dokter.”“Jika aku tidak ingin mempertahankan anak ini, apa yang akan kamu lakukan padaku? Apa kamu akan kembali ke mantan pacarmu?” balas Iris ngotot. Belum melupakan mantan pacar Aiden yang mirip dengannya. Suaminya bahkan berciuman dengan mantannya! Siapa yang bisa menerima itu.“Aku tidak akan melakukan apa pun yang menyakitimu,” bisik Aiden lembut tampak tertekan. Sadar dirinya salah membiarkan dirinya berinteraksi dengan Letizia malam itu.Iris tampak akan terus mengenang foto itu dan menggunakan itu untuk menentangnya.Iris menatapnya dengan acuh tak acuh sebelum kembali berbaring membelakangi Aiden. hatinya kalut m
Read more
Keputusan untuk Aborsi
Sebelum keluar dari rumah sakit, Aiden dan Iris menemui dokter kandungan untuk pemeriksaan. Aiden tidak meninggalkan sisi Iris ketika dokter yang bertanggung jawab memeriksa Iris. Berbeda dengan Iris yang dalam perasaan kalut dan gelisah menunggu pemeriksaannya selesai.Aiden meremas tangannya menenangkan dan mengalihkan pandangannya pada dokter di depan mereka dengan penuh perhatian saat dokter memberikan hasil diagnosisnya.“Selamat Tuan, Nyonya Ridley hamil empat minggu.” Dokter itu tersemyum memberikan hasil diagnosis pada pasangan di depannya.Empat minggu? Hati Iris mencelos. Dia benar-benar hamil! Dia ingat saat itu berhubungan intim di kantor Aiden dan lupa membawa pil KB-nya.Iris menggigit kuku jarinya sementara tangan satunya mengelus perutnya yang rata cemas. Dia benar-benar tidak mengharapkan akan ada anak lagi setelah kelahiran Dimitri. Dia masih ingat masih sakit melahirkan itu. Apalagi dia sudah memiliki dua anak sebelumnya.Meski memiliki bayi lagi kedengaran sangat
Read more
Rayuan
Dimitri menggelengkan kepalanya sambil melipat tangannya di dadanya dengan ekspresi cemberut. “Aku tidak mau dimandikan Bibi Marry, aku sudah besar!”Iris terkekeh gemas mencium dan mencubit pipinya. Perasaan tertekan dan gelisahnya seolah menguap saat memandang dan mendengar suara putra kecilnya.Aiden memandang dengan ekspresi tenang melihat Iris tampak riang saat berbicara pada putra mereka. Dia tidak terlihat tertekan seperti di rumah sakit.Aiden berpikir dengan pahit bahwa itu karena mereka sudah memutuskan untuk tidak mempertahankan bayi yang baru tumbuh di perut Iris. “Okey, okey putra mommy sudah besar. Jadi Dimi mau mandi sekarang sama Mommy?”Dimitri menggelengkan kepalanya. “Aku mau mandi sama daddy.”Dia kemudian mengalihkan pandangannya pada Aiden dengan penuh harap.“Daddy, ayo mandi bersama!”Aiden memaksakan senyum agar tidak terlihat sedih di depan Iris dan putranya.“Okey, mari jagoan kecilku.” Dia menggendong Dimitri dan menciumnya.“Kamu semakin berat, apa saja k
Read more
Kekecewaan Iris
“Kalau begitu, tidurlah. Ini hampir larut. Aku akan menyusul nanti setelah menyelesaikan pekerjaanku,” kata Aiden.Iris menggigit bibir bawahnya cemberut, kecewa dengan respons Aiden. Dia memutuskan masuk ke ruang kerja sebelum berhenti di samping kursi Aiden yang tengah bekerja.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Bisakah nanti kita bicara besok, aku masih banyak pekerjaan. Kita akan berbicara besok, okey?” balas Aiden tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.Iris cemberut. Jelas pria itu sedang tidak ingin bicaranya. Biasanya ketika mereka di rumah, Aiden akan mengabaikan pekerjaan dan melakukan banyak hal untuk menggodanya di tempat tidur. Apalagi ketika Iris mengenakan baju tidur yang minim, tapi pria itu mengabaikan godaanya dan hanya fokus pada pekerjaan.“Aku ingin membicarakan tentang aborsi,” kata Iris tenang mengamati Aiden sambil mengelus perutnya yang rata.Dia dapat melihat pundak Aiden menegang. Tangan pria itu berhenti mengetik dan mengepal di atas keyboard, t
Read more
Klinik Obgyn
“Dia tidak pernah bisa diandalkan,” Iris mendengus kesal keluar dari kamarnya.“Selama pagi Nyonya, apa Anda ingin sarapan?” kata Bibi Lina menyambut Iris di meja makan dan menyajikan jus buah di depannya/“Apa Bibi Marry sudah membawa Dimitri ke sekolah?” tanya Iris duduk dengan perasaan lesu di kursi meja makan dan menyeruput jus buah yang dibuatkan Bibi Lina.Ini hari pertama Dimitri masuk sekolah, tapi dia melewatkan hari pertama sekolah putranya.“Tuan Muda sudah berangkat ke sekolah. Tuan Aiden yang mengantarnya ke sekolah.”Iris berhenti menyeruput jus buahnya dan menatap Bibi Lina.“Suamiku yang mengantar Dimitri?”Pria itu memiliki waktu untuk mengantar putranya, tapi tidak membangunkannya? Iris benar-benar kesal.“Ya, Nyonya.”“Mengapa tidak ada yang membangunkan aku?”“Tuan Aiden berkata untuk membiarkan Nyonya tidur lebih lama. Katanya Nyonya sedang tidak sehat dan meminta agar aku menyiapkan jus buah ketika Nyonya bangun,” kata Bibi Lina dengan hati-hati mengamati Iris.“
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
44
DMCA.com Protection Status