Bukan Babysitter Biasa

Bukan Babysitter Biasa

By:  Syarlina  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
8.5
2 ratings
81Chapters
25.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aira yang seorang babysitter bagai dapat durian runtuh saat tahu dirinya ditawari buat menikah dengan ayah dari anak yang diasuhnya. Xabiru Angkasa, nama yang aneh dan unik bagi Aira. Seunik orangnya. Dingin bagaikan kulkas seratus pintu. Belum lagi suka marah-marah tidak jelas dan bicaranya irit. Untung ganteng, jadi semua kekurangannya tertutupi. Lalu mampukah ia bertahan dengan laki-laki yang ternyata telah memilih wanita lain untuk jadi teman hidupnya? Dan bagaimana nasib Aira selanjutnya?

View More
Bukan Babysitter Biasa Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
nina kurniasih
lumayan serru awal.nya...
2023-08-31 22:03:03
2
user avatar
Maulana Dwi Yusuf
seru banget ceritanya
2023-09-29 10:05:08
0
81 Chapters
Pisah kamar
"Ini kamarmu dan itu kamarku." Xabiru menunjuk dua kamar bersebelahan pada Aira–wanita yang baru saja dinikahinya pagi tadi. Aira terbengong menatap dua kamar tersebut secara bergantian. "Kita beda kamar?" tanyanya setelah memahami kalau dia dan laki-laki yang bergelar suami tersebut tidak satu kamar, padahal mereka adalah pengantin baru. Xabiru menggeleng. "Tidak! Aku belum siap," jawabnya datar membuat kerutan muncul di kening Aira. 'Belum siap? Aneh. Seharusnya pihak wanita yang mengatakan hal tersebut. Kenapa malah dia?' Aira menggerutu dalam hati. "Ingat, kalau di depan Ibu dan orang luar, kita bersikap mesra layaknya suami-istri, tapi kalau hanya berdua atau di rumah seperti saat ini, kita bagaikan orang asing. Tak perlu mesra apalagi manja-manja. Ada tembok pembatas di antara kita dan aku tak mau ada yang melewatinya."Aira menggaruk kepalanya mencoba mencerna ucapan Xabiru barusan. 'Tembok pembatas? Orang asing? Kenapa jadi begini? Memang seperti itu ya, menikah deng
Read more
Membuat Rencana
"Aaaa!" Terdengar teriakan Aira dan Jingga secara bersamaan dari kamar mereka. Xabiru yang mendengar dari kamar sebelah bergegas menghampiri. "Aira! Jingga! Ada apa? Buka!" panggil Xabiru dengan nada cemas takut terjadi sesuatu di kamar Aira. Apalagi di dalam ada anaknya. "Aaaa!" Masih terdengar teriakan mereka membuat ketukan pintu makin keras dilakukan Xabiru bahkan ia mencoba membuka paksa pintu yang terkunci dari dalam karena belum juga dibukakan. "Aira, buka!""Air–""Pak Biru!""Ayah!" Kedua gender yang sama, berlainan umur tersebut serempak memeluk Xabiru dengan erat. "A–ada apa?" tanya Xabiru tanpa merengkuh badan Aira yang memeluknya erat. Tangan satunya mengambang di udara. Ia merasa gugup tiba-tiba dipeluk wanita yang sudah sah menjadi istrinya tersebut. "Ada kecoa Yah, banyak!" Jingga yang menjawab lebih dulu. "Kecoa? Masa?" Tatapan Xabiru ke Aira memastikan kebenaran ucapan anaknya. Aira mengangguk cepat. "Tidak banyak sih, cuma dua tapi besar-besar," timpal Aira
Read more
Satu Kamar
Mata Aira terfokus ke sebuah pigura besar yang berada di dinding belakang tempat tidur. Potret kebersamaan Xabiru dan ibu kandungnya Jingga terlihat di sana. Sebuah foto pernikahan. Di sana keduanya tampak mesra dan bahagia. Senyum lebar Xabiru menjelaskan semua itu. Tidak seperti sekarang saat bersamanya. Aira mengingat saat mereka melakukan sesi foto prewedding. Xabiru tidak bisa senyum. Meskipun diminta beberapa kali dia seperti kesulitan untuk menarik kedua bibirnya keatas. Hingga fotografer pasrah dan membiarkan saja. Tidak hanya satu foto tersebut. Masih ada beberapa foto keduanya terpampang di dinding dalam kamar Xabiru. Aira mengamati dengan hati berdenyut nyeri. Entah apa yang dirasakannya sekarang ini, cemburu? Etiskah jika dia cemburu pada sosok yang telah tiada? "Bun, kok diam. Ayo masuk!" Jingga menarik lagi tangan Aira memintanya melangkah kembali. "I–iya." Aira terpaksa menuruti ajakan Jingga. Aira memperhatikan Xabiru yang mengambil satu bantal dari kasur dan mel
Read more
Dijodohkan
Kenapa harus Aira, Bu?" Xabiru bertanya saat Bu Laila memintanya untuk segera menikah dan orang yang dipilihkan 'tuk menjadi pasangannya, yaitu Aira, bukan Jasmin. Padahal saat ini ibunya tahu kalau dia sedang menjalin hubungan dengan Jasmin. Anehnya malah menjodohkannya dengan Aira–babysitter anaknya yang bahkan asal usulnya saja tidak jelas. "Kamu sendiri tahu kan Jingga? Dia tidak bisa dekat dengan Jasmin. Malah dekatnya ke Aira."Xabiru tersenyum kecut. "Tentu saja Jingga dekat dengan Aira, dia pengasuhnya sejak kecil. Wajar, Bu. Sedang Jasmin baru lagi mencoba pendekatan dan Ibu sendiri tahu kalau Jingga itu susah dekat sama orang lain selain kita." Xabiru mencoba membela Jasmin, wanita yang sudah dipacarinya sejak setahun silam. "Nah, itu dia poinnya. Dekat sama Jingga. Kalau setahun saja dia susah mendekati Jingga, mau sampai kapan menunggunya? Ibu lihat juga tidak ada peningkatan. Lagi pula wajahnya tidak keibuan. Tidak seperti Aira yang masih sangat muda, tapi jiwa keibu
Read more
Sebuah Perjanjian
Aira, dan Xabiru sarapan pagi bersama dengan suasana yang kaku. Tidak ada pembicaraan diantara mereka kecuali Jingga yang sesekali berceloteh tentang kegembiraannya karena telah tidur sekamar dengan ayah dan bundanya. Ia juga mengaku berpindah posisi karena merasa sesak dipeluk ayahnya saat tidur. Mendengar hal tersebut Aira menoleh ke Xabiru, menatapnya lekat seolah menyatakan kalau bukan dia yang sengaja bertukar posisi jadi berada di tengah, tapi anaknya sendiri. Xabiru yang ditatap bersikap datar saja seakan membalas pernyataan Aira kalau dia tidak tertarik dengan fakta yang terjadi. Ia sudah menganggap angin lalu hal tersebut, seolah bukan hal yang penting. "Ini, tanda tanganilah!" pinta Xabiru setelah mereka selesai makan pagi dan hanya menyisakan keduanya di ruang makan. Jingga sudah berlalu pergi ke ruang tengah menonton tivi, tayangan kartun kesukaannya. Aira mendongak ke arah Xabiru sebentar lalu kembali fokus ke lembaran kertas di atas meja makan. Ada tiga lembar yang d
Read more
Oke, kuterima
Aira tampak serius menuliskan poin-poin yang ingin ditambahkannya ke dalam surat perjanjian pernikahan yang dibuat oleh Xabiru. Laki-laki yang duduk di seberangnya mengamati dengan lekat. "Tidak jelek. Dia cantik, dia juga baik, tapi … aku sungguh tidak mencintainya. Tidak ada perasaan itu untuknya. Bagaimana mungkin bisa menjalani pernikahan ini kalau tanpa cinta di hatiku? Maaf jika ini menyakitimu. Aku tidak ingin memberikan harapan palsu. Aku ingin kamu bahagia dan aku yakin itu bukan denganku." Xabiru mengungkapkan perasaan hanya dalam hati. Egonya terlalu tinggi untuk langsung mengucapkan hal tersebut pada wanita polos di depannya saat ini. "Maaf, poin satu saya coret. Saya rela disentuh Bapak karena status kita adalah suami-istri. Dosa jadinya kalau istri menolak hasrat suami. Terserah Bapak ingin menyentuh atau tidak, jika ingin, lakukanlah, saya takkan keberatan. Lagipula saya harus memenuhi kewajiban saya sebagai seorang istri." Xabiru tercengang dengan pernyataan Aira
Read more
Cemburu?
Seminggu sudah Xabiru dan Aira tinggal serumah setelah resmi menikah. Tidak ada perubahan dari hubungan keduanya selama tujuh hari tersebut karena perjanjian pernikahan baru dimulai tepat di hari ke delapan. "Bismillah, semangat Aira! Ayo kita mulai pertempuran ini!" Aira bicara sendiri di depan cermin di dalam kamarnya dengan penuh semangat. "Jangan sampai kalah," lanjutnya lagi menambahkan. Hari ini akan dimulai hubungan suami-istri sesuai isi perjanjian pernikahan yang telah disepakati Aira dan Xabiru. Tak ada pilihan karena itu keinginan suaminya. Banyak rencana yang sudah dipersiapkan oleh Aira dan ia berharap semua berjalan sesuai dengan rencananya. Pagi-pagi Aira bangun seperti biasanya. Beraktivitas subuh menjalankan ibadah, baru keluar kamar membersihkan rumah. Tidak ada asisten rumah tangga yang akan membantunya di rumah ini seperti di rumah ibu mertuanya karena dia sendiri yang menolak hal tersebut. "Kamu bisa membereskan rumah ini sendirian? Apa perlu asisten rumah
Read more
Kedatangan Seseorang
[Kamarku jangan diotak-atik. Biarkan saja begitu adanya.]Pesan dari Xabiru mengerutkan kening Aira. Awalnya Aira senang mendapatkan pesan pertamanya di ponsel baru yang telah diberikan Xabiru, dan itu dari suaminya, tapi bibirnya seketika manyun kecewa dengan pernyataan yang tertulis pada pesan tersebut. "Suamiku itu cenayang, ya? Dukun atau anak indigo? Kok dia tahu aku mau ke kamarnya?" Aira bergumam sendiri. Langkahnya yang mengarah ke kamar Xabiru terhenti sejenak. Lalu Aira berbalik arah menuju lantai bawah dengan langkah gontai. Semua sudut ruangan dan kamar di rumah ini sudah dibersihkan Aira, tinggal satu kamar saja yang belum dan itu kamarnya Xabiru. Kamar yang tampak suram karena dinding kamarnya berwarna monokrom hitam-putih. Seperti kamar laki-laki bujang yang belum menikah. Pikir Aira. Teng! Terdengar kembali dering pesan masuk di ponselnya. Aira yang duduk di sofa ruang tengah segera merogoh ponsel di saku celana. [Kenapa tidak dibalas?] Dari 'suamiku', nama yan
Read more
Misi Ibu Mertua
"Ibu?" Aira dengan cepat menghampiri wanita paruh baya yang wajahnya masih terlihat cantik di usia senjanya. Senyum merekah dilemparkannya ke arah wanita tua tersebut setelah berhasil menetralkan gemuruh keterkejutan dalam hatinya. Aira meraih tangan mertuanya dan mencium takzim punggung tangan yang mulai berkeriput tersebut. "Ibu kok datang mendadak? Pagi tadi nggak bilang bakal mau ke sini. Ibu sudah makan? Kalau belum biar Aira siapkan. Kebetulan kami baru saja selesai makan malam, Bu." Aira mencoba mengajak bicara Bu Laila. Menyambut dengan ramah dan hormat. "Tidak usah. Ibu sudah kenyang. Syukurlah kalau kalian sudah makan malam. Ibu mau ke kamar saja, capek di jalan menempuh waktu dua jam. Eh, tapi Ai, kamu kalau di rumah dasteran gini?" Tiba-tiba Bu Laila memindai penampilan menantu barunya. "Hah?" Ekspresi terkejut Aira keluar lagi. Belum apa-apa sudah dikomentari ibu mertua cara berpakaiannya. "Iya, Bu? Kenapa?" Refleks, Aira bertanya. Aira sempat memindai sebentar pe
Read more
Bagai Tom and Jerry
"Kenapa jadi berantakan begini? Terus mau ditaruh dimana semua barangmu ini?" Xabiru berdecak kesal melihat barang Aira tersusun berantakan di kamarnya. Ia tak mengira kalau Aira asal letak saja barangnya tanpa menyusun dengan rapi seperti dalam benaknya. Mereka berdua telah berada di kamar Xabiru. Aira yang masih berdiri di depan pintu kamar, hanya menatap bingung pada barangnya. Sembari menggaruk kepala yang tentu saja tak gatal. "Mas kan cuma bilang taruh di kamar, nggak bilang disusun rapi. Lagi pula aku nggak tahu harus meletakkannya dimana. Ini kan kamar Mas, maksudnya menunggu Mas lihat dulu biar ngasih tahu aku harus meletakkannya dimana. Nanti kalau asal taruh, salah lagi." Aira membela diri. Ia tak mau disalahkan. Lagipula mana sempat meletakkannya dengan baik. Bukankah ia didesak untuk gerak cepat. Ada ibu mertua yang sedang menunggunya di bawah. "Ya sudah. Kopermu taruh di sana dulu. Peralatan tak jelas itu taruh saja di meja kerjaku." Xabiru menunjuk tas kecil berisi
Read more
DMCA.com Protection Status