All Chapters of Jadul Tapi Mantul : Chapter 31 - Chapter 40
225 Chapters
Bukan Ayam Jago
PoV Butet Saat mamak sudah pasrah dengan apa yang terjadi sama Bang Ucok. Aku justru jadi khawatir. Seperti saat itu Bang Sandy datang lagi ke rumah. "Ucok mau bertarung lagi, lawannya orang Thailand," kata Bang Sandy begitu sampai di rumah, dia pun membuka laptopnya. Kamu menonton beramai-ramai. Mata Mamak tampak berkaca-kaca, ayah tampak gelisah. Pertarungan yang singkat saja, tak sampai satu menit sudah berakhir, tendangan kaki lawan Bang Ucok mendarat di betis Bang Ucok, bersamaan dengan pukulan Bang Ucok mendarat di rahang orang Thailand tersebut, keduanya terkapar. Bang Ucok tampak coba berdiri akan tetapi kaknya ternyata patah. Bang Ucok tetap menang karena lawannya pingsan. Mamak menjerit histeris melihat laki Bang Ucok. "Ya, Allah, anakku," kata Mamak. "Hubungi Torkis, Tet, pesan tiket, Ayah mau ke Jakarta besok," kata Ayah. "Jangan, Bang, ini saatnya kita harus memberikan pelajaran pada Ucok, biar dia urus masalahnya sendiri," kata Mamak. "Dek, kakinya patah itu,"
Read more
Berlomba-lomba Dalam Kebaikan
Kebiasaanku yang bicara' keras dan cenderung kasar' keluar, aku sampai lupa lawan bicaraku adalah Kapolres yang sangat dihormati dan sangat menghormati Ayah. Aku heran juga apakah Pak Ali Akhir pernah bicara' dengan ayah masalah Bang Ucok ini?"Butet, kamu belum mengerti, ini masalah laki-laki. Saya bukan melaga orang ya, saya hanya membantu abangmu meraihnya mimpinya," kata Pak Ali Akhir."Itu bukan membantu, Pak, tapi memperalat Abangku demi hobby bapak," kataku kemudian."Tidak seperti itu, Butet, Abangmu datang padaku, katanya dia ingin jadi petarung, aku hanya membantunya, seperti ayahmu membantu banyak orang," kata Polisi tersebut."Ayahku pasti tidak setuju," kataku lagi."Butet, aku tidak mungkin gegabah, sebelumnya ayahmu sudah menyerahkan Ucok padaku, Aku yang jadi orang tuanya di sini," kata Pak Ali Akhir.Kedua orang itu akhirnya pulang, Bang Ucok seperti orang lugu saja, diam saja dari tadi, padahal dulu Bang Ucok orang yang sangat kritis, jika berdebat argumennya selalu
Read more
Ucok Menapaki Tangga
PoV UcokPengobatan Ustadz Rizal dan ayahnya benar-benar ampuh. Kata dokter aku kemungkinan besar pincang seumur hidup, akan tetapi di tangan Ustadz tersebut, aku bisa sembuh. Jalanku sudah normal, akan tetapi masih sering terasa sakit' jika naik tangga. Di depan ustadz Rizal, aku merasa diri bukan apa-apa, perkataannya sering menohok, sebelas dua belas dengan Butet. Dua orang ini yang seringkali membuat aku tak bisa berargumen. Sedangkan ayah dan Mamak sendiri masih bisa aku adu argumen, akan tetapi dengan Butet dan ustadz ini aku merasa tak ada apa-apanya.Butet mau kuliah di sini, aku justru merasa makiin seperti adiknya, Karena alasannya kuliah di sini untuk menjagaku. Itu yang membuat aku merasa makin tertampar. Sedangkan aku dulu memilih kuliah di sini karena Salsabila. Tiba-tiba aku teringat Salsabila, orang yang banyak mengubah hidupku. Mengubah perjalanan hidupku. Dulu, aku digadang-gadang kuliah di mesir, lalu jadi pengurusan pesantren. Akan tetapi Salsabila bisa mengubahn
Read more
Butet Dalam Kebimbangan
PoV ButetAku bimbang ke mana melanjutkan study, di ibukota kabupaten, aku sudah diterima, tanpa testing, lewat jalur SNMPTN. Akan tetapi aku justru merasa lolos karena aku anak wakil bupati. Dan perguruan tinggi di ibukota kabupaten kami itu baru satu-satunya perguruan tinggi negeri, yang tentu saja kalah jauh dengan perguruan tinggi negeri di kota besar. Sedangkan Mamak justru menyuruhku kuliah di Jakarta saja, daftar di universitas swasta. Kata mamak hanya aku yang bisa menjinakkan Bang Ucok. Dua Minggu di Jakarta aku belum juga mendaftar. Dan kulihat Bang Ucok justru sudah banyak perubahan. Bang Ucok juga banyak membantu orang, seperti ciri khasnya keluarga kami, hanya saja Bang Ucok selalu ingin jadi orang yang paling hebat. Sehingga seringkali salah jalan."Butet, bagaimana?" tanya mamak lewat telepon. Saat itu Bang Ucok lagi pergi kuliah, aku sendirian di rumah Bang Ucok."Belum daftar, Mak," "Lo, kenapa?""Kalau aku kuliah di sini, siapa yang jaga mamak, ayah, Cantik?" kat
Read more
Bang Ucok Pulang Kampung
Bang Ucok pulang, begitu dia sampai si Heri ini malah duluan mengadu."Bang Ucok, ini anak kos baru sok keras kali, Belum tahu dia siapa Bang Ucok?" lapor Heri ini.Bang Ucok menatapku, aku angkat bahu."Sebagai tangan kanan di sini, gue minta dia diusir dari sini, lagian kan gak boleh ada cewek di sini," kata Heri lagi."Kenapa, Tet?" tanya Bang Ucok."Usir dulu dia dar sini, dia tuduh aku pencuri sendok," kataku kemudian. "Wah, benarkah?" Bang Unik melihat Heri."Begini, Bang Ucok, kan gue harus jaga rumah ini kalau Bang Ucok gak ada, ini cewek masuk dapur, gue curiga, terus mau periksa kantongnya tapi dia marah " kata Heri.Bang Ucok menatapku lagi, aku mengangguk membenarkan. Dia lalu ambil uang dari dompetnya."Ini uang kontrakanmu, pergi sana!" kata Bang Ucok.Heri tampak melongo, dia melihatku, aku buang muka."Pergi sana, gadis itu adikku," kata Bang Ucok."Maaf, Bang Ucok, gue gak tau,""Udah, pergi saja," kata Bang Ucok lagi.Heru lalu pergi, dia ambil tasnya, wajahnya tam
Read more
Mencegah Dosa
PoV UcokButet memang selalu bisa membuatku tak berkutik. Ancamannya itu sungguh ampuh. Aku sadar diriku salah. Berduaan dengan lawan jenis dalam kamar memang dosa. Akan tetapi Aku tak kuasa menolak kebaikan Karen. Dia yang urus aku semenjak sakit itu, bahkan memapahku ke kamar mandi, membantuku belajar berjalan. Apakah masihkah sanggup kutolak? Tentu tidak, aku yakin ini darurat. Dalam hal darurat yang haram bisa jadi halal. Buang air itu termasuk darurat. Bagaimana seandainya tak ada Karen, apakah aku harus buang air di tempat tidur? Akan tetapi setelah aku sehat, seperti keterusan, dia masuk kamarku, tutup pintu dan mengganti sprei sudah jadi biasa. Gak mungkin bisa kularang mengingat kebaikannya selama ini.Dan Karen juga lebih dewasa, tidak pernah bicara cinta-cinta seperti Salsabila. Teringat Salsabila aku merasa berhasil. Tak sia-sia aku datang ke Jakarta ini. Tujuanku dulu demi untuk mengubah Salsabila. Istilahnya mengangkat kain putih yang terjatuh ke comberan. Aku berhasil
Read more
Gagal Nikah
Kulihat Butet yang lagi duduk di dekat pintu, dia malah membesarkan matanya seraya balik menatapku."Apa!" kata Butet.Aku tadinya mau protes, akan tetapi Butet ini jago debat, aku tak ingin kalah debat di tengah keluarga begini."Aku tidak ada berbuat yang tidak-tidak, Wak, sumpah demi Allah," kataku seraya menunjuk ke atas. "Kami percaya, Cok, kami percaya, tapi kan lebih baik' mencegah dari pada mengobati, namanya mencegah itu ya sebelum terlanjur," kata Uwak Nyatan."Aku bisa jaga diri, Wak," kataku lagi, kutatap Ayah, minta ayah bicara', aku yakin ayah percaya padaku, tak mungkin ayah ingin aku yang baru sembilan belasan tahun' menikah."Iblis itu pintar menggoda manusia, Cok, memang kamu tak bisa digoda untuk meninggalkan salat, Tapi iblis akan menyerang kelemahanmu, aku Ayahmu, Cok, tahu benar apa kelemahanmu, ada dua kelemahanmu, gadis cantik dan rasa selalu ingin nomor satu, cenderung sombong," kata Ayah.Ternyata ayah pun tak mendukungku, aku lihat mamak, minta dukungan pad
Read more
Ilmu Tiga Baris
Kenapa masalah orang selalu datang padaku? Kini Abangnya salsa seperti menuntut, padahal aku tidak tahu apa-apa, terakhir bertemu Salsa, dia memang bilang akan hijrah, akan tetapi soal dia salah pilih pesantren aku tidak tahu menahu."Kamu yang ajak dia hijriah, Kamu harus bertanggungjawab," kata Chandra-abang tertua Salsa.Aku terdiam, kulihat mamak, mamak mengangguk pelan. Akan tetapi aku justru berpikiran, ini saatnya aku tunjukkan pada orang tua, pada saudara semua yang kebetulan masih berkumpul di rumah ini. Aku bisa berubah, aku tidak lemah oleh cewek, aku tidak sok pahlawan lagi."Maaf, Bang Chandra, setelah orang tua kalian meninggal, kamu lah yang bertanggung jawab pada adik perempuanmu, bukan orang lain bukan aku, silakan urus sendiri adikmu," kataku kemudian."Aku kecewa dengan kamu, Cok," kata Chandra."Tak apa-apa, silakan kecewa, hidupku bukan untuk urus adikmu," kataku seraya melihat' Mamak dan Ayah, Aku Ingin mereka tahu aku sudah berubah."Dia tak mau bicara padaku, C
Read more
Ucok Mencari Alasan
Aku tak tahu harus bilang apa lagi, tak sampai hari rasanya menolak, sedangkan dia sudah begitu baik, sampai kotoranku pun dia urus saat aku sakit. Akan tetapi aku teringat janjiku. Janji di depan semua saudara. Aku tidak akan mengingkari janji, akan tetapi bagaimana caranya supaya Karen tidak tersinggung."Maaf, Karen, aku tidak bisa, suruh keluargamu saja yang jemput," kataku kemudian."Ucok, aku suruh kamu jemput karena aku mau ke rumahmu lo," kata Karen."Ke rumahku?" "Iya, Cok,""Mau ngapain?""Silaturahmi, Cok,""Duh!""Kok mengaduh, memang gak boleh, Cok?""Bukan gak boleh, tapi....""Udah, pokoknya aku tunggu di Kuala namu," katanya, sambungan telepon pun terputus.Aku harus bisa menolak, tak ingin lagi membuat mamak meneteskan air mata, tidak. Alasan apa yang harus kuberikan?"Butet, aku mau minta pendapat, tapi jangan menghakimi ya," kataku pada Butet. Saat itu kami lagi meninjau sapi Butet."Oh, apa itu, Bang?" tanya Butet."Soal Karen,""Ya, kenapa dia?""Dia mau datang
Read more
Mobil dan Bensin
"Ucok, sini mamak bilang dulu, Nak," tiba-tiba terdengar suara mamak dari dalam rumah. Ternyata mamak menguping pembicaraan kami, aku lalu masuk rumah, duduk di dekat mamak. "Ucok, ini hubungi si Karen pake HP mamak," kata mamak seraya menyodorkan HP -nya."Aku harus bilang apa, Mak?""Terserah Ucok," kata mamak lagi. Aku lalu menerima HP mamak tersebut, mencatat nomor fari HP -ku, lalu..."Ini siapa?" tanyanya dari seberang."Ini aku Ucok,""Aki tak mau bicara, satu saja yang mau kubilang, air susu kau balas air tuba," kata Karen dari seberang. Panggilan telepon pun terputus.Aku mulai kesal, kuketik pesan lewat HP mamak."Terserah kamu, jangan coba-coba datang ke rumahku lagi, jangan pernah telepon aku lagi," begitu pesan yang kuketik dan kirim.Ceklis biru dua, akan tetapi tak ada balasan. Biarlah, ini mungkin cara aku bisa lepas dari perempuan tersebut. Libur kuliah ini bertepatan dengan hari raya kurban. Butet memberikan satu sapinya untuk kurban kami sekeluarga. Sapi Limosin
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status