All Chapters of Ayah untuk Noah: Chapter 41 - Chapter 50
58 Chapters
40. Permintaan Nena
Rachel PovAku melangkahkan kakiku di lorong rumah sakit, menuju kamar inap tempat Nenaku dirawat. Di depanku, ada Mama yang sudah berjalan lebih dulu sambil menggandeng tangan Noah. Dan di belakangku, ada Bodyguard Nenaku yang mengawalku sejak di Hotel tadi.Airin dan Papa belum muncul di depanku sama sekali, sejak aku sampai di Bali kemarin malam. Aku sendiri juga berharap tidak bertemu dengan mereka, dari pada menimbulkan permasalahan baru lagi. Sampai di depan kamar Nena, jantungku semakin berdebar- debar. Jujur saja, aku belum siap bertemu dengannya lagi. Aku masih merasa bersalah atas kejadian beberapa tahun yang lalu. Namun karena Mama meyakinkanku, aku merasa jadi lebih tenang dan percaya diri.Dengan tangan yang sedikit bergetar, aku pun mulai memutar gagang pintu tersebut. Mama membiarkanku masuk sendirian, karena hanya aku lah satu- satunya orang yang ingin ditemui oleh Nena saat ini.Aku melihat Nena yang duduk di kursi roda sambil menghadap ke jendela kamar. Aku berjal
Read more
41. Curhatan Mama
“Mama baik- baik aja, Chel. Kamu jangan khawatir.”Saat ini, Rachel dan mamanya sedang berada di kantin rumah sakit. Sedangkan Noah dititipkan di kamar nenanya, atas permintaan sang Nena sendiri.“Ma, Rachel bukan orang yang gila harta. Kalau misalnya tanah itu bisa buat lunasin hutang- hutang Papa, jual aja.” Rachel menggenggam tangan mamanya untuk berusaha meyakinkan wanita itu. Namun sang Mama malah menggelengkan kepalanya.“Itu milik kamu, Chel. Mama nggak mau.”“Terus kenapa waktu itu Mama rela jauh- jauh ke Jakarta buat nemuin Rachel? Pasti mau bahas masalah ini, kan?”Cindy menghela napasnya. Kemudian ia menatap sang Putri dengan mata yang berkaca- kaca.“Waktu itu, pikiran Mama udah buntu banget. Tiap hari, Mama ditelepon sama pihak Bank. Hutang Papa kamu banyak banget, lebih dari seratus juta. Mama bingung, harus jual apalagi. Karena perhiasan Mama udah habis, barang- barang branded udah Mama jual semua, usaha laundry Mama udah tutup, mobil juga udah mulai Mama jual satu pers
Read more
42. Bertengkar
“Halo?”“Iya. Siapa ya?” Benar saja. Bukan Alan yang mengangkatnya, melainkan seorang wanita. Meskipun Rachel percaya pada Alan, namun ia tidak bisa berbohong, hatinya benar- benar gelisah saat ini. Seperti ada jarum yang menusuk- nusuk hatinya, saat mendapati perempuan lain yang mengangkat teleponnya. Berarti yang dikatakan oleh Tiffany itu benar, Alan sedang pergi bersama seorang wanita saat ini.“Halo? Masih ada orang?”“Hah? I-iya,” balas Rachel gugup.Tak ingin semakin sakit hati, Rachel pun lantas mematikan panggilan teleponnya secara sepihak. Masa bodoh jika itu adalah tindakan yang tidak sopan. Rachel benar- benar tak peduli. Ia sudah terlanjur sakit hati. Namun di sisi lain, ia juga tidak mau menaruh curiga yang berlebihan pada Alan. Ia yakin, Alan bukanlah pria penghianat.“Kenapa, Chel?” tanya Santi─ Nena Rachel, saat melihat Rachel yang sedang melamun.“Enggak. Rachel lagi mikir, nanti mau makan apa,” kilah Rachel berbohong.“Makan ya, makan aja. Ngapain pakai dipikir se
Read more
43. Salah paham
Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Alan lantas masuk ke dalam rumah dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Di dalam, ia disambut oleh mamanya yang baru saja keluar dari kamar sambil memainkan ponselnya.“Baterai kamu habis?” tanya mamanya.“Enggak, kok,” jawab Alan.“Terus? Kuotanya habis?” tanyanya lagi. Namun Alan hanya menggelengkan kepalanya.“Kok tumben, Rachel telepon Mama? Biasanya kan, dia telepon kalau kamu nggak bisa dihubungin aja.”“Lah, emang nggak Mama tanyain, kenapa dia telepon?”“Nggak keangkat. Mama juga baru lihat hp. Nih, tiga panggilan tak terjawab dari dia.” Anna menunjukkan ponselnya pada Alan, dan di situ memang tertulis jika ada tiga panggilan tak terjawab dari Rachel.Buru- buru Alan langsung membuka ponselnya. Namun ia tidak menemukan pesan masuk atau riwayat panggilan dari Rachel.“Dia nggak telepon Alan, kok.” Alan juga menunjukkan ponselnya pada sang Mama. Dan benar saja, tidak ada pesan ataupun riwayat panggilan dari Rachel.“Oh iya, ya. Coba de
Read more
45. Kenyataan yang pahit
“Kamu beliin Anggi cincin?” tanya Rachel to the point, saat Alan baru saja keluar dari kamar mandi sambil menggotong tubuh Noah.“Enggak,” jawab Alan santai.“Kok dia chat kamu, katanya cincinnya nggak muat.”“Oh, cincin ibunya kali. Kemarin dia juga beliin ibunya cincin.”“Oh, kirain kamu yang beliin.”“Aku nggak sedermawan itu, sampai beliin orang lain cincin,” ujar Alan. Membuat Rachel langsung tersenyum mendengarnya.“Tapi waktu itu kamu beli perlengkapan rumah buat aku. Kulkas seharga puluhan juta, vacuum cleaner, sama AC yang harganya setara sama gajiku selama dua bulan,” sahut Rachel.“Kalau sama kamu mah beda, Chel. Jangankan kulkas sama AC, rumah pun aku beliin sekarang juga kalau kamu mau.”Rachel tertawa kecil. Sepertinya Alan memang benar- benar bucin kepadanya. Padahal sebelum dekat seperti ini, pria itu benar- benar pelit dengannya. Rachel sampai sering menggurutu karena saking kesalnya. “Jangan berlebihan, ah. Nggak baik,” tegurnya.“Cepat mandi, sana! Udah mau jam tuj
Read more
46. Surat hak asuh anak
Sudah hampir setengah jam, mereka berada di perjalanan udara. Saat ini, Alan melirik tengah Rachel yang duduk di seberangnya dengan Noah dan juga Reza. Sejak pulang dari pantai tadi, wanita itu mendiaminya. Alan sadar, wanita itu pasti tersinggung dengan ucapannya. Tapi ia belum bisa menjelaskan semuanya, karena ia masih menunggu waktu yang tepat. Sejujurnya Alan sedikit menyesal telah membatalkan tiketnya dan memilih untuk berangkat bareng Rachel. Karena ia baru tahu jika Reza juga ikut pergi ke Jakarta, dan mereka berdua sudah sepakat untuk duduk berdekatan karena ada hal yang ingin mereka bicarakan. Alan tidak bisa protes, karena Rachel sendiri juga mau tidak duduk berdampingan dengannya. Jadi ia harus menerimanya dengan lapang dada, walaupun selalu kesal dan cemburu setiap kali melirik mereka berdua yang sedang asik berbincang- bincang. “Ehm.” Alan berdehem dengan cukup keras saat melihat tangan Reza yang memegang pucuk kepala Rachel. Sementara itu, ketika Reza akan menoleh ke s
Read more
47. Ketika Noah dan Karina bertemu
Sudah hampir setengah jam Alan berbincang- bincang dengan Mama Sania, tapi wanita itu belum juga mengungkapkan alasannya menyuruh Alan datang ke sini. Mereka sibuk membicarakan urusan pekerjaan dan hal- hal lain yang tidak berkaitan dengan mereka. “Oh iya, Tante mau ngomongin apa?” tanya Alan. Memutus pembicaraan Mama Sania yang menurutnya sangat tidak penting untuk dilanjutkan. Wanita itu terlihat sedang menghela napasnya. Kemudian ia meletakkan cangkirnya di meja dan mengubah duduknya menjadi lebih tegap. “Kamu masih ingat sama Wulan, sepupu Sania?” tanya wanita itu. Sedangkan Alan hanya mengangguk saja. “Jadi gini, Tante juga baru tau kalau Sania pernah ninggal wasiat ke dia. Katanya, Sania bilang, kalau misalnya cuma Wulan yang boleh gantiin posisi dia di hati kamu. Tante tau, mungkin ini agak berat buat kamu. Tapi yang namanya wasiat itu harus dijalankan, Lan. Kamu sayang sama Sania, kan? Karena Sania nggak bakal bisa dampingin kamu, jadi biarin posisi kosong itu diisi sama
Read more
48. Rahasia Alan
“Mau langsung pulang, Chel?” tanya Alsha.“Iya, mau jemput Noah dulu,” jawab Rachel.Saat ini Rachel dan teman- temannya sudah berada di luar studio. Hendak menuju parkiran untuk mengambil kendaraannya. Sedangkan Reza sudah balik terlebih dahulu dengan menaiki transportasi umum.“Lo bawa motor, Chel?” tanya Tiffany.“Iya,” jawab Rachel.“Nebeng, dong. Gue kebelet pup nih. Kalau naik mobilnya Zizi, takut kena macet,” ujar Tiffany. Membuat Rachel hampir ingin tertawa saat melihat ekspresinya.“Yaudah, ayo. Ke Apart Alsha, kan?”“Iya. Nggak papa kan, nganterin gue dulu?”“Nggak papa. Dari pada berak dijalan,” celetuk Rachel, membuat teman- temannya langsung tertawa.“Sialan lo,” kesal Tiffany.Selesai mengambil motornya, Rachel langsung menghampiri Tiffany yang menunggunya di depan. Tiffany yang memang sudah kebelet buang air besar pun lantas menaiki motor tersebut. Namun ketika Rachel akan menjalankan motornya,tiba- tiba Juna datang menghalangi jalan mereka. Dengan napas yang ngos- ngos
Read more
49. Permintaan Anggi
Alan membaringkan tubuh lelahnya di sofa. Ia baru tiba dua jam yang lalu, dan ia baru saja bisa beristirahat setelah mengurus proses pengobatan Anggi di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura ini. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Alan memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa panjang yang berada di dalam kamar inap Anggi.Tidak ada yang menemani Anggi di sini, selain dirinya sendiri. Ayah gadis itu masih berlayar, dan baru bisa pulang lima hari lagi. Sedangkan Ibu gadis itu juga sedang sakit- sakitan. Jika ibunya ikut menemani di sini, maka akan berpengaruh pada kesehatannya juga. Jadi Alan lah yang berperan penting di sini, karena hanya dia satu- satunya tetangga yang dekat dengan keluarga Anggi.Alasan Anggi jatuh sakit dan berakhir dilarikan ke Rumah Sakit ini adalah karena ia mengidap penyakit Autoimun. Biasanya ketika penyakitnya kambuh, ia hanya akan dirawat di Rumah Sakit terdekat selama beberapa hari. Tapi karena kondisinya saat ini sangat parah, jadi orang tu
Read more
50. Putus?
Rachel POV Hari ini sebenarnya ada acara study tour di Sekolah Noah. Aku sebagai ibunya seharusnya turut hadir untuk menemani anakku. Akan tetapi, Ibu tiba- tiba memintaku untuk mengantarnya pergi ke rumah saudaranya yang di Bekasi. Jadi mau tidak mau, Junalah yang aku suruh untuk menemani Noah. Untungnya Noah juga tidak protes. Dia malah senang jika ditemani ayahnya, karena bisa pamer ke teman- temannya jika ayahnya adalah seorang Pilot. Sebangga itu, anakku pada ayahnya. Padahal dulunya sempat tidak diakui dan sempat ingin dilenyapkan juga. Hahaha ya sudahlah, lupakan saja.“Pakai tas dino aja ya,” ucapku seraya berjalan menghampiri Noah yang sedang dipakaikan baju oleh Juna. Dengan membawa tas kecil yang bergambar Dinosaurus.“Nggak mau. Pakai tas Marvel aja,” balas Noah.“Tas Marvel udah rusak resletingnya, Sayang. Ini aja, ya. Nanti Bunda beliin yang baru lagi,” bujukku.“Yah ... yaudah, deh. Nggak papa.”“Minta uang saku berapa?” tanyaku.“Nggak usah, deh. Uang Ayah Juna udah b
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status