Semua Bab Maju Mundur Kena Duda Anak Satu: Bab 41 - Bab 50
120 Bab
Ketukan Di Pintu Ruko
"Apa yang kamu katakan, Ji?" Raka saat ini berbalik menatap Jiya.Sedangkan Jiya beralih menatap ke arah Dila yang masih menunggunya di dekat pintu rumah itu. "Jangan bertanya kepadaku Mas, tanya saja pada mamamu," sahutnya sambil kembali melangkah meninggalkan rumah itu.Sedangkan saat ini Nyonya Desi bersedekap sambil terus menatap ke arah Jiya. "Huh, sikap macam apa itu."Kemudian Raka berbalik menatap ke arah Nyonya Desi. "Ma, aku harap ini terakhir kalinya kamu bersikap seperti itu pada Jiya.""Beraninya kamu melawan Mama hanya untuk wanita matre itu," ketus Nyonya Desi sambil menatap tajam Raka."Melihat sikap Mama ini aku jadi semakin yakin untuk mempercepat semuanya," sahut Raka.Langsung saja Nyonya Desi membulatkan matanya. "Jangan sampai kamu berani membeli rumah untuk wanita itu, Mama tidak rela.""Aku bukan anak kecil lagi, Ma. Aku—" Kalimat Raka terhenti ketika tiba-tiba saja Adam berdehem."Apakah kalian harus berdebat di depan kami saat ini?" tanya Adam dengan santai.
Baca selengkapnya
Laki-laki Di Depan Pintu
"Kamu ngagetin aja," ucap Jiya dengan suara yang ditekan sambil mencubit gemas lengan Dila.Sedangkan Dila langsung meringis. "Auu …," ucapnya tertahan karena Jiya tiba-tiba membungkam mulutnya."Ada laki-laki aneh di depan ruko," bisik Jiya.Dila pun langsung ikut melongokkan kepalanya untuk mengintip orang yang dibicarakan Jiya. "Apa jangan-jangan orang stres toh, Ji," komentarnya.Jiya pun kembali mengintip. "Masa orang gila," gumamnya.Kemudian Jiya mengalihkan pandangannya ke sekitar lalu membungkukkan tubuhnya untuk mengambil sebutir batu yang berukuran cukup besar."Kamu mau apa?" tanya Dila yang penasaran dengan batu di tangan Jiya."Aku mau ngelempar ini ke sana, biar kelihatan mukanya," jawab Jiya."Kenapa nggak sekalian batu bata?" sahut Dila sambil mengambil batu seukuran kepalan telapak tangan orang dewasa di tangan Jiya itu. Kemudian Dila mengganti batu tersebut dengan batu yang berukuran jauh lebih kecil. "Pakai yang ini!"Jiya memutar matanya dan kemudian kembali me
Baca selengkapnya
Ciuman Mengejutkan
Krrrk! Suara pintu ruko dibuka.Langsung saja Jiya dan Adam menoleh ke arah pintu ruko tersebut."Eh, maaf, kalian lanjutkan saja. Aku akan melihat adonan donat di belakang," ucap Dila sambil tersenyum canggung melihat posisi Adam dan Jiya saat ini.Setelah itu Dila segera berbalik badan dan kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.Sedangkan Jiya kembali mencoba menarik tangannya, tetapi Adam terus memegang erat pergelangan tangannya. "Lepaskan Mas, apa perlu aku menampar kamu?" tanyanya dengan tatapan mengancam.Kemudian Adam menarik tangan Jiya dan meletakkannya tepat di pipinya. "Tampar, Ayo tampar!" ucap Adam sembari mengayun-ayunkan telapak tangan Jiya menyentuh pipinya, seperti orang yang sedang menampar."Hentikan itu, Mas!" teriak Jiya di dalam suara hujan yang makin deras dan seolah menenggelamkan teriakannya."Kenapa, bukankah kamu ingin menamparku? Lakukan saja jika itu membuatmu senang," ucap Adam sambil menatap langsung mata Jiya.Jiya terdiam, dia benar-benar tenggela
Baca selengkapnya
Kuntibapak?
"Hah?" Adam terkejut karena dia tidak menyadari kedatangan Jiya. Dia pun menoleh dan menatap ke arah Jiya yang saat ini langsung berjalan dengan cepat ke arahnya."Kalau kamu capek, kamu istirahat saja dulu," omel Jiya sambil memegang tangan Adam yang terkena pinggiran oven yang tentu saja terasa panas karena itu adalah oven tangkring.Adam tersenyum kecil melihat kekhawatiran di wajah Jiya. "Tidak apa-apa, bukankah kamu berkata tinggal sedikit lagi?" jawab Adam.Jiya langsung mendongakkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi masam di wajahnya. "Kamu kalau aku ngomong tuh dengerin, kamu tadi itu baru sampai dan ini sudah jam tiga pagi, Kamu pikir kamu tuh sejenis robot yang bisa nggak capek sama sekali," omelnya."Baiklah, aku akan mendengarkan kamu," sahut Adam sambil kembali tersenyum melihat ekspresi masam di wajah dia.Setelah itu Jiya menarik lengan Adam dan kemudian menyuruh Adam untuk duduk di tempat semula. "Aku ambilin obat, nanti kamu obatin sendiri," ucapnya sambil beralih me
Baca selengkapnya
Maafkan Aku, Ma
"Adam, apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya wanita berpenampilan seksi itu sambil terus berjalan ke arah Adam dan Jiya."Natasya, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Adam yang tentu saja langsung mengenali wanita tersebut."Aku akan pergi ke rumah Raka, tapi aku tidak sengaja menoleh dan melihat kamu jadi aku langsung berhenti," jawab Natasha sambil menoleh ke arah Jiya. "Dan siapa wanita ini?"Senyum manis pun Jiya tunjukkan kepada Natasya. "Namaku Jiya, penjual kue," jawabnya dengan cepat."Tunggu, sepertinya aku pernah melihat kamu," ucap Natasha sambil mengerutkan dahinya dan berpura-pura mengingat tentang Jiya, padahal dia tahu persis siapa Jiya yang sebenarnya. "Ah iya, apakah kamu pernah datang ke reuni SMA bersama dengan Raka?"'Apakah dia membicarakan reuni SMA yang menyebalkan itu,' batin Jiya yang langsung teringat dengan reuni SMA Raka. Ya, salah satu malam yang membuat dia merasa sangat canggung karena saat itu Raka tidak mengatakan kalau akan mengajak dia bertemu d
Baca selengkapnya
Aku Ngantuk
Mendengar ucapan Natasha, Raka pun mengangguk tanda setuju. "Lalu kapan rencana kamu akan di mulai? Hari ini ibu Adam akan kembali ke Jakarta, akan ada banyak kesempatan untuk dia mendekati Jiya," ucapnya lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kasar."Aku heran, aku pernah melihat Adam menenangkan wanita itu di parkiran rumahmu. Mereka terlihat sangat dekat. Apakah kamu merebut wanita itu dari Adam atau apa?" tanya Natasha yang sudah sejak lama memiliki rasa penasaran tentang hal ini. "Ya, bahkan saat itu aku mempostingan foto Adam dan wanita itu, tapi foto itu tidak bertahan lama dan langsung dihapus oleh seseorang yang meretas Instagramku. Dan aku rasa orang yang meretas Instagramku adalah orang-orangnya Adam, ini sangat membuatku penasaran apa hubungan di antara mereka?" Imbuh Natasha."Mereka mantan suami istri," jawab Raka dengan ekspresi dingin."Jadi wanita itu ingin kembali kepada Adam setelah tahu kalau Adam mau menerimanya lagi. Tetapi kamu masih menyukai wanita itu dan tidak
Baca selengkapnya
Sisi Lain Raka
Empat jam berlalu. Jiya saat ini masih tertidur pulas di sofa ruang tamu rumah sewa tersebut. Namun, dia langsung terbangun ketika mendengar sebuah ketukan di pintu utama rumah itu. Tidak lama kemudian pintu rumah itu terbuka."Kamu baru saja bangun tidur?" tanya Adam karena melihat rambut Jiya yang acak-acakan.Jiya yang sedang memijat pelipisnya pun menatap ke arah Adam. "Iya, sepertinya aku ketiduran.""Kalau begitu lanjutkan saja, atau kamu bisa pindah tidur di kamar sana," ucap Adam dengan tenang sambil membuka coatnya.Jiya kemudian menoleh ke arah sebuah kamar tempat di mana kejadian dia dan Adam berebut ponsel terjadi. "Tidak perlu," tolak Jiya yang kemudian bangun dari sofa itu sambil membetulkan tatanan rambutnya agar lebih rapi."Atau apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Adam dengan tenang.Mata Jiya tiba-tiba membola mendengar kata 'makan'. Tanpa mengatakan apa pun dia langsung melangkah ke kamar Bumi."Ada apa?" tanya Adam yang penasaran dengan tingkah Jiya ini. Di
Baca selengkapnya
Bukan Aku
Setelah beberapa menit meninggalkan halaman rumah sewa Adam, kini Jiya menoleh ke arah Raka. "Sudah cukup diamnya, katakan apa yang membuat kamu marah seperti ini?" tanya Jiya yang sudah tidak tahan karena sejak masuk ke dalam mobil Raka tidak mengatakan apa pun.Raka yang saat ini sedang menyetir mobil pun menarik sebelah garis bibirnya dan kemudian menjawab, "Apakah kamu sudah puas melihat aku yang seperti ini?" tanyanya balik tanpa menoleh ke arah Jiya."Apa maksud kamu dengan kata puas?" tanya Jiya sambil mengerutkan dahi. "Kamu sendiri yang datang dan tiba-tiba membuat onar."Sciit! Suara decitan rem mobil Raka karena Raka mengerem mobil itu mendadak."Kamu gila?" geram Jiya sambil menoleh ke belakang. "Bahaya kalau sampai ada kendaraan lain di belakang kita," omelnya yang tentu saja khawatir karena saat ini mereka berada di jalan raya yang cukup ramai.Tiba-tiba Raka kembali mencengkeram lengan Jiya."Apa? Apa masalah kamu?" tanya Jiya sambil membulatkan matanya."Apa mak
Baca selengkapnya
Membujuk Jiya (Raka)
Satu jam berlalu. Setelah selesai berkeliling di rumah mewah bergaya eropa itu, kemudian Raka dan Jiya berhenti di ruang tamu rumah itu. “Jadi bagaimana menurutmu dengan rumah ini?“ tanya Raka.Jiya tersenyum hambar. “Rumah ini bagus, bagus sekali malah,” jawab Jiya sambil menatap ke sekeliling ruangan itu.“Bukan itu yang ingin aku tanyakan, apakah kamu menyukai rumah ini? Atau mungkin kamu ingin menambah beberapa hal lagi? Aku akan mengatakan itu kepada tim renovasi rumah ini,” tanya Raka sambil menatap Jiya yang saat ini masih menatap ke sekeliling ruangan itu.Kemudian Jiya kembali menatap wajah Raka. “Apakah Mamamu tahu tentang rumah ini? Apakah dia sudah setuju?“ tanyanya.“Dia pasti akan setuju, aku yang akan membujuknya, kamu tenang saja,” jawab Raka.'Aku akan mencoba mengikuti saran Natasha. Yang terpenting saat ini aku bisa mengambil hatinya lagi. Aku tidak akan membiarkan Adam mengganggu hatinya lagi,' batin Raka.Kemudian Raka memegang telapak tangan Jiya lagi. “
Baca selengkapnya
Galau
Setelah beberapa saat akhirnya Jiya keluar dari kamar Bumi dan berjalan dengan tenang ke arah ruang tamu rumah itu.“Bagaimana keadaannya?“ tanya Raka ketika melihat Jiya berjalan masuk ke area ruang tamu.“Dia baik-baik saja dan akan memakan ikannya nanti,” jawab Jiya dengan santai.Tiba-tiba Raka bangun dari tempatnya duduk. “Kalau begitu aku akan datang pada dia dan minta maaf, bagaimana menurutmu?“ tanyanya sambil menatap ke arah pintu kamar Bumi yang bisa di lihat dari ruang tamu.“Boleh saja, kenapa tidak,” sahut Jiya sambil berbalik badan dan menatap ke arah pintu kamar Bumi.Setelah itu Jiya melangkah kembali ke sofa yang ada di ruangan itu, sedangkan Raka kini berjalan ke kamar Bumi.“Apa yang kamu lakukan?“ tanya Adam sambil menatap Jiya dengan tajam.“Apa?“ Jiya bertanya balik karena tidak mengerti maksud kalimat Adam yang tiba-tiba itu.“Apa yang kamu lakukan sehingga membuat Raka berubah seperti itu?“ tanya Adam masih dengan ekspresi dingin di wajahnya.“Apa yang aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status