Semua Bab Teman tapi Khilaf : Bab 11 - Bab 20
87 Bab
Bab 11 - Neraka Berkedok Rumah
Dasar pembohong!Dua kata itulah yang ingin Gisca sematkan pada Barra. Bagaimana tidak, pria itu secara tegas berkata tidak akan peduli pada Gisca, bahkan mengatakan tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu karena menurutnya Gisca susah diberi tahu.Namun, apa yang Barra lakukan sekarang? Setelah kembali dari klinik, pria itu memaksa mengantar Gisca sampai rumah. Padahal Gisca berpikir dirinya hanya akan diantar sampai stasiun saja karena Saga sudah tidak mengintainya lagi, tapi Barra tetap memaksa mengantar sampai rumah tanpa peduli jaraknya cukup jauh.Tentunya penolakan yang Gisca lakukan pun akan percuma, akhirnya daripada berdebat, ia memutuskan setuju untuk diantar oleh Barra. Apalagi hari sudah malam. Gisca tidak menyangkal kalau ia merasa aman saat diantar pulang oleh Barra.Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam melalui jalur bebas hambatan, kini mereka sudah berada di depan pintu masuk gapura perumahan tempat tinggal Gisca.“Tolong sampai sini aja, Pak,” pinta
Baca selengkapnya
Bab 12 - Mari Berteman
Gisca yang sedang menenggak segelas air putih, tentu sangat emosi mendengar ucapan Reza. Ini memang bukan yang pertama kalinya. Selama ini Reza sering mengeluarkan kalimat tidak sopan dan itu sebabnya ia selalu waspada saat kakak tirinya itu ada di rumah ini.Meski sangat emosi, Gisca terus menenggak minumannya sampai habis. Setelah gelasnya kosong, ia meletakkannya di meja cukup keras, tapi tidak sampai pecah. Hanya saja, cukup untuk membuat Reza terkejut."Kamu marah?" tanya Reza seraya mematikan kompor."Selama ini aku diam bukan berarti aku nggak marah." Gisca kemudian mengambil alih panci di tangan Reza lalu melemparnya ke lantai hingga mi beserta airnya tumpah berantakan."Kamu sinting?!" Reza yang terkejut secepatnya menghindar agar cipratan air panasnya tidak mengenai tubuhnya."Masih mending aku melemparnya ke arah lain, bukan ke wajah Mas Reza.""Kamu pasti nggak waras.""Ada apa ini?" Rumina yang mendengar suara ribut-ribut
Baca selengkapnya
Bab 13 - Bapak Mau Bawa Saya ke Mana?
Bagi Gisca, Barra adalah pria yang sangat aneh. Sulit dipercaya pria yang sebelumnya berkata tidak mau peduli jika terjadi sesuatu padanya, kini mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa ingin berteman dengannya.Ajakan berteman Barra sungguh tiba-tiba dan terkesan aneh. Gisca awalnya ingin mengabaikan, khawatir Barra punya niat terselubung.Oke, Barra memang sudah terbukti baik dan tidak ditemukan kecurigaan kalau pria itu jahat atau bekerja sama dengan Saga. Sama sekali tidak. Namun, bukankah terlalu mendadak untuk mengajak berteman? Sungguh, Gisca merasa ada yang aneh di sini.Namun, Gisca tersadar sedang butuh bantuan pria itu sekarang juga. Ia yang seharusnya mengabaikan malah mengiyakan ajakan pria itu."Oke, kita berteman sekarang," kata Gisca.Lagi pula kalau dipikir-pikir, tidak ada salahnya berteman dengan Barra. Gisca juga tidak rugi apa pun kalau berteman dengan pria itu."Kalau begitu, tunggu di sini sebentar. Saya ambil mobil dulu." Setelah mengatakan itu, Barra langsung b
Baca selengkapnya
Bab 14 - Tanggal Terbaik
"Hah? Ke mes Bapak?""Memangnya mes siapa lagi? Saya nggak mungkin bawa kamu ke rumah saya. Untuk sementara kamu di mes dulu ya, besok kamu cari kontrakan, kan? Nah, kalau udah dapat kamu boleh pindah.""Pak....""Seenggaknya tempat saya nggak bisa dijangkau Saga. Lagian sekarang di luar hujan dan dingin."Gisca rasa Barra ada benarnya juga. Ia hanya perlu singgah di tempat pria itu sambil menunggu matahari terbit. Setelah itu, ia akan mendatangi calon tempat tinggalnya."Kamu harus ingat, sekarang kita berteman," tambah Barra. "Kamu nggak mungkin membiarkan temanmu kelelahan, kan? Jujur, saya udah pengen banget rebahan. Saya capek banget."Menolak dan mendebat hanya akan membuang waktu. Tidak bisa dimungkiri saat ini Gisca masih sangat membutuhkan bantuan Barra. Lagi pula ia juga sama lelahnya. Ingin istirahat juga.Sampai pada akhirnya. Di sinilah mereka berada. Ya, Barra dan Gisca sudah ada di mes."Karena kasurnya satu, bisakah kamu membiarkan saya tidur di kasur? Saya capek bange
Baca selengkapnya
Bab 15 - Merasa Beruntung Berteman dengan Barra
Katanya, mencari tempat tinggal yang sesuai keinginan itu sulit. Kadang, cocok harganya tapi tidak cocok tempatnya. Kadang juga, cocok tempatnya ... harganya mahal.Namun, entah kebetulan atau keberuntungan, Gisca langsung deal untuk menyewa kamar indekos yang didatanginya. Ini adalah tempat kedua yang didatanginya sehingga Gisca tak perlu berkeliling ke tempat ketiga, keempat dan seterusnya. Pasti melelahkan.Tempatnya memang tidak terlalu besar. Ukurannya 3x5 meter yang letaknya di lantai dua, tapi Gisca rasa tempat ini lumayan nyaman. Selain sudah tersedia kasur dan lemari, kamar mandi di dalam pun menjadi pertimbangan utama Gisca. Andai saja Gisca 'rewel' mungkin akan seharian mencari tempat tinggal yang benar-benar sesuai ekspektasinya.Ah, lagian bagi Gisca yang terpenting untuk saat ini adalah ... ia punya tempat tinggal. Itu saja. Harga yang disanggupinya, tanpa deposit dan tidak butuh waktu lama untuk menemukan tempatnya anggap saja bonus.Saat ini Gisca sedang merebahkan dir
Baca selengkapnya
Bab 16 - Aku Lagi Maksa Sekarang
Sore ini, Gisca baru selesai mandi. Ia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, dibantu kipas angin karena tidak ada hairdryer.Ia lalu menyadari ponselnya berkedip. Mengeceknya, Gisca mendapati panggilan tak terjawab dari Sela.Gisca mulai berpikir. Kira-kira apa yang membuat Sela menghubunginya, padahal jelas-jelas tadi pagi Gisca sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dirinya sudah sampai di rumah. Itu artinya tidak ada yang perlu mereka bicarakan lagi, kan? Terlebih Sela itu orang sibuk, memangnya apa yang membuat wanita itu sampai menghubunginya?Daripada penasaran, Gisca memutuskan menghubungi Sela balik. Selama beberapa saat ia menunggu sampai kemudian terdengar suara Sela di ujung telepon sana."Halo, Gis?""Sela, tadi kamu nelepon ya? Maaf tadi aku lagi mandi, jadi nggak sempat angkat. Ada apa?""Kapan kamu berangkat laginya?" tanya Sela to the point."Memangnya kenapa?""Aku pengen ketemu dan bicara sama kamu."Mendadak Gisca deg-degan sekaligus penasaran. Apa i
Baca selengkapnya
Bab 17 - Awal Kisah yang Tak Seharusnya dimulai
"Permisi...."Suara seorang pria membuat ketegangan Gisca perlahan berubah menjadi ketenangan. Itu artinya, ada orang lain antara dirinya dengan Saga. Siapa pun orang itu, setidaknya bisa menyelamatkannya.Padahal Gisca hampir saja mengambil sapu atau apa pun yang bisa digunakannya untuk memukul Saga."Ah sial, harusnya tadi tutup pintunya," gumam Saga yang bisa terdengar oleh Gisca.Sementara itu, Gisca secepatnya keluar ke depan kamarnya, menghampiri pria yang berdiri di sana. Ia berharap pria tersebut bisa membebaskannya dari Saga. Sungguh, Gisca sangat ketakutan sekarang sehingga seperti orang linglung yang tidak tahu harus berbuat apa."Iya?" tanya Gisca pada penjaga indekos. Ya, rupanya orang yang memanggilnya adalah pria yang Gisca yakini merupakan penjaga tempat ini. Meski baru bertemu satu kali, tapi Gisca lumayan hafal wajahnya."Tadi ada kurir nganterin ini," jawab penjaga indekos seraya menyerahkan bingkisan yang Gisca yakini berisi makanan. "Gisca, kan?" tanyanya memastik
Baca selengkapnya
Bab 18 - Tidur Berdua?
Barra sebenarnya merasa cemas, tapi ia sedikit lebih tenang setelah mendatangi rumah indekos yang akan menjadi tempat tinggal Gisca setidaknya satu bulan ke depan. Ia agak tenang lantaran berpikir kalau kemungkinannya sangat kecil Saga bisa menemukan tempat itu.Namun, meskipun begitu Barra tetap berusaha waspada. Untuk itu ia sengaja mengirimkan pesan pada Gisca agar tidak memberikan alamat rumah indekos tersebut pada siapa pun, termasuk Sela.Bukan tanpa alasan Barra melakukannya. Ia hanya khawatir ... bagaimana jika Saga mengetahui semua itu dari Sela? Bukankah sangat berbahaya. Untuk itu, tidak memberi tahu siapa pun adalah cara terbaik.Barra yang baru saja mengirimkan pesan pada Gisca, mendapatkan notifikasi bahwa makanan yang dipesannya untuk wanita itu sudah tiba sekitar lima menit yang lalu.Ia yang hendak meletakkan kembali ponselnya tiba-tiba menyadari ada pesan masuk dari nomor penjaga rumah indekos. Ya, mereka sempat bertukar nomor tadi siang sebelum Barra pergi dari sana
Baca selengkapnya
Bab 19 - Mencurigakan
Barra sebenarnya tidur di sofa. Namun, saat sudah tertidur lelap selama beberapa jam, pria itu terbangun di tengah malam lantaran ingin buang air kecil. Barra pun ke kamar mandi. Hanya saja setelah menuntaskan urusannya tersebut, alih-alih kembali ke sofa, ia malah spontan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sama sekali tidak ada unsur kesengajaan.Sepertinya efek nyawanya yang belum sepenuhnya kumpul sehingga kesadarannya hanya setengah-setengah. Ia lupa kalau di kasur ada Gisca. Sampai pada akhirnya mereka tidur berdua dalam ranjang yang sama. Hanya tidur.Gisca yang tidur cukup nyenyak, juga tidak menyadari kehadiran Barra di sampingnya. Justru ia secara tidak langsung malah merasa nyaman. Sangat nyaman hingga membenamkan diri pada lengan kekar milik Barra.Jadi kesimpulannya, baik Barra maupun Gisca sama-sama tidak sadar. Ya, tak ada unsur kesengajaan di sini. Murni khilaf. Itu sebabnya saat bangun tidur Gisca terkejut mendapati Barra di sampingnya. Mungkin Barra akan sama
Baca selengkapnya
Bab 20 - Kamu Ini....
Barra masuk ke kamar mes-nya dengan lesu. Setelah berpisah dengan Riana dalam kondisi masih ‘marahan’ di pusat kebugaran, Barra memang memutuskan kembali ke mes. Tentunya sebelumnya ia mampir sebentar untuk membeli banyak makanan dan camilan agar Gisca tidak perlu pergi jika ingin makan sesuatu.Tiba di kamar, Barra mendapati Gisca sedang menempelkan ponsel ke telinga. Setelah meletakkan dua kantong belanja sekaligus mengisi daya ponselnya, Barra lalu menghampiri Gisca.“Itu stok makanan buat kamu,” kata Barra setelah Gisca melepaskan ponsel dari telinganya.“Wah, makasih banyak.” Gisca tampak antusias.“Ngomong-ngomong kamu habis nelepon siapa? Kelihatannya serius banget.”“Sela.”Barra yang baru saja duduk di sofa langsung terkesiap. “Sela kamu bilang?”Gisca mengangguk. “Tapi nggak tersambung.”“Ngapain kamu nelepon dia? Kamu bodoh atau apa?”“Aku tahu, Saga tahu alamat indekosku pasti dari Sela. Tapi aku nggak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Bukankah Sela harus menjelaskan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status