Jerat Pesona Wanita Panggilan

Jerat Pesona Wanita Panggilan

By:  Dwina  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings
58Chapters
906views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rinai Senjadanjingga yang memiliki masa lalu yang pahit dan rumit, dinikahi oleh Kalantara, pria yang pada akhirnya justru membawa Rinai ke dalam masalah besar dan juga kesengsaraan. Sebagai menantu yang tidak pernah diinginkan oleh mertuanya, Rinai sampai berada di titik terlemah dalam hidupnya. Namun, perlakuan itu justru membuat Rinai lebih sering terlibat interaksi dengan Rakhayasa Langit, pria tenang tapi selalu bisa menghangatkan Rinai. Apakah Rinai bisa bertahan sebagai istri dan menantu dari pemilik Stay Entertainment, atau justru berpaling pada perhatian dan kasih sayang Rakhayasa?

View More
Jerat Pesona Wanita Panggilan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Fajri Izat
mantap author kesayangan sehat selalu dan semangat teruss
2023-07-24 17:29:54
2
default avatar
Yuzhia Divana
Kalau udh author yang satu ini bikin cerita selalu bikin gregetan menunggu episode berikutnya Sehat selalu author kesayangan...
2023-07-24 17:15:44
2
user avatar
Suci Sulastri
Miss you author kesayangan.konfliknya langsung panas nih ya
2023-07-12 00:16:34
3
58 Chapters
Terjebak Situasi Rumit
Rinai masih merasa terpukul atas berita pertunangan suaminya sendiri dengan wanita lain yang terus saja berseliweran di media sosial beberapa jam yang lalu. Berita itu pun langsung ramai diperbincangkan, dan lagi-lagi… Rinai terseret dalam rumor itu, makin menyudutkan posisinya.Dia berniat untuk menghubungi sang suami—Kalantara, tepat saat pintu kamarnya diketuk berulang kali dari arah luar. Sontak, Rinai beranjak dari ranjang dan segera membukanya."Selamat malam menantu papa," sapa pria paruh baya yang langsung tersenyum lebar saat pintu kamar dibuka oleh menantunya. "Kok kaget?" tanyanya saat melihat perubahan drastis di wajah Rinai.Rinai tidak bisa untuk tidak terkejut saat melihat pria yang telah merenggut kesucian serta merusak masa mudanya berdiri santai di ambang pintu, ayah mertuanya tersebut tersenyum penuh gairah dengan tampang tak berdosanya di sana. Ingatan Rinai seakan ditarik paksa pada kejadian beberapa tahun lalu, saat Angkasa mengurungnya di ruang kokpit dan mengga
Read more
Diminta Untuk Pergi
Rinai menatap pantulan dirinya di depan cermin. Memar di wajahnya, tidak bisa mendustai rasa sakit yang hampir terasa di sekujur tubuhnya saat ini.Tapi bagi Rinai, rasa sakit ini tidak sebanding dengan sakit di hatinya—menusuk hingga ke relung terdalam. Bagaimana tidak, sudah dua hari berlalu dari kejadian naas yang menimpanya, dianggap sebagai menantu gatal dan nakal yang kepergok menggoda ayah mertuanya, lantas dianiaya oleh ibu mertuanya hingga Rinai harus merelakan anak yang ada di dalam rahimnya.Yang lebih parahnya lagi… bahkan hingga empat puluh delapan jam berlalu, Rinai tidak menemukan batang hidung suaminya sama sekali.Ya, Kala masih tetap tidak bisa dihubungi sama sekali. Membuat Rinai berpikir, bahwa saat ini, Rinai tengah berjuang sendiri untuk pernikahannya. Rinai berjuang sendiri melawan patah hati terberat seorang ibu—yakni kehilangan buah hatinya. Tanpa ada Kala yang ikut menguatkannya."Kamu masih berharap, kalau Kala akan datang ke rumah sakit ini?"Rinai menoleh
Read more
Tuduhan yang Menyakitkan
"Bagaimana dengan tawaran mamamu kemarin lusa?"Langkah Rinai terhenti di ujung tangga saat mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Angkasa, ayah mertuanya.Rinai baru saja pulang dari rumah sakit dan dia pikir, tidak ada seorangpun di rumah ini. Toh juga Rinai pulang menggunakan taksi tanpa ada yang menghiraukan kepulangannya. Rinai membalikkan badan dengan ragu dan juga sedikit canggung, khawatir kalau Shakira tiba-tiba datang dan kembali menghajarnya seperti empat hari yang lalu.Sejujurnya, ada luka dan trauma di hati Rinai. Membayangkan bagaimana Shakira memukulnya tempo hari, masih bagai mimpi buruk baginya."Nai," panggil Angkasa dengan lembut.Rinai memejamkan matanya untuk beberapa detik, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bertemu tatap dengan Angkasa. "Saya nggak mau ada salah paham lagi," lirih Rinai pelan."Saya minta maaf, Nai." Angkasa mendekat ke arah Rinai dan menatap perempuan itu dengan teduh. Terlihat ketulusan dari pancaran matanya saat ini. "Maaf un
Read more
Haruskah Kita Bercerai?
Rinai menghampiri Kala ke kamar mereka setelah puas menangis di lantai dasar rumah mewah tersebut. Setelah meluapkan kekesalan pada sang ayah, lelaki itu memutuskan untuk naik ke kamarnya di lantai dua, serta mengabaikan Rinai yang terus menangis dengan terisak-isak di sana.Banyak kemelut yang kini bagai benang kusut di dalam pikiran Kala. Merasa tidak dianggap penting oleh istrinya, kesedihan karena mengetahui fakta bahwa Kala telah kehilangan calon bayi yang ia tunggu-tunggu kelahirannya—juga kenyataan bahwa Angkasa—ayahnya sendiri mencintai Rinai lebih dari rasa cinta seorang ayah mertua terhadap menantunya.Kala merasa dikhianati oleh dua orang yang ia sayangi sekaligus."Kamu nggak bisa ya tanya baik-baik?" tanya Rinai begitu tangisnya reda dan hatinya sudah jauh lebih tenang. "Kamu nggak bisa sedikiiiit… saja berempati sama aku? Kamu nggak penasaran, apa yang terjadi sampai aku harus kehilangan anak kita? Nggak mau tahu juga, seberat apa hari-hari yang aku lewati tanpa kabar da
Read more
Tamu Tak Diundang
"Haruskah pernikahan ini kita akhiri saja, Nai?" ulang Kala sekali lagi karena pertanyaan sebelumnya tidak ditanggapi oleh Rinai.Untuk beberapa saat, tatapan mereka saling bertemu dan Rinai tetap memilih untuk diam. Banyak hal yang kini berlarian di dalam kepalanya dan Rinai berusaha untuk tidak terlihat putus asa saat itu. Rasanya, kisah pilunya terasa lengkap—kehilangan calon bayinya dan sebentar lagi akan kehilangan lelaki yang selalu mengatakan bahwa Rinai adalah dunianya, bahwa Rinai adalah segalanya, dan akan selalu mencintainya hingga menua bersama.Semuanya omong kosong yang kini berhasil menyunggingkan senyum sinis di wajah Rinai. Dia pun akhirnya berkata, "Jangan minta persetujuanku, sebab kamu tahu sendiri kan kalau ini adalah permintaanku yang selalu nggak bisa kamu kabulkan."Entah ada gores penyesalan di hatinya atau Kala merasa makin putus asa, lelaki itu justru menekuk kepalanya sedalam mungkin seraya berbisik, "Aku tahu kalau selama ini kamu berusaha mencari cara unt
Read more
Lelaki dari Masa Lalu Rinai
Langkah Kala sempat terhenti di undakan anak tangga menuju lantai dasar, tempat di mana Rakhayasa tengah duduk dan mengamati beberapa lukisan yang terpajang di ruangan tersebut. Lelaki itu terlihat begitu tampan dengan rahang yang sangat tegas. Tatapannya yang dingin seperti biasa, tapi terlihat memesona.Dan hal itu tidak luput dari pengamatan Kala, terkadang itu membuatnya jengah tapi Kala selalu memungkirinya. Meskipun Rakhayasa adalah sepupunya, tapi Kala tidak terlalu akrab dengannya. Apalagi setelah pertemuannya dengan lelaki itu di sebuah night club ternama di daerah Jakarta Selatan setahun yang lalu, malam yang akhirnya membuat Kala terus membenci sepupunya ini."Hai, apa kabar?" sapa Rakha dengan nada dingin dan juga datar.Kala membalasnya dengan senyum kecut sebelum akhirnya menghampiri Rakha yang duduk di sofa berwarna navy tersebut. Mengulurkan tangan ke arahnya, namun diabaikan begitu saja oleh Rakha yang balas tersenyum sinis padanya. Tatapan keduanya saling beradu se
Read more
Mampu Menghangatkan Rinai
"Kalau kamu kangen tidur bareng Rinai..."Rinai mendongak agar bisa menatap suaminya dengan mata memicing. "Kamu nggak bisa ya kalau nggak menghinaku di depan orang lain?!" komentar Rinai atas pertanyaan yang Kala ucapkan kepada Rakha, sementara pria itu memilih untuk mendengus ketimbang menjawabnya."Loh, kan aku cuma tanya… apa mantan FWB-an kamu ini lagi kangen tidur bareng istriku atau gimana," balas Kala menahan tangan Rinai yang ingin menjaga jarak dengannya saat ini. Ia pun menyipitkan mata sebagai pertanda ketidaksukaannya dengan perubahan sikap Rinai, Kala ingin pernikahannya terlihat baik-baik saja, setidaknya di depan Rakha.Sepertinya Kala tidak bisa untuk tidak membuat Rinai sedih dan kecewa, barang sehari saja… Hal itu pun membuat Rinai mulai merasa lelah untuk tetap menjaga rasa sabarnya."Bagaimana pun kalian pernah—koreksi, bagaimana pun kalian sering tidur bareng dan wajar kalau aku tanya," ucap Kala lagi, seolah tidak peduli dengan perasaan Rinai ketika dia mengungk
Read more
Rakha Kembali Hanya untuk Rinai
Deru napas Kala berubah memburu, wajahnya pun terlihat memerah dengan kedua tangan yang mengepal di sisi tubuhnya. Berbanding terbalik dengan reaksi Rakhayasa yang justru terlihat tenang, memainkan jari jemarinya dengan santai.Sementara Rinai, perempuan itu menatap Rakha dengan bingung, memiringkan kepalanya agar bisa mengamati temannya tersebut dengan saksama."Jangan terlalu naif, Kal. Kamu tahu sendiri kan, kalau bisnis keluarga kita sedang tidak baik-baik saja dan itu karena ulahmu sendiri yang menikahi seorang pelacur. Semua saham langsung anjlok dan investor makin meragukan kita."Kalimat yang keluar dari mulut Shakira yang mengamati mereka sedari tadi pun berhasil menarik perhatian Kala, Rinai, dan juga Rakhayasa. Ketiganya menatap Shakira dengan ekspresi yang berbeda satu sama lainnya."Ini hanya bisnis dan Rinai akan tetap jadi istrimu. Iya kan, Kha?" lanjut Shakira tersenyum bahagia, setidaknya dia yakin kalau Langit Group akan membantunya untuk bangkit kembali. Mengalahkan
Read more
Prahara Rumah Tangga
Rinai mengetuk dagunya berulang kali, telah seminggu berlalu dan hingga detik ini pun Rinai masih belum memberikan jawaban apapun untuk penawaran yang Rakhayasa berikan padanya.Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan Rinai, salah satunya—Rinai tidak percaya pada dirinya sendiri—kalau Rakhayasa bisa bersikap biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka, Rinai ragu pada dirinya. Sebab ia yang paling tahu, bagaimana spesialnya setiap malam yang dilewati bareng pria itu di masa lalu, sebelum Kala hadir di antara mereka."Hari ini aku pulang agak larut," kata Kala yang muncul dari arah kamar mandi, terlihat pria itu tengah menyugar rambutnya yang masih basah."Iya," jawab Rinai singkat.Tidak bisa dipungkiri, kejadian seminggu yang lalu mengubah banyak hal dalam rumah tangga mereka. Kala jadi lebih pendiam dan sering pulang larut malam. Bahkan, dua hari yang lalu pria itu memilih menginap di studio dengan alat-alat musiknya ketimbang berbaring di atas ranjang bareng
Read more
Mengajak Rinai Untuk Menikah
"Biasanya klien yang menunggumu sekarang justru sebaliknya," goda pria yang duduk di seberang Rakha sembari menatap jam di pergelangan tangannya sebelum menambahkan, "Bahkan kita udah duduk di sini hampir satu jam loh, Pak Boss."Rakha mengalihkan pandangannya dari iPad yang sejak tadi terus ia gulir, menatap ke arah sahabat yang merangkap sebagai asisten pribadinya tersebut. Tatapan datar dan seperti tak acuh."Kamu yakin… kalau pujaan hatimu akan datang, Boss?" ledeknya lagi, tak peduli kalau Rakha akan memelototinya atau melempar gelas berukuran tall yang berisi malt brew tersebut kepadanya. Septianegara tetap terkekeh, bahkan saat Rakha hanya melengos saja. "Risiko cinta bertepuk sebelah tangan, jadinya ya begitu… kamu sendiri yang menderita, kangen tapi nggak pernah bisa mengungkapkannya. Ujung-ujungnya juga sakit hati sendiri, kan?"Rakha menghembuskan napas perlahan. "Sep, kamu kebanyakan ngomong dari tadi," katanya dengan datar."Tapi apa yang aku bilang, sepenuhnya bener kan?
Read more
DMCA.com Protection Status