Semua Bab Bukan Babysitter Biasa: Bab 51 - Bab 60
81 Bab
Teman yang Salah
Kesya tersenyum membaca pesan yang dikirim Jasmin. "Sudah kubilang turuti saranku, pasti berhasil. Hampir saja gagal gara-gara kamu terlalu lebay dan emosian," balas Kesya sembari menatap layar laptopnya. Ia menghubungi Jasmin karena malas berbalas pesan. "Aku kesal karena rencana kita buat menjebak Xabiru gagal. Si Aira ngotot mau ikut mengantarku pulang. Padahal tinggal sedikit lagi bakal berhasil." Jasmin sedikit mengecilkan suaranya tak ingin pembicaraan rahasia ini terdengar orang lain meskipun dia hanya sendiri di ruangannya yang tertutup. Sekarang ini ia berada di kantor. Pagi-pagi sekali datang ke kantor untuk menunjukkan sisi baiknya di hadapan orang banyak setelah insiden semalam yang cukup memalukan baginya. Semua atas saran Kesya. Kesya terkekeh di seberang sana. "Biar saja. Nanti bisa diatur kembali. Yang penting rencana kita yang pertama berhasil. Aku sangat yakin dengan mengambil hati orang banyak, pasti kamu mendapatkan dukungan. Lihat kan, rencanaku berhasil? Sek
Baca selengkapnya
Dampak Ke Xabiru
Mendengar pernyataan suaminya, Aira terkejut. Sampai ia bangun dari rebahan dan mengambil sikap duduk tegak. "Oh, i–iya. Boleh kok. Memangnya Mas tidak papa ikut ke panti?" "Memangnya kenapa?""Takut risih, takut merepotkan," jawab Aira ragu mengatakan hal tersebut. "Nggak. Biasa saja. Bisa kan ditunda. Sekalian kita bareng beli perlengkapan bahan sembakonya.""Hm, iya. Bisa kok. Aku senang dengarnya. Kalau boleh tahu kapan Mas?""Sabtu. Weekend nanti. Sekalian ajak Jingga. Tidak apa kan? Biar dia bisa merasakan vibes suasana panti dan mengerti bagaimana rasanya tidak mempunyai orang tua."Hening. Aira diam setelah mendengar perkataan Xabiru barusan.Xabiru yang baru sadar telah salah ucap segera meralat ucapannya. "Bukan begitu, maksudnya biar dia–""Tidak apa, Mas. Aku ngerti kok. Terima kasih ya Mas sudah peduli," sela Aira yang paham kemana arah perkataan suaminya. "Ya. Ada lagi yang mau diomongin?" "Tidak ada. Eh, anu. Mas nanti mau dimasakin apa malam ini? Mas pulang cepat
Baca selengkapnya
Kedatangan Ibu
"Ibu? Kok datang tidak ngasih tahu?" Aira terkejut saat membuka pintu rumah ternyata Bu Laila–ibu mertuanya yang datang. "Memang kenapa? Memangnya Ibu tidak boleh ya mampir ke rumah anak-mantunya sendiri?" Alis Bu Laila terangkat mempertanyakan. Ia masuk ke dalam setelah dipersilahkan Aira. Mereka berjalan bersisian.Aira tersenyum tipis mendengar pertanyaan ibu mertuanya seraya menggandeng tangannya. "Bukan Bu, bukan begitu. Aira kaget saja. Kalau Ibu bilang kan, Aira bisa persiapan dulu. Masak dan beres-beres rumah. Eh, Ibu bakalan nginap di sini ya?" Sambil jalan, keduanya berbincang santai. "Ehm, nggak. Cuma mampir saja, kebetulan lewat sini. Ah, kamu segitunya. Biar pun Ibu tidak nginap atau ngasih tahu kamu bakalan datang kemari, Ibu yakin kamu sudah beres-beres rumah dan masak enak," tutur Bu Laila membuat Aira tersanjung. "Ini Ai, Ibu bawakan sesuatu buat kamu." Bu Laila menyodorkan tiga buah paperbag ke arah Aira. Aira menyambutnya dengan tersenyum tipis. Sedari awal ibu
Baca selengkapnya
Janji Bu Laila
Aira menggelengkan kepala. "Sudah tidak pernah, Bu. Entah kalau di luar, Aira tak tahu dan Aira tak ingin tahu. Aira percaya sama Mas Xabiru." Bu Laila tersenyum mendengar jawaban menantunya. Memang ia tidak salah pilih. Apalagi Aira sangat mirip dengan Aurora, bagaimana caranya bicara dan menanggapi masalah. "Kamu baik-baik saja kan? Tidak ada mendengar sesuatu yang aneh atau ada yang membicarakanmu, yang menghina atau mengejek gitu?" Aira menggeleng lemah. "Aira baik-baik saja, Bu. Memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang–""Tidak! Tidak ada kok. Ibu cuma mengkhawatirkanmu atau takut ada yang mengganggumu," sela Bu Laila sembari menggaruk tengkuknya. Bu Laila bersyukur kalau Aira ternyata baik-baik saja setelah insiden semalam yang membuatnya dipermalukan Jasmin. Bu Laila meskipun tidak hadir di sana, tapi ia tahu ada kejadian tersebut. Apalagi ada yang membagikan video tersebut ke nomornya dan tentu saja ia jadi melihatnya. Bu Laila bahkan marah dan kecewa sama Xabiru karena memb
Baca selengkapnya
Wajah Lelah Xabiru
"Mas, capek ya?" Aira bertanya melihat suaminya pulang dengan wajah lesu. Xabiru yang baru pulang kerja, tidak langsung berjalan ke arah kamar melainkan merebahkan badannya dulu ke bahu sofa di ruang tamu. Laki-laki itu tersentak kaget saat tangan Aira menyentuh bahunya. Namun akhirnya dibiarkan saja saat pijatan lembut di sana membuatnya merasa nyaman. Mengendurkan sedikit ketegangan di bagian sana. "Ya," jawab Xabiru singkat merasa sangat lelah karena hari ini di kantor penuh tekanan. Beberapa klien membatalkan kerja sama, belum lagi tekanan dari atasan. "Maaf ya Mas, membuat Mas bekerja keras. Tetap semangat! Fighting!" Aira mengepalkan tangannya, kode memberi semangat pada suaminya tersebut. Ia sering melihat adegan tersebut di drama Korea dan penasaran untuk mencobanya. Netra Xabiru mengerjap sebentar mendengar ucapan Aira barusan. Terdengar lucu, aneh di telinganya disemangati seperti itu, tapi cukup menghibur. Namun tak ada tanggapan darinya. Ia lagi menikmati pijatan lembu
Baca selengkapnya
Hampir Kepergok Anak
"Mas, kamu baik-baik saja kan?" Aira dengan berani memeluk Xabiru yang sedang berdiri di depan lemari pakaiannya. Laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di pinggang. Badan Xabiru bergetar hebat saat tangan Aira menyentuh dadanya yang basah. Muncul degupan kencang tak beraturan di sana yang membuatnya gugup tak karuan rasa. Tak tahan dengan gejolak yang memuncak, Xabiru berbalik dan merangsek Aira dengan ciuman bertubi-tubi hingga membuat netra istrinya tersebut membulat sempurna saking terkejutnya. Bukan ini maksud Aira. Ia memeluk suaminya tersebut hanya untuk memberikan ketenangan. Namun ternyata disalah artikan. "Bukan salahku ini terjadi. Kamu sendiri yang telah membangunkan macan tidur," ujar Xabiru dengan napas terengah. Xabiru terus membabi buta menyerang Aira sampai pakaiannya terlepas dari badannya. Aira tak bisa mengelak. Dia pasrah dan menuruti irama suaminya yang menuntunnya berlabuh ke peraduan. "Bunda ….""Bunda di kam
Baca selengkapnya
Kekesalan Jasmin
"Keributan apa lagi itu?" Bu Mita bergumam sendiri mendengar keributan kecil di lantai bawah rumahnya. Ia bergerak menuju ke sana dari lantai dua, kamarnya. Jasmin. Bu Mita sudah menduganya. Siapa lagi yang berteriak keras kalau bukan Jasmin, anaknya tersebut. Wanita paruh baya tersebut geleng-geleng kepala setelah tahu anak gadisnya lah yang membuat keributan kecil di malam hari. Dari pakaiannya, Jasmin baru saja pulang dari kantor. "Ada apa Jasmin? Kamu baru pulang kerja, Nak?" tanya Bu Mita ramah berbasa-basi lebih dulu menyapa Jasmin dengan lembut seraya melirik ke arah Yusi–asisten rumah tangganya. wajah ART-nya itu ketakutan. Pasti habis dimarahi Jasmin. "Capek Bu! Lihat bajuku kotor gara-gara nih orang jalan nggak pake mata!" Jasmin menunjuk Yusi dengan wajah marah. Atasan baju putihnya terkena tumpahan minuman jenis sirup berwarna merah dan itu nampak sekali di bajunya. Tentu saja Jasmin sangat kesal jadinya. "Maaf, Bu, saya tidak sengaja. Saya minta maaf Non," sahut Y
Baca selengkapnya
ke Panti Asuhan
"Cuma dikasih SP? Nggak dipecat aja?" Bu Laila kesal mendengar kabar kalau Jasmin hanya diberi surat peringatan dari kantor. Padahal dia sudah meminta Lukman memberi tindakan tegas bukan hanya sekedar memberikan SP."Nggak bisa begitu, Mbak. Ada aturannya. Semua perlu persetujuan banyak orang, bukan keputusan sepihak," jawab Lukman yang menerima telepon dari Bu Laila. Jauh hari sebelumnya, Lukman sudah dicecar banyak pesan dari kakaknya tersebut. Jadi mau tidak mau telepon ini harus dijawabnya kalau tidak ingin kena omelan panjang Bu Laila. "Alaaah! Padahal bisa itu, kamu saja yang nggak mau urus. Iya kan?""Lukman hanya menjalankan kewajiban saja, Mbak. Nggak boleh asal main kasih keputusan yang bakal merugikan orang lain. Kan Mbak yang ngajarin gitu? Belum lagi, Jasmin banyak memberi kontribusi di perusahaan kita, Mbak, dan ini juga baru kasus pertamanya.""Ya sudahlah! Capek ngomong sama kamu. Nggak didengar. Tutup saja teleponnya.""Bukan gitu Mbak, tapi–" Sambungan telepon su
Baca selengkapnya
Alasan Aira
"Karena Jingga." Jawaban Bunda Ina tak lagi mengejutkan Xabiru. Ia yakin itu salah satu alasan terbesar Aira bersedia menikah dengannya. "Tahu alasannya?" Bunda Ina masih saja tertarik membicarakan hal tersebut. Seolah memaksa Xabiru untuk tahu semua hal yang dirahasiakan Aira. "Perlu, Bun?" tanya Xabiru seperti enggan ingin tahu. Namun ia bersikap sedatar mungkin tidak ingin menunjukkannya. Ia masih mencoba menghormati ibu yang telah merawat istrinya dengan baik. Meskipun ia tahu wanita di depannya ini tampak tak menyukainya dari awal bertemu. "Harus! Kamu harus tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirahasiakannya. Jangan hanya mementingkan diri sendiri. Ini demi kelangsungan rumah tangga kalian. Jangan hanya menimpakan semua beban padanya. Dia juga berhak bahagia." Xabiru terkejut. Ia bingung kenapa Bunda Ina seolah-olah tahu apa yang terjadi dalam rumah tangganya. Ia curiga kalau Aira banyak curhat pada Bunda Ina mengenai biduk rumah tangganya selama ini. Makanya Bunda Ina s
Baca selengkapnya
Siapa Orang Tersebut?
Aira mengangguk cepat mengiakan maksud ucapan Bunda Ina yang belum selesai terucap. Awalnya Bunda Ina senang karena Aira mendapatkan ibu mertua yang baik dan berjodoh dengan orang berada. Ia tenang, tidak akan mengkhawatirkan nasib Aira kedepannya. Apalagi sejak dikenalkan Aira pada keluarga Xabiru dan selama proses lamaran hingga pernikahan, Bu Laila menunjukkan diri sebagai sosok mertua yang baik dan penyayang. Namun berbeda saat melihat Xabiru. Bunda Ina merasakan sesuatu yang lain. Ia merasa Xabiru tidak mencintai Aira dan terpaksa saja menikahi Aira untuk memberikan ibu baru bagi anaknya. Itulah sebabnya sikapnya sangat ketus terhadap Xabiru. Sulit menunjukkan rasa suka pada orang yang tidak tulus menyukai anak asuhnya. ***"Iya, saya tahu. Aira memang sangat menyukai Jingga. Dia ibu terbaik untuknya," timpal Xabiru melihat Bunda Ina terdiam lama. Bunda Ina menoleh ke Xabiru. Lamunannya buyar seketika. "Saat anakmu meminta hal tersebut pada Aira, sebenarnya banyak pertimban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status