All Chapters of Putra Tersembunyi sang Presdir: Chapter 21 - Chapter 30
126 Chapters
Terpaksa Satu Mobil dengan Mahesa
"Benarkah itu, Riana? Kau dan Kenzie akan berangkat bersama dia?" tanya Aram menatap Riana yang terdiam menggigit bibir bawahnya. "Begini saja, biarkan Kenzie yang memilih dia mau diantar oleh siapa, olehku atau olehmu." Aram mengusulkan sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, lalu mengarahkan telunjuknya pada Mahesa. "Oke!" Mahesa menganggukan kepala, tampak tak keberatan dengan usul Aram barusan. "Kenzie, kau mau diantar oleh mobil siapa hari ini? Om Aram atau Om Mahesa?" Kedua lelaki tampan itu sama-sama mengarahkan pandangan mereka ke arah Kenzie. Menunggu jawaban dari bocah TK tersebut. "Om Aram … " ucap Kenzie. Senyum lebar langsung merekah di bibir Aram begitu Kenzie menyebut namanya. "Maaf Om Aram, aku mau berangkat sekolah dengan Om Mahesa, hari ini. Karena Om Mahesa lebih dulu datang," lanjut Kenzie yang seketika membuat senyum di wajah Aram padam.Senyum itu berganti dengan raut k
Read more
Persaingan Sengit Mahesa dan Aram
Riana menundukan wajah. Tak langsung menjawab pertanyaan Aram. Tentu hal itu makin membuat rasa penasaran Aram meningkat. "Riana, aku sedang bertanya padamu.""Mahesa adalah ayah kandungnya Kenzie," jawab Riana pelan. Namun suara lirihnya itu masih terdengar di telinga Aram. "Apa? Jadi, dia lelaki brengsek yang sudah memperkosamu dulu?" pekik Aram terkejut. Bola matanya melebar tak percaya. "Lelaki itu sudah merenggut kesucianmu, Riana. Kenapa kau membiarkan dia kembali masuk ke dalam kehidupanmu? Kenapa membiarkannya dekat dengan Kenzie?" Riana mengangkat wajah. Kini ia bisa melihat gurat kecewa sekaligus marah di wajah Aram. "Saat pertama kami bertemu lagi, aku sudah berusaha menghindarinya dan memintanya menjauh. Bahkan sudah kututup-tutupi soal Kenzie darinya. Tapi dia sangat yakin Kenzie anaknya hanya dengan melihat kemiripan di wajah mereka. Mahesa melakukan test DNA tanpa sepengetahuanku. Lalu … ""Lalu apa yang dia lakukan selanjutnya?" "Dia mengancam akan mengambil ha
Read more
Siapa Anak Laki-laki di Foto ini?
Ketika di pertengahan acara, kepala sekolah memanggil tiga orang murid paling berprestasi untuk naik ke atas panggung. Dan Kenzie mendapat urutan pertama. "Selamat, Kenzie. Kau mendapat penghargaan dari sekolah. Ibumu ada di sini, apa yang ingin kau katakan padanya?" kepala sekolah bertanya setelah memberikan sebuah piagam dan piala untuk Kenzie. Kenzie menatap pada Riana yang sudah berkaca-kaca. "Terima kasih, Mama. Mama yang terbaik. Selamanya aku cinta Mama," ucap Kenzie di depan mic yang membuat suaranya menggema di penjuru aula itu.Sementara itu, Mahesa juga ikut terenyuh mendengar kata-kata manis Kenzie untuk Riana. Kemudian matanya melirik ke arah Riana sembari mengulas senyum. "Kenzie sangat beruntung dilahirkan oleh wanita sebaik Riana. Dia wanita hebat," batin Mahesa. Tampaknya Aram menyadari Mahesa yang tersenyum menatap Riana. "Sejak tadi kuperhatikan, Mahesa terus sana mencuri pandang ke arah Riana. Sudah kuduga Mahesa memang berniat mendekati Riana," batin Aram y
Read more
Sengaja Datang untuk Memanas-manasi
Dengan penuh semangat, Mahesa sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Tentu saja ia berniat mengantar Kenzie ke sekolah. Kalau perlu, sekaligus dengan Riana. "Aku tak boleh terlambat. Jika tidak, mungkin dokter menyebalkan itu akan menjemput mereka lebih dulu," gumam Mahesa sambil menyambar jas kerjanya yang ada di atas kasur, kemudian mengenakannya. Segera, Mahesa masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya cukup kencang. Sejurus kemudian, mobil itupun berhenti di depan rumah Riana. Akan tetapi, kening Mahesa berkerut saat melihat kontrakan itu sudah kosong. "Riana dan anaknya sudah diantar oleh Pak Dokter. Tadi Pak Dokter ke sini untuk menjemput mereka. Mobilnya baru saja pergi." seorang tetangga Riana yang sedang menjemur pakaian di terasnya, memberitahu Mahesa. Mahesa menghempaskan tangan kanannya ke sisi tubuh, lalu mengusap wajahnya dengan kecewa. "Sepertinya Aram sudah menduga aku akan datang, jadi dia bergerak lebih cepat dariku. Memang Aram sialan!" Sambil menelan kecew
Read more
Berkemah dengan Mahesa
"Nessie! Untuk apa kau meminta dia mengambil foto kita?" Mahesa protes. "Apa salahnya, sayang? Aku ingin memiliki moment romantis berdua dengan tunanganku," ujar Nessie dengan santai. Wajah Mahesa tampak kesal. "Kau tidak keberatan foto kami, 'kan?" Nessie kembali menoleh pada Riana. Riana menggeleng. "Tidak, Nona.""Oke. Tolong ambil foto kami sebagus mungkin." Riana memundurkan langkah dan mengangkat ponsel Nessie sejajar dengan wajahnya. Sementara Nessie menggeser duduknya merapat dengan Mahesa dan merangkul lengan lelaki itu dengan sangat mesra. "Apa yang kau lakukan ini sangat konyol." Mahesa memutar bola mata dengan malas. "Kau tidak pernah mau difoto denganku. Aku senang karena waitres itu mau membantu mengambil foto kita," balas Nessie. Tanpa diduga, Nessie mencium pipi kiri Mahesa dan membuat Mahesa melebarkan mata. Riana pun sempat terkejut, tapi ia segera bersikap biasa saja dan langsung memotret foto itu. "Hasil fotonya cukup bagus. Terima kasih sudah memotret k
Read more
Apakah Riana Cemburu?
"Dalam mimpimu!" Riana membalas dengan nada ketus. Lantas berlalu pergi meninggalkan Mahesa sambil menarik Kenzie bersamanya.Mahesa tersenyum miring. "Kurasa sepertinya kemah ini akan terasa sangat menyenangkan," ucapnya kemudian mengikuti langkah Riana dari belakang. Akhirnya, semua orang pun tiba di sebuah lapangan luas yang akan menjadi tempat di mana kemah diadakan. Semua orang mendirikan tenda. Mahesa sendiri membantu seorang guru mendirikan tendanya. "Tuan Mahesa ini baik sekali, ya. Terima kasih sudah membantu saya mendirikan tenda." seorang guru berkata pada Mahesa sambil melempar senyum manis pada sang CEO tampan itu. "Sama-sama." Mahesa balas tersenyum. Diam-diam Mahesa tahu jika seja tadi mata Riana melirik-lirik ke arahnya. Memperhatikan interaksi antara dirinya dengan si guru wanita itu yang terlihat terang-terangan berusaha mendekati Mahesa. Mahesa balas melirik pada Riana. Membuat Riana terkejut karena tertangkap basah sedang memperhatikannya. Segera, Riana menga
Read more
Suara Mahesa yang Merdu
"Bagaimana kemah kalian? Apakah sangat menyenangkan? Kenzie tidak rewel selama di sana, 'kan?" tanya Aram dari seberang telepon. "Kenzie terihat senang di sini. Sejak tadi dia terlihat antusias," balas Riana. Meski tak dapat kendengar apa yang dibicarakan oleh Aram, namun Mahesa merasa cemburu. Wajahnya pun memerah. Tak ingin membiarkan dadanya semakin panas, Mahesa pun melangkah melewati Riana dan pergi menemui Kenzie. "Wah, pasti kemahnya sangat seru. Jangan lupa abadikan fotonya ya! Nanti aku ingin melihatnya," pinta Aram. Sesaat, Riana tak begitu fokus mendengar ucapan Aram. Matanya menatap punggung Mahesa yang bergabung dengan anak-anak yang saat ini sedang duduk berkumpul di atas tikar lebar yang digelar. "Baik. Nanti akan kukirimkan fotonya padamu." Setelah itu, Riana segera mengakhiri pembicaraan dan mematikan telepon. Kemudian melangkah menyusul Mahesa. Terde
Read more
Kedatangan Aram di Perkemahan
Mendengar permintaan Riana, senyum tipis tersungging di bibir Mahesa. "Oke. Aku akan menunggu di sini," ucap Mahesa sambil memberi isyarat agar Riana segera masuk ke dalam toilet itu. Riana mengangguk, lantas bergegas masuk dan menutup pintu. "Jangan mengintip!" terdengar suara Riana memberi peringatan dari dalam toilet. "Paling hanya mengintip sedikit saja," canda Mahesa. Mahesa terkekeh pelan saat Riana memukul pintu dengan keras. "Tidak akan. Tenang saja, aku tidak bernapsu pada wanita yang sedang buang air," ucap Mahesa, membuat Riana mengerucutkan bibir di dalam toilet itu. Begitu selesai, Riana dan Mahesa pun sama-sama berjalan beriringan menuju tenda.Mereka melewati jalan yang hanya disirami oleh cahaya bulan sebab senter yang dipegang oleh Riana ternyata mati karena kehabisan baterai."Mengapa kau pergi sendiri saja ke toilet, apa Kenzie sudah tidur?" Mahesa bertanya sambil tetap melangkah di samping Riana. "Iya, dia sudah tidur. Aku tidak tega membangunkannya.""Rian
Read more
Ketika Dokter dan CEO Tampan Saling Bersaing
"Aku heran, Kenapa kau selalu ada di sekitar Kenzie dan Riana?" Aram mendengus sebal, berkaca pinggang di depan Mahesa. "Terserahku. Itu bukan urusanmu!" Mahesa membalas. Mencoba untuk menahan emosi, Aram kemudian menoleh ke arah Kenzie dan Riana sembari melemparkan senyum. "Kalian sudah siap? Ayo kita pulang!" Aram membukakan pintu mobil. Riana dan Kenzie mengangguk, sementara Mahesa hanya terpaku di tempatnya.Mahesa tak bisa menahan Kenzie dan Riana untuk tak pulang dengan mobil Aram sebab sekarang Mahesa sudah tahu kalau Aram adalah kekasih Riana. "Dah, Om Mahesa!"Kenzie menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangan pada Mahesa. Senyum tipis pun tersungging di bibir CEO tampan itu. Mobil Aram terus melaju di jalan raya, Riana yang duduk di samping lelaki itu pun hanya menundukkan wajah. "Bukankah ini acara kemah untuk anak-anak dan orang tua dari 'TK Kasih Ibu'?
Read more
Mereka akan Segera Menikah?
Rahang Mahesa langsung mengetat begitu melihat Aram. "Maaf, tapi bukankah masih banyak meja lain yang kosong? Mengapa harus di mejaku?" tanya Mahesa. Menatap Arak dengan sorot tak suka. Riana mulai gelisah. Terlebih ketika dua lelaki tampan itu saling melempar tatapan permusuhan. "Tidak. Jangan sampai mereka bertengkar di sini. Bagaimana Jika manajer restoran datang, aku pasti akan dipecat," resah Riana dalam hati. Dengan santainya, Aram menghempaskan pantatnya di kursi tepat di depan Mahesa. "Tapi aku sedang ingin duduk satu meja denganmu. Kau merasa keberatan untuk itu?""Tentu saja," jawab Mahesa dengan tegas. "Aram, aku mohon. Sebaiknya kau duduk di meja yang lain saja agar tidak memancing keributan. Aku takut … " Riana memasang raut khawatir. Tangannya menyentuh lengan Aram. "Tenang saja, Riana. Aku janji tidak akan membuat keributan apalagi sampa membuatmu dipecat dari restoran ini. Kau jangan takut. Aku hanya ingin bicara hal penting saja dengan Mahesa," ujar Aram sembar
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status