All Chapters of Ayah untuk Noah: Chapter 11 - Chapter 20
58 Chapters
10. Pesona Papa Alan
Setelah sama- sama terdiam selama beberapa menit, Rachel mulai membuka mulutnya untuk berbicara. Karena Alan juga tak kunjung bertanya sedari tadi. “Nggak perlu saya jelasin lagi, kan? Pak Alan pasti udah ngerti,” ujar Rachel dengan kepala yang masih tertunduk. Alan mengangguk- anggukkan kepalanya. Kemudian ia merubah posisi duduknya menjadi menghadap Rachel. “Saya cukup cerdas buat membaca situasi. Jadi nggak perlu kamu jelasin lagi,” balas Alan seraya meminum teh hangat yang tadinya ia siapkan untuk Noah “Tolong jaga rahasia ini ya, Pak. Terutama dari Juna. Saya nggak mau, kalau muncul masalah baru yang bisa mengganggu ketenangan hidup saya dan Noah. Kedepannya, saya bakal lebih berhati- hati lagi,” ucapnya. Membuat Alan langsung menghembuskan napasnya kasar. “Saya tau. Masa lalu biarkan menjadi kenangan. Kamu cukup fokus ke masa depan aja.” Rachel mengangguk. “Kalau nggak ada yang mau ditanyakan lagi, saya pamit pulang,” ucapnya. “Oh iya, barang- barang yang saya kirim uda
Read more
11. Bertemu kembali
Sudah hampir setengah jam lamanya, Rachel menunggu Alan yang sedang rapat dengan para pemegang saham VJ Group. Ia tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan, karena rapat kali ini sangat tertutup dan hanya orang- orang penting saja yang boleh masuk. Selain menjadi seorang konsultan bisnis, Alan memang suka berinvestasi saham di perusahaan- perusahaan besar. Salah satunya adalah VJ Group, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan perindustrian. Di sini, Alan merupakan pemegang saham tertinggi diurutan ke tiga. Maka dari itu, ia selalu hadir jika ada rapat penting seperti ini. Sebenarnya ia disuruh Alan untuk menunggu di depan ruang rapat. Namun karena ia sudah bosan, akhirnya ia memilih untuk menunggu di cafetaria perusahaan. “Ngantuk, ya?” tanya seseorang, seraya meletakkan satu botol minuman di meja yang sedang di tempati oleh Rachel saat ini. Rachel yang sedang menguap pun seketika langsung menutup mulutnya. Matanya membelalak kaget, saat melihat seseorang yang sedang be
Read more
12. First and second kiss
Bekasi, 19.15 Alan dan Rachel melangkah masuk ke dalam sebuah Restoran mewah, tempat diadakannya pertemuan keluarga besar Mama Alan. Bagaikan sepasang kekasih seperti pada umumnya, Alan dan Rachel berjalan bersama dengan bergandengan tangan. Outfit yang mereka pakai juga sangat serasi. Alan memakai celana hitam dengan kemeja panjang berwarna hitam. Sedangkan Rachel memakai dress maroon selutut. “Selamat malam, keluarga Bapak Irawan ya?” tanya seorang pelayan Restoran pada mereka berdua. “Iya,” jawab Alan. “Di lantai dua ya. Sudah ditunggu sama keluarganya,” ucapnya lagi. “Iya, terima kasih.” Setelah itu, mereka lantas menaiki tangga menuju lantai dua. Alan yakin, semua keluarganya sudah datang dan sedang menunggu kedatangannya. “Pak, saya takut,” ujar Rachel. Seraya meremas jari jemari Alan dengan kuat. “Takut kenapa?” “Takut gagal, aktingnya.” “Santai aja. Yang penting nanti kamu lakuin apa yang saya ajarin tadi.” Rachel mengangguk. Kemudian tanpa diduga, Alan melepas ge
Read more
13. Kecelakaan kecil
Rachel membaringkan tubuhnya di samping Noah yang sudah tertidur di kasur. Matanya menatap langit- langit kamar dengan pandangan kosong, mengingat percakapannya dengan Alan tadi. Entah kenapa, moodnya malam ini tiba- tiba memburuk. Ia bahkan malas untuk sekedar berganti pakaian. Padahal masih banyak rutinitas yang harus ia lakukan malam ini. Mulai dari mencuci muka, sikat gigi, dan yang terakhir skincare routine. “Kenapa jadi kayak gini sih,” gumam Rachel seraya memijit pangkal hidungnya. “Aku harus gimana, Tuhan?” Saking stressnya ia malam ini, ia sampai mengeluarkan air mata. Tidak tahu harus bagaimana mengahadapi Alan nanti. Ia pusing, bingung, sekaligus bimbang. *Flashback on “Saya suka kamu, Rachel. Tolong buka hati kamu juga. Biar saya bisa move on dari Sania.” “Maksudnya?” “Kamu nggak bodoh. Saya udah ngomong secara terang- terangan. Masa masih belum ngerti?” Rachel menjauhkan tubuhnya dari tubuh Alan. Wajahnya masih terlihat sangat shock. Seolah tidak percaya dengan
Read more
14. Perubahan yang mengejutkan
“Kenapa percaya diri banget? Emang ini anak kamu?” tanya Rachel ketus. “Terus anak siapa lagi kalau bukan anakku?” “Emang kamu tau, kehidupan aku selama enam tahun ini? Bisa jadi aku udah nikah kan, terus punya anak sama orang lain.” “Nggak mungkin. Kalau udah nikah, mana suaminya?” “Bisa jadi udah cerai, kan?” “Tetap nggak masuk akal. Kecuali kalau Noah sekarang baru umur tiga atau empat tahun.” “Emang kamu tau, umur Noah sekarang berapa?” tanya Rachel sedikit sewot. “Tau, lah! Lima jalan enam kan?” balas Juna dengan wajah yang begitu tengil. Membuat Rachel langsung mencebikkan bibirnya kesal. “Nggak bisa jawab lagi, kan? Karena dia emang anakku. Mau bohong sampai mulut kamu berbusa juga bakal ketahuan, karena DNA udah menjawab semuanya. Nih lihat, mukanya persis sama aku waktu masih kecil,” cerocos Juna, seraya menunjukkan kertas foto berukuran kecil. Rachel berdecih. Tau gitu, ia mending minta bantuan pada Bapak- bapak yang menolongnya tadi. Ditolong Juna ternyata malah ber
Read more
15. Sebuah keputusan
Hampir selama lima menit, Rachel bediri di depan Alan yang sedang duduk di sofa sambil terus menatap pria itu dengan tangan yang terlipat di depan dada. Sedangkan Alan memilih untuk pura- pura sibuk membaca majalah. “Pak Alan... sebagai rekan kerja, kita berdua harus sama- sama profesional. Jangan membuat saya merasa canggung dengan situasi seperti ini,” ucap Rachel dengan tegas. Alan mengangkat kepalanya, menatap Rachel dengan tatapan dingin seperti biasanya. “Maksud kamu?” tanya Alan. “Berhenti mengirim pesan- pesan romantis ke saya. Saat ini, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Mengerti?” “Emang kamu nggak tau? Hp saya hilang. Kalau ada pesan yang aneh- aneh, berarti itu ulah hacker,” balas Alan dengan begitu santai. Rachel memicingkan matanya seraya tersenyum tipis. Kemudian ia lantas mendudukkan dirinya di samping Alan, sambil menatap pria itu dengan intens. “Oh... hilang ya?” tanya Rachel dengan nada menggoda. “I-iya,” balas Alan gugup. Seraya berusaha menghin
Read more
16. Gagal romantis
Hari ini adalah hari pertama Rachel bekerja setelah libur selama beberapa hari. Suasana terasa lebih canggung dari sebelumnya. Baik Alan maupun Rachel, tidak ada yang membuka suara sedari tadi. Hal ini dikarenakan Rachel yang tiba- tiba berubah pikiran terkait hubungannya dengan Alan. Sebagai wanita yang pernah memiliki kenangan buruk dalam berhubungan, tentu saja Rachel tidak mau menjadi bayang- bayang Sania dalam hidup Alan. Ia tahu persis, bagaimana perasaan Alan kepada Sania selama ini. Lelaki itu bahkan masih menyimpan rasa, meskipun Sania sudah tidak ada di dunia lagi. Jadi menurutnya, tidak mungkin Alan secepat itu menyukainya. Pasti hanya mencari pelampiasan saja. Semalaman ia memikirkan hal ini. Hingga pada akhirnya, tadi pagi ia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Alan seperti ini, To: Pak Alan Mahardika Pak Alan, jangan salah paham sama hubungan kita berdua ya. Meskipun saya bilang mau belajar membuka hati, tapi bukan berarti status kita berubah jadi pacar. Kita teta
Read more
17. Pemersatu orang tua
Setelah puas berkeliling Jakarta dengan menggunakan helikopter pribadi milik saudara Juna, kedua orang tua dan sang anak itu pun mencari tempat duduk kosong di taman yang tak jauh dari tempat parkir helikopter. “Duduk di sana dulu. Bunda mau beli minum,” ujar Rachel. Menyuruh Noah dan ayahnya untuk duduk di kursi panjang yang sedang kosong. Selesai membeli minuman dan membeli gulali kapas untuk Noah, Rachel lantas menyusul kedua manusia kembar yang sedang asik berbincang- bincang di atas kursi tersebut. Benar kata Juna, Noah adalah Juna versi share in jar. Mereka memiliki kemiripan dengan tingkat 99%. Matanya, hidungnya, bibirnya, benar- benar jiplakan dari wajah Juna. Entahlah, Rachel hanya kebagian hikmahnya saja. “Nih.” Rachel memberikan satu minumannya pada Juna, dan memberikan gulali kapasnya pada Noah. “Makasih, Bunda,” ujar Juna. Membuat Rachel langsung menatapnya jijik. Setelah itu, ia lantas membuka botol minumannya sendiri, lalu ia berikan pada sang anak yang sedang asi
Read more
18. Bertemu teman lama
“Aku mau ngenalin Noah ke orang tuaku, boleh?” tanya Juna pada Rachel. Saat ini mereka bertiga sedang makan malam bersama. Tadi Rachel sempat ingin memasak saja. Namun karena di kulkas Juna tidak ada bahan- bahan masakan, jadinya mereka memutuskan untuk membeli lewat online saja. “Kalau cuma buat direndahin aja, mending jangan. Keluarga kamu mana mau, nerima anak dari perempuan kotor,” balas Rachel ketus. Membuat Juna langsung menghembuskan napasnya kasar. Pria itu meletakkan sendoknya di atas piring, kemudian menatap Rachel yang sedang fokus menonon tayangan video di ponselnya sambil memakan makanannya dengan lambat, seperti orang yang tidak napsu makan. “Chel, jangan gitu dong. Bisa kan, kita nggak usah bahas masa lalu lagi? Lagian aku juga udah minta maaf, dan aku juga lagi berusaha biar bisa jadi Ayah yang baik.” “Oh, jelas nggak bisa! Semua omongan jahat kamu di masa lalu masih tersimpan rapi di otakku.” Lagi- lagi Juna hanya bisa menghela napas. Dari pada semakin ribut, i
Read more
19. Ketika Rachel direndahkan
Alan berjalan menghampiri Rachel dan teman- temannya dengan Noah yang berada digendongannya. Ia tersenyum tipis pada Rachel yang masih terperangah kaget. “Kamu kok masih di sini? Dari tadi aku nungguin kamu loh,” ujar Alan seraya menarik pinggang Rachel agar mendekat ke tubuhnya. Sedangkan Rachel yang masih kebingungan hanya bisa terdiam dan menurut saja. “Suaminya Rachel ya?” tanya wanita berkaca mata. Alan hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Kemudian wanita berkaca mata tersebut mengulurkan tangannya, mengajak Alan untuk berjabat tangan. “Aku Alsha, teman SMA Rachel,” ucapnya, setelah Alan menerima jabatan tangannya. “Alan,” balas Alan singkat. Kini giliran wanita yang berdiri di samping Alsha yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alan. “Aku Tiffany. Teman Rachel juga,” ucapnya. Sedangkan Alan hanya mengangguk- anggukkan kepalanya saja. Setelah itu, giliran wanita berambut pirang yang mengulurkan tangannya. Namun kali ini, Alan tidak menerimanya. “A
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status