All Chapters of Pria Menyebalkan Itu Penawarku: Chapter 51 - Chapter 60
92 Chapters
BAB 51
Buntut dari permasalahan yang Jasmine hadapi dengan Jeremy menuai titik terang. Pria itu datang ke toko rotinya selama seminggu penuh dan tentu saja tak lupa membawa berbagai macam barang yang sebenarnya; jika boleh jujur, Jasmine mampu membelinya, bahkan dengan harga yang lebih mahal dari itu. Namun, Jasmine tetaplah Jasmine, perempuan baik yang mungkin memiliki ketidak beruntungan tentang keluarga dan kali ini mendapatkan cobaan lewat kekasihnya. “Apalagi kali ini?” tanya Jasmine dengan raut wajah yang nampak sekali tak senang. Ia membenci hari yang dimulai dengan ingatan menyesakkan tempo hari. Sudah melihat sang kekasih selingkuh, ditambah dirinya yang hampir mati tertabrak mobil, bukankah Jasmine sangat pantas untuk memaki pria yang telah membuatnya seperti itu. “Aku akan terus datang sampai kamu mau mendengarkan penjelasanku tentang kesalahpahaman tempo hari.” Jasmine menghela nafas. Memilih kembali menyibukkan diri di dapur dan meninggalkan Jeremy yang masih setia di tem
Read more
BAB 52
Beberapa daun kering berjatuhan ketika angin bertiup. Serakan daun di tanah membuat orang-orang yang berlalu lalang memilih untuk menyingkir dari area yang sekiranya tertutupi banyak daun kering. Daun kering yang terlihat begitu rapuh itu nyatanya sudah berapa kali membuat pengendara sepeda maupun pejalan kaki terpeleset dan jatuh karena permukaan yang licin. Hal yang mungkin tidak pernah manusia kira, hanya daun kering biasa yang dikira tak berguna, namun mampu membuat kerugian. Hingga kemudian sebuah papan peringatan terpasang area yang sekiranya merugikan. “Jadi kau ingin terus di sini atau pulang?” Jane yang tadinya menatap dedaunan yang entah sudah berapa kali menimbulkan keresahan orang sekitar mengalihkan perhatian. Aroma kopi pekat langsung menembus ke rongga hidung, pangkal hidungnya berkedut namun tak bisa menolak cairan berkafein yang kini nampak menggugah selera di depan wanita cantik itu. Kaos lengan pendek yang ia kenapa membuat angin mudah sekali membuatnya mera
Read more
BAB 53
Waktu berlalu begitu cepat, membuat Jane lupa ia semakin hari merasa semakin sibuk dengan bisnis yang kini dikelola sendiri. Bukan bisnis besar, hanya bisnis pakaian dengan beberapa rancangan yang dibuat olehnya sendiri. Sebuah hobi yang bisa membuatnya sedikit mengobati penat ketika di agensi. Ini mungkin terlihat aneh ketika beberapa orang yang mampir ke butiknya akan melihat dirinya tersenyum ramah ketika melayani pelanggan, sesuatu yang sungguh jarang ditunjukkan di depan kamera. Ya, semakin ke sini. Jane semakin terlihat mudah didekati oleh orang yang ada di sekitarnya. Dulu yang berani menegur hanya mereka yang memiliki kedudukan tinggi di agensi, juga hanya karyawan yang memang sering bersamanya. Jika orang lain, kebanyakan akan menggunjing ini itu tentangnya karena iri. Kabar lain yang juga mengguncang dan hangat dibicarakan adalah tentang kekasihnya yang ternyata seorang mahasiswa doktoral yang kini tengah menempuh pendidikan sekaligus pemilik kafe di sebuah persimpanga
Read more
BAB 54
Sorang wanita yang membuat Jane uring-uringan tak ubahnya adalah seorang dosen yang memiliki proyek bersama dengan Vincent. Cantik dan Kaya, katanya, Jane dengan Shofia adalah putri bungsu salah satu konglomerat di negara mereka. "Jadi kau akan membiarkan wanita itu terus menempel pada Vincent?" Pertanyaan Jasmine membuatnya enggan mengerjakan apapun hari ini. Bahkan Thomas sempat menegurnya lantaran menemukan dirinya yang dengan kurang ajar memarahi staf bagian rias artis tanpa sebab yang masuk akal. Hari ini Jane ada pemotretan dengan salah atau brand yang memang sudah lama bekerja sama dengannya, sayangnya, harus take beberapa kali lantaran Jane yang kacau dan tak profesional seperti biasanya. Sesuatu yang memang biasa terjadi, Jane sering menegur bahkan membentak siapapun yang membuatnya jengkel. Namun, hampir setengah tahun kepribadian Jane berubah baik tapi entah bagaimana sekarang wanita itu kembali ke sifat buruknya yang lalu. Konyolnya hal tersebut terjadi lantaran
Read more
BAB 55
Angin segar bertiup dengan sendirinya dan langsung mengenai kulit lantaran tak memiliki penghalang sama sekali. Tanpa sungkan angin itu juga menampar pelan wajah cantik Jane yang tak mengaplikasikan riasan apapun hari itu. Bau garam semerbak membuat hidung mancungnya berkerut kecil ketika tak sengaja menciumnya. Jari-jarinya yang lentik kini tak terlihat memakai cat kuku warna warni yang biasanya ia pakai. Jane memang sengaja, ia ingin menjadi orang biasa saja seperti apa yang pernah ia lakukan ketika pertama kalinya menginjak pesisir. Jika biasanya ia akan diseret kesana kemarin oleh Jasmine, kali ini Jane bisa menghabiskan waktunya sendiri. Tanpa siapapun yang akan mengganggu waktu tenangnya—atau mungkin tidak. “Jane, kau mau membantu bibi bercocok tanam?” Maya, wanita itu terkesan ramah untuk kali kedua Jane mengenalnya dengan cara berbeda dan sudut pandang berbeda. Sebagai wanita yang tak pernah tumbuh dengan kasih sayang ibu, Jane merasa canggung dan kikuk ketika Maya yang
Read more
BAB 56
"Maaf, Prof. Saya tidak bisa melanjutkan pertemuan lusa. Saya akan memberikan semua hasil laporan pada mahasiswa lain.” Vincent hanya bisa menghela nafas ketika ucapan balasan dari sang profesor yang terdengar kecewa. Jelas saja lantaran dirinya ini malah berkendara sendiri kembali ke tanah kelahiran hanya untuk bertemu dengan Jane. Ini mungkin terdengar konyol, tapi mendengar apa yang dikatakan Lilibet, ia seperti langsung bisa tahu jika kekasihnya pergi ke pesisir. “Maaf telah mengecewakan Anda, Prof. Saya akan menghubungi Anda nanti.” Tutt Vincent meletakkan ponselnya di kursi samping, namun ketika fokusnya hendak kembali ke jalanan, benda persegi empat itu kembali menyala dan kali ini sebuah nama yang tak asing tertera, Shopia. Nama wanita yang sudah membuat kekasihnya yang dingin cemburu hingga pergi tanpa kabar. Vincent melihat sekeliling ketika ia sudah sampai jalan terjal tempat tinggalnya. Aroma garam langsung tercium ketika ia memasuki perbatasan. Sudah berapa lama Vince
Read more
BAB 57
Bau garam menyengat di hidung. Beberapa burung nampak indah sekali berterangan ke sana kemari mencari ikan. Para nelayan pun tak mau ketinggalan, di tengah cuaca yang itu terbilang agak terik—jam menunjukkan pukul dua siang. Mereka sudah berada di titik di mana ikan biasa berkumpul. Angin berhembus pelan, membuat Jane mendesah kecil ketika merasakan bagaimana angin itu seperti mengajaknya bermain. Kedua matanya tertutup dan membiarkan rambut panjangnya yang tergerai tersapu angin. Suara deburan ombak laut jauh lebih bagus ketimbang musik karaoke yang biasa Jasmine putar di mobilnya. Tidak ada Jasmine dan ia benar-benar bisa merasakan indahnya hari tanpa harus mendengar rengekan wakannya itu. Jane membuka mata dan beralih memandang Vincent yang belum juga mengeluarkan suaranya. Pria hanya diam dan dengan setia menggenggam tangannya, seakan jika nanti dilepas, wanita itu juga akan pergi meninggalkannya. Konyol sekali. Mereka berdua tengah berada di gazebo dekat dengan pantai. Meni
Read more
BAB 58
Shofia datang di pagi buta. Membuat Jane hampir melempar vas di meja ke wajah wanita itu. Mereka baru sampai kemarin malam dari pesisir dan kini, Jane harus dihadapkan kembali dengan wanita yang membuatnya uring-uringan sejak beberapa hari yang lalu. “Aku hanya menemui Vincent karena kami memiliki proyek penelitian bersama. Tapi sayangnya ia sudah membatalkannya. Kau tak perlu cemburu,” katanya dengan senyuman tipis. Jane menarik satu alis, nampak tak terlalu penasaran dengan apa yang dikatakan wanita itu. Tak lama suara grasak grusuk nampak nyaring, membuat Jane menoleh dan mendapati Vincent yang nampak semrawut dengan pakaian yang masih acak-acakan juga dengan tampilan yang nampak seperti biasa ia lihat ketika pria itu baru bangun. “Maaf, Anda sepertinya datang disaat yang kurang tepat, Nona.” Jane hanya memperhatikan saja kekasihnya yang menyerahkan map merah kedepan sang tamu, sementara Shofia namak tersenyum kecil meskipun terlihat sangat menjengkelkan di mata Jane. Wanita
Read more
BAB 59
Jane terbangun di suatu pagi yang masih gelap. Wanita itu di bangunkan oleh usapan lembut dari tangan pria yang tidur di belakangnya. Kehangatan yang memang terasa nyata di balik punggung telanjang. Usapan itu, alih-alih mengganggu malam membuat Jane semakin melesak masuk dalam rengkuhan. Ia menggeliat ketika pria di belakangnya mengusap teratur perut ratanya, namun kemudian semakin naik ke dua daging kenyal miliknya. Jari-jari Vincent memainkan seolah itu adalah sesuatu yang pantas dimainkan. Jane berdesis, ketika gigi Vincent menancap di pundak. Ia yakin pria itu akan meninggalkan tanda yang mungkin akan membuat staf riasya kesal. Namun siapa yang peduli. Jane menyukainya. Jemarinya bahkan ikut menekan tangan Vincent yang tengah bermain. Pria itu tak memerlukan izin untuk menyentuh apapun yang ada di tubuhnya, begitu pula dirinya. Ketika tangan yang tadi bergabung dengan jemari Vincent kini merambat ke belakang. Menekan sang pria untuk lebih dekat dengannya. Jane membuat Vince
Read more
BAB 60
Jasmine terlihat berbeda hari ini. Wanita itu nampak terlalu bahagia namun juga terlihat lesu secara bersamaan. Ketika kakinya menginjak ruangan Jane, tatapan mata yang bisanya berbinar itu masih bisa ditemukan meskipun bibirnya yang sering kali melempar omong kosong terkunci. "Jadi ada apa lagi kali ini?" Seharian ini Jane hanya di ruangannya, profesi yang semula sebagai model, kini berganti sebagai talent manager meskipun tidak secara full time. Jane tidak merasa rugi sama sekali, ia bisa sedikit menghemat energi agar tak terlalu bersinggungan dengan orang lain. Juga tidak perlu lagi pusing dengan sorotan media. Sang kawan melempar tubuhnya di sofa, ujung matanya melirik Jane yang memilih kembali sibuk dengan kertas-kertas calon model agensi. Sesuatu yang kini menjadi pekerjaan Jane dan anehnya Jane menikmatinya, meskipun kadang kala merasa kesal bertemu dengan beberapa calon model yang cukup menguras tenaga dan emosi. Sebuah keberuntungan adalah mereka kini tidak berhadap
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status