All Chapters of Semalam Bersama Tuan Presdir: Chapter 131 - Chapter 140
392 Chapters
DION PUBER KEDUA?
DION PUBER KEDUA?"Pak Dion, saya benar- benar ingin tanya padamu," ujar Aruna."Hhmmmm," sahut Dion sambil mengambil gelas kopinya."Apakah saya melakukan itu pada Pak Dion? Apakah saya mencium bibirmu, Pak?" tanya Aruna. 'Byur' kopi itu langsung menyembur mengenai laptop di depan Dion. Hal itu refleks di lakukan Dion karena dia pun terkejut dengan perkataan Aruna yang sangat tak di sangka oleh Dion. Aruna pun memandangi tingkah Dion dengan mengenyirtkan keningnya heran."Kenapa Pak Dion seperti itu?" tanya Aruna sambil bergegas segera mengambil tisu di atas meja dan mengelap laptop di hadapan Dion."Pak Dion, kenapa kau ceroboh sekali! Kau tahu kan ini laptop cukup mahal! Meski pun ini laptop milikmu rasanya sayang sekali jika terkena kopi bukan? Bagaimana kalau rusak?" tanya Aruna sambil memberisihkan sisa- sisa cipratan kopi itu."Sudah jangan minum kopi di depan laptop lagi. Saya takut kau akan menyembur lagi ke sini," omel Aruna."Bukan! I
Read more
BERONDONG MUDA VS TANTE GIRANG!
BERONDONG MUDA VS TANTE GIRANG!"Hah? Sesuatu? Berarti semalam itu bukanlah mimpi, Pak Dion? Berarti saya benar- benar mencium Pak Dion?" tanya Aruna."Arrrggghhhhhh!" teriak Aruna berlari ke kamar mandi. Dion hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkan Aruna yang baginya saat ini terlihat amat sangat menggemaskan. Lama sekali dia tak melihat Aruna seperti malu dan salah tingkah seperti itu. Saat Aruna benar- benar pergi ke kamar mandi, Dion memang tersenyum penuh arti. Mungkin ini memang sedikit terlambat, di usia Dion yang hampir menginjak empat puluh lima tahun tetapi rasa cinta itu sepertinya ada. Mungkin ini yang di namakan puber kedua. Di sisi lain, Arumi ingin pergi ke kolam renang pagi hati. Dia sengaja pagi harinya sudah bangun subuh, berdandan, dan mengenakan baju cantik sekali. Dia memasuki ke kolam renang, dengan anggun dia berjalan cukup cantik seprti model saat memasuki kolam renang dengan baju yang cukup cetar dan terbuka. Arumi
Read more
RASANYA MULAI JATUH CINTA!
RASANYA MULAI JATUH CINTA!"Aku itu hanya kebetulan lewat saja. Lalu tadi kebetulan saja melihatmu, terus aku teringat kau meninggalkan satu barang di rumahku. Jadi aku membawanya sekalian," ujar Arumi."Barang?" tanya Steven heran memndang ke arah Arumi. Seingatnya dia tak pernah meninggalkan apapun di sana."Sttt! Sudah di sini saja, diam. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya," perintah Arumi."Sepertinya aku tidak meninggalkan barang di rumahmu," batin Steven dalam hati. Arumi pun langsung bergegas menuju loker tempat dia menyimpan tasnya tadi. Dia mengeluarkana bekas kerikan jenggot milik Steven. Arumi bergegas berjalan menemui Steven."Ini dia! Bukankah ini barang milikmu? Kau kan yang selalu mengerik jenggotmu, jadi aku yakin ini adalah milikmu. Benar kan?" tanya Arumi. Steven terpaksa tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Ekhm! Kak, ini memang punyaku, tapi Kak, kerik jenggot seperti ini hanya bisa sekali pakai saja," jelas
Read more
AKAL BULUS SELLY DAN HENDRO!
AKAL BULUS SELLY DAN HENDRO!"Apa ada apa memangnya Dokter Yang? Apakah kau sekarang ingin bermalas- malasan menangani pasien?" tanya Rendi pada asistennya. Dokter Yang menyenggol lengan Rendi dan memberikan kode lirikan mara itu."Ada apa?" tanya Rendi yang tak paham memandang ke aras asiten nya itu. Dokter Yang menunjuk ke depan dengan dagunya. Akhirnya Rendi melihat ke arah yang di maksudkan oleh dokter Yang. Rendi meneguk ludahnya kasar."Permisi! Selamat pagi Dokter Yang, Selamat pagi Dokter Rendi," kata Selly yang datang menghampiri Rendi."Baiklah kalau begitu saya permisi dulu ya, Dokter Rendi," pamit Dokter Yang. Selly pun menarik lengan jas dokter Yang."Stttt! Dokter Yang kau harus di sini untuk menjadi hakim," cegah Selly."Hah?" sahut Dokter Yang. Rendi pun mengernyitkan keningnya heran dengan ucapan Selly."Dokter Rendi yang terhormat, sekarang aku mau bertanya padamu. Apakah aku telah menyinggungmu?" tanya Selly. Rendi hanya diam tak m
Read more
KECEPLOSAN!
KECEPLOSAN!"Sudah semua, Pak. Saya sudah melampirkan semuanya pada proposal yang ada di menja, Bapak. Jumlah investasi proporsi kemajuan dan pembagian hasil semua sesuai dengan praktik perusahaan sebelumnya, PT. Hadinata Wijaya sebagi investor utama tander ini juga sudah sepakat. Bahkan mereka juga memberikan tambahan enam bulan pada waktu pengembangan resep dan hak patennya," jelas Aruna. Pak Hendra nampak membolak balik proposal yang ada di hadapannya."Apakah Pak Hendra masih belum puas dengan kinerja saya?" tanya Aruna melihat Pak Hendra masih sibuk seperti tak yakin melihat proposal nya."Bukannya aku tidak puas, Aruna, Arumi. Tapi aku ingin bertanya padamu, Aruna. Sebenarnya Pak Dion sebagai pemilik dan presiden direktur PT Hadinata Wijaya ini sebnarnya berinvestasi kepada CV kita atau kepadamu secara pribadi?" tanya Pak Hendra."Hah? Apakah berbeda?" tanya Aruna yang heran mendapati Pak Hendro mencari alasan dan kesalahannya."Tentu saja berbeda. Kal
Read more
LAPANGAN GOLF!
LAPANGAN GOLF!"Kau benar- benar harus berterima kasih pada Rendi," sambungnya."Rendi?" sahut Aruna."Ya jelas! Aku juga ingin lihat apa yang bisa kau lakukan jika tidak ada Rendi selama ini. Kau harus banyak bersyukur memiliki lelaki paling mengerti seperti dia," ucap Arumi."Hahah, kau salah paham! Sebenrnya bukan dia yang menjaga Bima selama ini," sahut Aruna refleks."Hah? Bukan Rendi? Lalu siapa?" tanya Arumi. 'Glek' Aruna menyadarii kecerobohannya. Arumi langsung mendekati Aruna, seolah mengintimidasi. Aruna nampak salah tingkah. Apakah ini saatnya jujur pada sahabatnya itu tentang Dion yang selama beberapa minggu belakangan ini tinggal bersamanya? Dia pun langsung menggelengkan kepalanya. Tidak boleh seorang pun tahu keberadaan Dion. "Hehe ya, Rendi! Benar," ucap Aruna."Nah, maka dari itu kau izin saja untuk kali ini. Ajaklah Bima pergi bermain seharian! Kasihan anak itu, kalau tidak maka aku akan mendaftar sebagai ibu angkatnya saja!
Read more
SHEILA DAN ELBARA, PASANGAN BUSUK!
SHEILA DAN ELABARA! PASANGAN BUSUK!"Apa sebenarnya kekurangan dari teknologi scraining cancer? Rumah sakit itu sudah 80% dan menjanjikan keuntungan kurang dari beberapa bulan saja. Apa yang membuatmu menolak tawaran ini? Mengapa proyek semenguntungkan ini bisa tak kau lirik? Apa yang melatar belakangimu mempertahankan proyek Lisensi rumah sakit jantung yang pembangunannya masih di bawah 60%?" cerca Sheila."Apa karena, Aruna? Benar kan? Hanya itu lah penyebab kau tak melirik PT Gold untuk bekerja sama pada rumah sakit Scraining cancer yang sudah kita gagas. Bukankah begitu? Ck! Aku tak menyangka peluang dengan keuntungan semenarik dan semenggiurkan ini bisa sampai gagal menarik perhatianmu!" ejeknya.Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya. Karena pada stadium awal, kanker umumnya tidak bergejala sehingga sulit terdeteksi. Oleh karena itu, deteksi kanker sejak dini sangatlah penting agar penanganan dapat segera dilakukan dan peluang sembuh pun semakin tingg
Read more
CEKREK!
CEKREK"Apakah itu tandanya karena Aruna? Ah saya sudah menduganya," ujar Sheila lirih."Hahaha! Pikiranmu terlalu picik dan berorientasi pada keuntungan serta uang. Asal kau tahu saja, prinsip pengembangan teknologi medis adalah untuk melayani masyarakat. Jika orang yang mengembangkan teknologi tersebut memiliki niat yang buruk, tidak tulus, profit oriented, meski dia menguasai teknologi tercanggih sekalipun, itu juga tidak dapat di pastikan akan menguntungkan orang lain. Jadi sudah jelas kan sampai sini? Ini bukan masalah Aruna, bukan tentang wanita, ini sudah berhubung prinsip dasar kita dalam berbisnis. Kita tidak cocok," jelas Dion."Aku tidak akan memaksa lagi," ujar Elbara."Dion! Kau memang menang kali ini," ucap Elbara langsung pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Sheila hanya terdiam sambil mengikuti langkah kaki Elbara. Dia harus segera menyusul atasan sekaligus sugar daddy nya itu. Karena tak mau pekerjaannya sebagai sekertaris sekal
Read more
RENDI MR. PERFEKSIONIS!
RENDI MR. PERFEKSIONIS!'Tring' Tring' satu panggilan masuk video call di HP Dion. Itu adalah panggilan dari Bima. Memang semenjak Dion membelikan HP untuk Bima, anak itu bisa melakukan panggilan Video call langsung padanya setiap waktu. Dan Dion pun memprioitaskan panggilan Bima di atas segalanya. Dion pun segera menggeser layar Hp itu ke atas, untuk menerima panggilan masuk di hp-nya itu."Halo, Sayang!" sapa Dion.Bima tak menjawab, dia masih asik bermain mesin capit dengan hadiah boneka. Dion mendengarkan Bima yang nampaknya belum menyadari jika panggilannya sudah di angkat olehnya. Nampak HP itu menyorot wajah Aruna dari samping. Hendi langsung menoleh dan memperhatikannya.'Cekrek' dengan gesit dan tanpa Dion sadari, Hendi mengambil foto itu dan mengirimkannya pada seseorang."Ibu! Lihat! Aku hampir mendapatkannya," teriak Bima."Ah gagal lagi," sahut Aruna."Halo Ayah Baik! Lihatlah Ayah Baik aku sedang bermain capit boneka! Namun aku dan Ibu sama- sama belum bisa mendapatkan
Read more
TIGA BALON!
TIGA BALON!"Apakah kau tahu apa tiga profesi paling memahami tentang ukuran? Perama dokter, kedua pelukis, lalu satunya lagi dokter forensik!" jawab Rendi. Selly cemberut sambil menghela napasnya panjang, dia mengira kalau Rendi memang memperhatikannya. Namun ternyata memang sudah profesinya. Rendi pun mencoba mengelilingi toko baju itu, dia pun segera mengambilkan sebuah baju cantik berwarna pink nude."Selly, lihatlah ini! Bagaimana dengan yang ini? Aku rasa baju yang ini cukup bagus kan?" tanya Rendi mengambilkan baju setelan rok pendek yang simpel dan elegan."Kenapa tidak yang ini saja?" tanya Selly mengambil satu baju berwarna merah."Lihat dan perhatikan, dari potongannya terlalu panjang itu akan membuatmu menjadi terlihat lebih pendek," ujar Rendi."Oh ini tidak boleh terjadi. Aku tak mau terlihat lebih pendek, benar -benar tidak boleh," kata Selly lagi mengembalikan baju itu."Ini saja, warna dan model pakaian yang ini bagus kan?" tanya Rendi sambil menunjukkan satu buah b
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
40
DMCA.com Protection Status