All Chapters of Maju Mundur Kena Duda Anak Satu: Chapter 31 - Chapter 40
120 Chapters
Putus Saja (Jjya)
"Apa kamu bilang?" Raka terkejut mendengar ucapan Jiya."Kita putus saja, Mas," ucap Jiya lagi."Tidak bisa. Aku tidak akan setuju dengan ucapanmu," tegas Raka."Apalagi yang membuat kamu tidak setuju? Hubungan kita ini sudah pasti tidak bisa dilanjutkan, lebih baik kita akhiri sekarang agar aku tidak semakin sakit hati," ucap Jiya dengan ekspresi dingin di wajahnya.Raka mencengkeram bahu Jiya dan membuat dia menatap lurus ke arah matanya. "Apa semudah ini kamu mengatakan ingin putus? Bukankah kita sudah berjuang bersama selama ini, apakah itu tidak ada artinya untuk kamu?""Kita tidak berjuang bersama, Mas. Aku yang berjuang untuk kamu. Jika kamu berjuang bersamaku maka kamu akan bersikap tegas dengan ibu kamu saat dia mengolok-olokku," jawab Jiya dengan ekspresi yang masih saja dingin seperti sebelumnya."Tidak, aku juga berjuang bersama kamu. Asalkan aku bisa memiliki jabatan yang stabil, aku bisa memilih siapa pun yang aku mau untuk aku nikahi. Aku saat ini sedang berjuang untuk
Read more
Rumah Sewa
Saat ini Adam sedang berdiri di luar pintu ruang rapat."Ada apa?" tanyanya pada Jiya yang saat ini ada di dalam panggilan itu."Aku ingin membicarakan masalah mama," ucap Jiya yang terdengar tenang."Iya, kenapa dengan mama?" tanya Adam yang masih mendengarkan."Saat ini mama ada di rumah sakit karena tadi tiba-tiba saja pingsan," jawab Jiya. "Kenapa bisa pingsan? Apakah dia kecapean atau apa?" tanya Adam yang tentu saja berubah panik."Tenanglah, saat ini mama sudah baik-baik saja. Tapi tadi mama pingsan karena mendengar kalau aku pernah melahirkan," beber Jiya yang terdengar sedang resah.Adam mengerutkan dahi. "Apakah kamu yang memberitahunya?""Bukan. Aku tidak segila itu sampai mengatakan hal seperti itu pada Mama. Mamanya Raka yang mengatakan hal ini pada mama," terang Jiya. "Saat itu …." Jiya menjelaskan semua yang terjadi pada Adam."Baiklah aku mengerti," sahut Adam sambil menghela napas panjang. "Lalu bagaimana dengan keadaan Mama?""Sudah kubilang dia baik, tadi saat
Read more
Sunat Paksa
Jiya langsung mendobrak pintu kamar mandi karena saat ini Bumi terus berteriak dari dalam kamar mandi tersebut dan tidak memperdulikan panggilannya."Kamu kenapa?" tanya Jiya sambil menatap Bumi yang saat ini berdiri di pojokan kamar mandi."Ada apa?" tanya Bi Sumi yang saat ini berada di ambang pintu kamar mandi. Dia juga langsung berlari ke kamar mandi ketika mendengar Bumi dan Jiya terus berteriak-teriak dan disertai suara dobrakan pintu tadi.Namun Bumi tidak menjawab dan terus memegangi bagian tengah celananya sambil meringis kesakitan.Akhirnya Jiya pun mendekati Bumi dan kemudian berlutut di lantai mandi. "Katakan ada apa sebenarnya, kenapa kamu berteriak?" tanyanya dengan lebih lembut seperti orang yang sedang membujuk anak kecil karena Jiya takut kalau Bumi tidak mau bicara karena dia berteriak."Sakit," ucap Bumi sambil terus memegang bagian tengah celananya dengan keringat yang membasahi wajahnya.Jiya pun menatap ke arah tangan Bumi dan berpikir sejanak. "Kejepit?" tanya
Read more
Kita Sudah Putus
Setelah cukup lama ngobrol dengan Adam di telepon, akhirnya Jiya pun duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Dia terus memikirkan kata-kata Adam sebelum akhirnya dia mematikan panggilan itu secara sepihak."Dia masih posesif seperti dulu," gumam Jiya.Ya, tadi Adam terus bertanya tentang Iwan dan mengatakan agar Jiya tidak terlalu dekat dengan Iwan atau siapa pun laki-laki yang ada di sana karena saat ini Jiya tinggal di sana dengan Dila, tidak ada yang menjaga dia. Bahkan Adam akhirnya berkata akan mengirim orang untuk menjaga Jiya, hingga akhirnya Jiya mematikan panggilan itu tanpa menyahut sedikit pun."Ah, mas Adam … kamu kenapa sih masih seperti itu," ucap Jiya yang merasa pusing memikirkan semuanya. Dia pun memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya di pahanya, dia mencoba menghilangkan bayangan Adam dari dalam pikirannya.Setelah beberapa saat, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Jiya. "Iya Mas, letakkan di dekatku saja. Kamu kok cepat sekali kembali, apa dekat beli minumnya?"
Read more
Satu Bulan
Setelah menjawab pertanyaan Raka kemudian Bumi pun berjalan sambil memegangi sarung yang digunakannya yang merupakan hadiah dari dokter. "Mas Iwan tolong kamu temani Bumi sebentar, aku mau mengurus administrasinya dulu ya," ucap Jiya sambil menatap ke arah Iwan yang sedari tadi berdiri di dekatnya."Iya," sahut Iwan sambil mengangguk.Kemudian tanpa memperdulikan Raka dan Linda, Jiya pergi ke arah lain menuju ke ruangan depan untuk melakukan pembayaran. Sementara itu saat ini Raka langsung mengikuti langkah Jiya tanpa memperdulikan Linda yang saat ini berdiri sendirian depan ruangan itu."Ah sialan, kenapa dia terus saja mengejar wanita itu. Padahal kata tante Desi dia suka dengan wanita yang lembut dan penurut, tapi kenapa dia tidak melirikku sedikit pun," geram Linda sambil menatap ke arah Raka yang terus mengejar Jiya.Setelah itu Linda pun melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Dia memilih untuk pergi ke parkiran, tempat mobil Raka berada, daripada harus melihat adegan romantis
Read more
Kenduri
"Sek Mas, sek sek," ucap Jiya yang tidak bisa menjawab pertanyaan Iwan dulu karena ada hal yang lebih penting.Iwan pun mengerutkan dahinya melihat Jiya yang saat ini mengusap-usap layar ponsel di tangannya. "Halo," ucap Jiya yang saat ini menelepon seseorang."Iya," sahut laki-laki di dalam panggilan itu dengan santai."Mas, apa maksud kamu mengirim uang sebanyak itu ke rekeningku?Biayanya kan sudah aku perlihatkan ke kamu," ucap Jiya karena baru saja Adam mengirim uang 20 juta ke rekening Jiya."Bukankah ada acara-acara yang harus dilakukan saat seorang anak di sunat?" Adam bertanya balik.Kemudian Jiya menatap ke arah Iwan. "Mas, apa di sini ada acara kalau anak laki-laki di sunat?" tanyanya."Acara apa?" tanya Iwan balik."Acara apa ya," gumam Jiya sambil berpikir. "Oh, mungkin semacam gendoren iku loh, Mas. Di sini ada nggak yo Kenduri untuk orang sunat?""Kalau memang mau mengadakan kenduri juga nggak apa-apa, kan itu juga untuk tanda bersyukur dan bagi-bagi rezeki, sepertinya
Read more
Penjaga Kursi
Sepuluh menit berlalu, saat ini Adam sedang berada di restoran yang ada di depan perusahaan. Tidak lama kemudian seorang laki-laki datang sambil membawa sebuah file ke dalam restoran itu. Dan ketika sampai di meja Adam, kemudian laki-laki itu duduk begitu saja sambil menyodorkan file itu dengan kasar."Hah, apa lagi yang kamu mau?" tanya Dimas dengan ekspresi kesal di wajahnya."Minum kopimu," ucap Adam sambil menunjuk ke arah kopi yang dia pesan untuk sahabatnya itu.Langsung saja Dimas mengambil cangkir kopi tersebut dan kemudian menyesapnya. "Untung aku ini orang baik," cicit Dimas sambil meletakkan cangkir itu kembali ke tatakannya."Apa yang membuatmu bisa berkata seperti itu?" tanya Adam dengan santai sambil ikut mengangkat cangkirnya dan kemudian menyesapnya perlahan."Kamu bertanya 'apa'? Kamu tahu, sejak kamu menarikku dari perusahaan cabang, aku harus bekerja ekstra untuk kamu. Kamu memberiku target waktu seperti yang lainnya, tetapi di sisi lain kamu juga seenaknya m
Read more
Adam Kembali
Semua orang menoleh ke arah laki-laki yang baru saja turun dari taksi. Seperti Jiya semua orang pun terkejut melihat kedatangan laki-laki itu, terutama Raka yang terlihat sangat tidak senang saat ini."Tuan Adam, syukurlah kalau kamu sudah sampai dengan selamat," ucap Bi Sumi dengan senyum cerah di wajahnya.Jiya langsung menoleh ke arah Bi Sumi. 'Jadi dia tahu kalau Adam akan datang?' batin Jiya.Kemudian Adam menyahut, "Iya."Setelah itu Adam pun melangkah masuk ke dalam halaman rumah itu dengan santai sambil menggendong tas punggungnya. Dengan kaos, celana jeans dan sepatu kets-nya dia berjalan dengan penuh percaya diri ke arah Jiya. Sedangkan Jiya hanya melongo melihat penampilan Adam tersebut karena sudah lama tidak melihat Adam menggunakan pakaian seperti itu."Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Adam yang kini sudah berdiri di hadapan Jiya.Jiya pun langsung salah tingkah. "Itu aku …." Dia kemudian menoleh ke arah Dila dan langsung menggenggam tangan Dila. "Aku akan
Read more
Di dalam Kamar Bersama Adam
"Apakah Om pernah melanggar janji Om kepada kamu sampai kamu marah seperti ini?" tanya Raka sambil tersenyum hangat ke arah Bumi.Namun tiba-tiba Bumi melengos. "Jangan bertindak seolah kita ini dekat, Om," ketusnya."Hei, jadi kamu marah karena Om tidak pernah menemanimu? Om janji kalau kamu sudah sembuh kita bisa jalan-jalan ke mana pun yang kamu," bujuk Raka agar Bumi tidak terlalu sinis dengan dirinya.Bumi melirik ke arah Raka. "Janji?" tanya Bumi.Adam yang melihat tingkah Bumi ini langsung mengerutkan keningnya. 'Apa yang ingin dia lakukan?' batinnya yang penasaran, karena tidak mungkin Bumi bisa dibujuk semudah itu."Tentu saja," sahut Raka dengan senyum hangat di wajahnya."Untuk apa kamu dekat-dekat dengan anak nakal itu?" bisik Nyonya Desi."Dia itu keponakanku juga, apa salahnya?" sahut Raka dengan santai.Sedangkan Bumi saat ini terus tersenyum menatap ke arah Raka. 'Huh, seenaknya sok dekat denganku, pasti dia mau mengambil wanita cerewet itu dengan cara mendekatiku. L
Read more
Perhatian Manis Mas Iwan
Satu jam berlalu. Saat ini para tamu undangan mulai berdatangan ke rumah itu. Jiya, Dila dan Bi Sumi sedang sibuk di dapur, sedangkan Nyonya Titi dan Adam sedang berada di depan untuk menerima para tamu undangan."Jiya," panggil seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dalam dapur."Iya," sahut Jiya sambil menoleh ke arah laki-laki yang baru saja memanggilnya."Apa kuenya sudah selesai ditata?" "Iya, Mas. Tolong kamu bawa nampan ini, biar aku yang nurunin nanti," ucap Jiya sambil menunjuk ke arah nampan yang sudah berisi beberapa piring jajanan.Iwan pun dengan cepat mengangkat nampan itu, lalu berjalan di belakang Jiya untuk membawa nampan itu ke ruang tamu. "Maaf," ucap Jiya sambil mulai menurunkan piring jajanan itu di tengah-tengah para tamu undangan yang sudah duduk bersila di sana.Tetapi setiap Jiya akan menurunkan piring, dia harus membetulkan kerudungnya karena ujung kerudungnya terlalu menjuntai dan hampir menyentuh makanan yang dia turunkan. 'Besok-besok aku n
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status