Semua Bab Pernikahanku Dengan CEO tampan.: Bab 11 - Bab 20
23 Bab
Bab 11 : Siapa Gadis Yang Bersamaku Malam Itu?
Semantara itu di sebuah penthouse mewah yang terletak di lantai teratas gedung milik salah satu perusahaan teknologi ternama di dunia bernama Future One. Luxian, setelah meeting ia menghabiskan waktu makan siangnya di penthouse pribadi miliknya. Saat ini dia hanya ingin menyendiri dan berpikir. Duduk di sofa, dia memperhatikan gelang perak bertahta safir biru di tangannya, wajahnya tampak serius seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.Barusan dia sudah bertanya pada Shane dan semua teman-temannya yang hadir pada malam itu, tapi tidak ada satupun dari mereka yang merasa memanggil jasa wanita panggilan atau membawa seorang gadis ke kamar hotel miliknya.Luxian hanya sekedar bertanya tidak menceritakan secara rinci tentang apa yang terjadi sebenarnya di dalam kamar. Karena jika mereka tahu dia sudah menghabiskan malam dengan seorang gadis, maka berdasarkan sifat teman-temannya, tidak diragukan lagi dia pasti akan menjadi bahan lelucon mereka semua. Lalu siapa gadis yang bersamanya mala
Baca selengkapnya
Bab 12 : Berkunjung Ke Rumah Nenek.
Setelah memasuki halaman, Celia melihat nenek Iris, seorang wanita tua dengan rambut perak yang disanggul rapi. Dia sedang berjongkok di kebun, memetik beberapa sayuran segar. Nenek Iris tampak damai dan bahagia, begitu menyatu dengan alam sekitarnya."Nenek Iris," sapa Celia dengan suara lembut namun jelas, dia turun dari sepeda dan mendorongnya ke sisi jalan setapak.Nenek Iris mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar saat melihat Celia. "Oh, Celia! Senang sekali kamu datang. Ayo, kemarilah," katanya dengan suara ramah, bangkit perlahan dari posisi jongkoknya. Dia segera mencuci tangannya yang kotor dan menyekanya di celemek yang dipakainya.“Baik…” Celia tersenyum dan berjalan mendekat, Nenek Iris menyambut dengan begitu hangat hingga membuatnya tidak lagi merasa gugup. "...Aku senang bisa berkunjung. Apa yang sedang nenek lakukan?"Nenek Iris terkekeh pelan. "Aku sedang memetik beberapa sayuran untuk nanti kita masak. Tadinya aku berniat membuat menu kejutan untukmu, tapi aku tidak
Baca selengkapnya
Bab 13 : Love At First Sight
Saat Celia menghadap ke arah nenek Iris, dia melihat seorang pria berdiri dengan anggun di dekat pintu dapur. Dari kejauhan, sinar matahari sore yang masuk melalui pintu yang terbuka lebar membingkai sosoknya dengan sempurna. Pria itu terlihat seperti versi dewasa dari anak yang ada di dalam foto yang sedang dia pegang.“Nenek, umur berapa cucu Anda sekarang?”“Sekitar 28 tahun. Ada apa Celia?”Celia memegang erat bingkai foto di tangannya, dan matanya terpaku pada pria itu. Tinggi, berpostur tegap, dan mengenakan setelan casual namun elegan yang tampak mahal. Rambutnya hitam pekat, tertata rapi, dengan mata tajam yang memancarkan aura dominasi dan kharisma yang luar biasa."Siapa dia? Kenapa aku merasa tidak asing," pikir Celia, jantungnya berdegup kencang.Seolah tersihir, Celia tidak bisa mengalihkan pandangannya. Sudut bibir pria itu melengkung. Dalam sekejap, dunia di sekitar Celia seakan berhenti. Detak jantungnya semakin cepat, dan nafasnya tertahan.“Dia tersenyum padaku… lua
Baca selengkapnya
Bab 14 : Surat Resign
Sementara itu jauh di Summer Field.Di sebuah gedung tinggi dan megah tempat Whisper beroperasi, suasana tegang memenuhi udara kantor ketika Jack, CEO perusahaan, menemukan surat pengunduran diri Celia di mejanya. Surat itu tergeletak di antara tumpukan dokumen, tetapi kata-kata yang tertulis di atasnya langsung menarik perhatiannya, ‘Resign’. Wajah Jack berubah merah padam seketika, ekspresi marah dan frustasi terpancar jelas.Atas instruksi Celia, Amy datang pagi-pagi sekali lalu menyelinap masuk ke ruangan Jack dan menaruh surat itu di mejanya tanpa diketahui siapapun. Surat itu dibuat sendiri oleh Celia, tanda tangannya juga miliknya. Amy hanya bertugas mencetak, dan meletakkannya di meja..Jack meremas surat itu dengan tangan gemetar, kemudian membantingnya ke meja. Pikirannya berputar cepat, membayangkan dampak dari kehilangan Celia. Celia adalah karyawan berharga, bukan hanya karena kemampuan dan etos kerjanya, tetapi karena semua rencananya untuk menyerahkan Celia kepada Simon
Baca selengkapnya
Bab 15 : Tidak Ada Makan Siang yang Gratis.
Saat Eliza baru saja melangkah, seorang karyawan hotel mencegahnya.“Maaf, apa Anda Nona Eliza?”“Ya benar, ada apa?”“Tuan Simon menyuruh saya untuk mengantar Anda ke roomnya di lantai 10, begitu Anda tiba. Silahkan ikuti saya.” Karyawan wanita itu segera berbalik dan memimpin jalan.“Lantai 10 adalah kamar hotel, kenapa Tuan Simon mau bertemu denganku di sana? Apa mungkin… tidak itu tidak mungkin, yang dia sukai adalah Celia, bukan aku.” Keringat dingin mulai membasahi tubuh Eliza. Kedua kakinya terus melangkah dengan enggan mengikuti orang di depannya. Sedangkan benaknya berpikir liar tentang segala kemungkinan yang terjadi.Kemungkinan bahwa malam ini dia harus melayani Tuan Simon dan resmi menjadi wanita simpanannya. Eliza segera teringat semua skandal pria itu dan wanita-wanita yang selama ini digosipkan mempunyai hubungan romantis dengannya, mereka semua hidup penuh dengan kemewahan dan memiliki segalanya.Simon adalah pria berusia 45 tahun wajahnya tidak tampan tapi juga tidak
Baca selengkapnya
Bab 16 : Telepon Nenek Menyelamatkan Semua Orang
“Aku akan datang, sebaiknya kau tidak berbohong.”“Kau bisa memegang kata-kataku.”“Driver, kita tidak jadi pulang, antar aku ke Starlight.”“Baik Nona Carman.”Abigail segera merapikan baju dan menambahkan make-up nya, tidak lupa gelang cantik yang baru dia dapat dari Eliza, melingkar di pergelangan tangan kanannya.Malam itu, aula besar Starlight Entertainment dipenuhi gemerlap lampu kristal dan dekorasi mewah, mencerminkan kemegahan perusahaan yang sukses. Para tamu, termasuk artis, produser, dan awak media, berkumpul dalam suasana perjamuan yang meriah. Musik klasik mengalun lembut, dan gelas-gelas sampanye berkilauan di tangan para undangan.Semua mata tertuju ke arah tangga utama ketika Luxian dan adiknya, Luxius, mulai menuruni anak tangga dengan elegan. Luxian, dengan aura karismatik dan ketampanan yang memikat, mengenakan tuksedo hitam yang pas di tubuhnya, sementara Luxius, yang juga tak kalah tampan, mengenakan setelan abu-abu gelap. Mereka berdua adalah sosok yang membuat
Baca selengkapnya
Bab 17 : Rencana Nenek Iris
Malam itu, di ruang keluarga kediaman Davies, suasana terasa hangat oleh nyala api di perapian. Luxian duduk di kursi berlengan, tatapannya menerawang, sementara nenek Iris duduk di depannya, memegang secangkir teh hangat. Ia menatap cucunya dengan pandangan penuh kasih dan kesabaran."Nenek, apa yang ingin nenek bicarakan?" Luxian bertanya, suaranya datar namun menunjukkan sedikit kelelahan. Nenek Iris tersenyum lembut. "Luxian, ada sesuatu yang penting yang perlu nenek sampaikan. Ini tentang Celia dan pernikahan yang nenek rencanakan untuk kalian."Luxian menghela napas. "Nenek, aku sudah bilang, aku belum siap untuk menikah. Aku punya terlalu banyak tanggung jawab di perusahaan dan kehidupan pribadiku. Aku tidak ingin menambah beban dengan pernikahan."Nenek Iris mengangguk pelan, menyadari ketidaknyamanan Luxian. "Nenek mengerti, sayang.” Dia mencoba menenangkan emosinya. "Setelah beberapa hari mengenalnya dan mengetahui kisahnya, menurut Nenek, Celia adalah gadis yang baik, sede
Baca selengkapnya
Bab 18 : Keputusan Celia?
Jebakan!Ternyata orang-orang yang mengejarnya itu belum pergi jauh. Tanpa pikir panjang Celia dengan cepat berlari, tapi dia tidak menuju tempat yang sudah disepakati bersama dua sahabatnya, karena dia khawatir jikalau kedua sahabatnya sudah berada di sana. Berlari kesana sama saja mencelakai mereka.“Berhenti!”Celia terus berlari tanpa menoleh lalu berbelok di sebuah persimpangan, dia ingat pernah melewati jalan itu bersama Nenek Iris untuk mencari sayuran dan buah liar. Di ujung jalan dia melihat sebuah pick-up truck yang akan melintas, dengan semua keberaniannya Celia nekat berdiri menghadang di depan mobil dengan merentangkan tangan. Mobil mengerem tepat waktu.“Tuan tolong, izinkan saya masuk.” Celia berkata dengan panik sambil memukul pintu mobil berulang kali. Wajahnya berulang kali menoleh ke belakang. Pintu mobil terbuka, setelah Celia masuk mobil itu segera melaju dengan cepat meninggalkan orang-orang yang mengejar Celia dengan marah.Celia bernafas lega dan mengucapkan t
Baca selengkapnya
Bab 19 : Menetapkan Tanggal Pernikahan
Dengan hati yang masih bimbang namun penuh harapan, Celia mengangguk pelan. "Baiklah, masalah ini… aku terserah Nenek saja.” Celia tertunduk malu dengan wajah bersemu merah.Nenek Iris tersenyum bahagia dan memeluk Celia. "Terima kasih, sayang. Aku yakin ini adalah keputusan yang tepat. Aku akan memberitahu Luxian dan kita akan segera mengatur pertemuan kalian."Celia merasa sedikit lega, meski masih ada ketidakpastian di hatinya. Namun, ia bertekad untuk menjalani keputusan ini dengan penuh keyakinan dan berharap bahwa ini adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.Nenek Iris menawarkan Celia untuk menginap, tapi karena kedua sahabatnya datang berkunjung, terpaksa dia menolak. Malam itu Celia tidur di guest house tempat Lily dan Amy menginap.Mereka bergosip sambil ditemani minuman dan makanan ringan, layaknya sebuah pesta kecil untuk saling melepas rindu.Sementara di rumah perkebunan Ashford.Kakek Adam masih sibuk memeriksa laporan keuangan di ruang kerjanya.Cahaya lampu menyina
Baca selengkapnya
Bab 20 : Keputusan Luxian
"Luxian, senang melihatmu di sini," ucap Abigail dengan nada menggoda, tangannya menyentuh lengan Luxian dengan akrab.Luxian menoleh, matanya dingin dan tanpa ekspresi. "Abigail," jawabnya singkat, berusaha menjaga jarak. "Acara ini untuk amal, mari kita fokus pada itu."Abigail tertawa kecil, tidak tergoyahkan oleh sikap dingin Luxian. "Tentu saja, Luxian. Tapi kita juga bisa bersenang-senang, bukan?"Abigail adalah tipe wanita yang tidak mengenal menyerah dalam mendekati pria yang diincarnya. Dia tahu Luxian adalah pria yang berkuasa dan kaya, target sempurna untuk memuaskan ambisinya. Apalagi dia sangat tampan.Semua wanita di Summer Field, atau bahkan di negara X ini tidak ada yang tidak menginginkannya. Jadi, saat ada kesempatan, kenapa tidak di manfaatkan?Dengan gaun malam yang sexy, dia bergerak anggun mendekati Luxian, mencoba merayunya dengan kata-kata manis dan sentuhan ringan dengan jari-jarinya yang lentik. Luxian merasa tidak nyaman, tetapi tidak menunjukkan ketidaksena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status