Semua Bab Takdir Yang Membawamu: Bab 41 - Bab 50
94 Bab
41. Keputusan
BRAK!!!"Yo ndak bisa begitu dong Pak RT. Kalau begitu, artinya Arumi yang mengambil untung paling besar dari rumah ini," sahut Bulik Endang saat mendengar usulan yang di lontarkan oleh Pak RT."Maaf sebelumnya, kan tadi saya hanya mengusulkan, dipakai ya syukur ... Kalau ndak ya saya nggak masalah. Jangan marah dong, Bu." Ucap Pak RT."Tapi jika Anda semua tetap ngotot dan menginginkan hak atas rumah ini, maka jalan satu-satunya adalah rumah ini harus dijual. Siapa yang ingin menempati rumah ini, maka dialah yang harus membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya sebagai bentuk ganti rugi. Kalau sudah berbentuk uang, maka hasilnya bisa kalian bagi rata. Bagaimana?" Tanya Pak RT kemudian."Ppzzhhh peeppzzz zzeet"Aku memejamkan mata ku saat mendengar kasak kusuk dan juga suara saling berbisik yang terdengar saling bersahutan dari dalam ruangan yang tidak seberapa luas ini."Ya Alloh, kenapa mereka tega sekali kepada ku. Seorang gadis yang benar-benar yang sudah ditinggal oleh ayah da
Baca selengkapnya
42. Sebuah Pernikahan
"Maukah kamu menikah denganku, Nara?" tanya Om Juna yang sekarang menghadapkan wajahku telat di hadapannya.Om Juna berkata sembari menunjukkan sebuah cincin emas dengan permata indah di atasnya. Cincin yang masih berdiri dengan anggunnya di dalam sebuah kotak beludru berwarna merah.Aku benar-benar sangat terkejut. Aku pun sama sekali tidak menyangka jika Om Juna tiba-tiba saja mengeluarkan cincin itu dari tempatnya dan melamar ku di depan Pak RT dan juga yang kainnya.Mataku saling bertatap dengan Om Juna tanpa sedikitpun bisa berkedip. Lidahku terlalu kelu untuk bisa menjawab. Seluruh tubuhku menjadi panas seketika saat ku rasa darahku sudah mulai mendidih."Terimalah, Nduk ..." Ucap Bulik Imah lirih di samping telingaku. Aku tersadar kembali saat Bulik Imah maju dan merangkul pundak ku. Dia yang sekarang menjadi pengganti dari ibuku. Bulik Imah sudah memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Reni pun maju dan mulai menyusul dari sebelah kiri ku. Dia mendekat dan ikut merangkul pun
Baca selengkapnya
43. Salah Tingkah
Rombongan warga yang hadir menemani pernikahanku, pada saat ini ikut mengiringi langkahku hingga sampai ke rumah."Sekali lagi Bulik ucapkan selamat ya, Nduk. Semoga dengan pernikahan ini akan selalu membawakan berkah dan kebahagiaan selalu untuk kalian berdua. Semoga selalu sakinah, mawadah dan juga warahmah. Sehidup dan sesurga nantinya, aamiin." Ucap Bulik Imah setelah para warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing.Wanita itu kembali membawaku dalam rengkuhannya, membuatku menangis karena haru yang menderu. Pada saat seperti ini, aku hanya bisa membayangkan ibu."Sudah loh, Bu. Jangan dibuat nangis terus itu si pengantin. Sekarang biarkan Om Juna yang membuatnya menangis bahagia di malam pertama mereka malam ini," seloroh Reni.Air mata yang tadi sempat tertumpah, seolah kembali masuk lagi ke dalam mataku. Wajahku tiba-tiba saja terasa panas gara-gara mendengar ucapan Reni barusan.Secara diam-diam, aku melirik ke arah Om Juna yang baru saja keluar dari pintu pengemudi. Dalam
Baca selengkapnya
44. Sebuah Janji
"cicicuit cicicuit"Terdengar suara burung bersahutan, membangunkanku di pagi yang sudah datang menjelang. Sinar mentari pagi terlihat memasuki celah gorden kamarku."Ah, kenapa aku bisa bangun sesiang ini?" Gumamku. Di saat ibu masih ada, sangat tidak mungkin bagiku untuk bangun terlambat seperti ini. Aku dan ibu selalu bangun sebelum subuh untuk menyiapkan segala sesuatunya yang akan kami bawa ke pasar. Tapi itu semua kini hilang. Sudah tiada lagi.Atau kupikir jika hari kemarin aku terlalu lelah. Dari mulai menghadapi Bulik Endang dan juga suaminya. Hingga menghadapi perdebatan mengenai hak kepemilikan rumah pada malam harinya. Sampai dengan pernikahan yang baru saja semalam baru saja aku lakukan."Ah, iya. Aku sudah menikah!" lirihku agar suaraku tak terdengar oleh Om Juna. Aku sampai lupa jika sekarang aku sudah menjadi istri orang.Dengan perlahan aku bangkit dan melihat tempat dimana Om Juna tidur semalam. Tetapi lelaki itu tidak berada di tempatnya. Kupindai seluruh kamar yang
Baca selengkapnya
45. Bertemu Pak Lurah
Rampung dari makam, kami akan segera pergi ke proyek pembangunan resort yang sedang di kerjakan oleh Om Juna. Karena memang rencananya seperti itu tadi.Sesampainya di tempat dia memarkirkan mobilnya. Dengan halus ia membukakan pintu mobil terlebih dahulu untukku. Baru kemudian dengan sedikit berlari ia baru masuk sendiri dan duduk di belakang kemudi.Dia menoleh dan menatapku begitu lama, dan dengan perlahan-lahan ia mulai mendekatkan dirinya padaku."Eh eh, mau apa?" Dengan raut wajah panik aku bertanya. Aku dibuatnya sangat terkejut dan juga salah tingkah saat ia mulai mencondongkan tubuhnya semakin mendekat ke arahku. Hingga wajah kami sekarang hanya berjarak sejengkal saja."Om, Om jangan macam-macam loh. Kita ini sedang berada di area mak___""Klik!!" Kalimatku langsung saja terhenti saat ku dengar bunyi 'klik'."Kenapa sih kok heboh sekali. Saya itu cuma mau bantuin kamu untuk pasang sabuk pengaman," ucapnya yang khas dengan suara beratnya.Ya Tuhan ... aku sungguh menjadi sang
Baca selengkapnya
46. Pembuktian
Selepas Pak Rudi pergi, Om Juna yang memang masih mendekap ku dengan begitu erat. Ia langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku."Ada apa sih dengan Pak Lurah? Sepertinya ada yang punya dendam pribadi nih dengan beliau. Tapi itu bukan karena istriku ini gagal menikah sama anak lelakinya, bukan?" tanyanya kemudian dengan nafas yang bertiup jelas di telingaku ini."Ih, itu sama sekali tidak ada hubungannya," jawabku sedikit kesal dengan pertanyaanya."Ya maaf, jangan emosi gitu dong. Kayak kurang sentuhan aja," Om Juna sengaja menyenggol bahuku dengan bahunya."Aduh, apa'an sih?" jawabku dengan mulut semakin cemberut."Sudah, sudah. Jangan marah lagi, nanti cantiknya naik seratus persen loh. Kalau begitu, kamu bisa kan percaya sama saya. Kalau kamu nggak mau cerita, saya juga nggak bisa tahu ada masalah apa di antara kalian. Apakah kamu dan juga mendiang orangtua kamu masih memiliki masalah yang belum tuntas dengan Pak Lurah?" tanya Om Juna yang mulai terlihat penasaran."Sebenarnya masala
Baca selengkapnya
47. Mata yang Ternoda
Menjelang petang akhirnya sampai juga kami di rumah. Aku langsung saja membersihkan diri setelah seharian ini beraktivitas. Air di daerah pegunungan yang memang masih segar membuat kesegaran tubuhku kembali lagi.Dari teras rumah ini, kuhela nafas panjang sembari memejamkan mata yang sudah beberapa waktu ini terlalu lelah dengan air matanya. Ku dengar alunan suara jangkrik bersahutan, di sela adzan Maghrib yang tengah berkumandang."Sudah Maghrib, Ra. Nggak baik terus berdiri di depan seperti itu, ayo masuk," ajak Mas Juna. Suara Mas Juna yang begitu khas dan berat itu kembali membuyarkan ketenangan ku.Sejak saat statusku sudah sah menjadi istri dari Arjuna, hal yang paling ku takuti saat ini adalah 'malam'. Ya, malam hari. Sebab pada saat malam hari seperti inilah aku selalu merasa terperangkap bersama lelaki yang saat ini sudah sah menjadi suamiku itu. Aku selalu merasa grogi saat kami harus berdua di dalam satu kamar dan satu ranjang yang sama pula.Setelah masuk ke dalam rumah, ak
Baca selengkapnya
48. Salah Lawan
"Maaf sekali ...""Iya, tidak akan lama lagi, nanti saya pasti akan datang, sabar ya ..."Di halaman rumah Kinara, Arjuna sedang berdiri dengan sebelah tangan bersandar di atas kap depan mobil. Kenara sendiri hanya dapat melihatnya dari jauh, saat raut wajah itu nampak sangat khawatir. Hingga akhirnya Kinara melihat laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya tersebut melipat kening dan memijat mijatnya dengan kedua jarinya.Kinara mulai melambatkan langkah kakinya begitu melihat suaminya sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Ia hanya berpikir jika gelagat suaminya ini begitu aneh.'kenapa juga hanya untuk sekedar mengangkat telepon saja harus keluar rumah?' tanyanya dalam hati.Arjuna yang menyadari akan kehadiran Nara yang berjalan di belakangnya, secara tiba-tiba saja mengakhiri obrolan dan segera memutuskan sambungan teleponnya. Laki-laki yang saat ini hanya mengenakan celana pendek dan juga kaos oblong itu terlihat agak salah tingkah saat melihat Nara su
Baca selengkapnya
49. Sedikit Perlawanan
"Oh, ya baiklah. Kamu akan tahu sedang berhadapan dengan siapa nantinya. Ayo semuanya, kita pergi!" ajak Pak Rudi kepada tim-nya.Setelah sedikit pertikaian dengan Arjuna selesai. Pak Rudi pun langsung pergi bersama rekan-rekan satu tim nya meninggalkan area pembangunan resort."Lah dalah,ternyata memang beneran sakti sampeyan, Mas. Baru juga ngomong sedikit, mereka sudah langsung lari kocar kacir. Memang orang-orang seperti mereka itu tidak bisa didiamkan begitu saja, Mas.Aditya hanya memberikan sebuah senyum masam saat menanggapi ucapan Agus, salah satu anak buah yang telah menjadi kepercayaannya. Pak Lurah dan juga rombongannya yang baru saja pergi, tentunya sudah membawa serta kemarahan serta dendam pribadi kepada Arjuna."Kamu jangan senang dulu, Gus. Justru setelah ini kita harus lebih berhati-hati dan juga lebih harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Saya sangat yakin kalau orang-orang seperti mereka itu tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan," ujar Ar
Baca selengkapnya
50. Deva Terkejut
Pak Rudi masih tetap duduk di sofa. Ia sedang mencoba untuk menyandarkan punggungnya yang terasa lelah di sana. Kemudian, Pak Rudi memejamkan matanya sambil bergumam, "Tunggu pembalasanku, dasar sok jagoan!""Memangnya apa sih, Pak, yang sudah dilakukan oleh suaminya Kinara itu? Sepertinya hal itu membuat Bapak terlihat begitu marah," tanya Bu Ratna yang merasa penasaran."Ya coba bayangin aja, Bu. Gimana Bapak ndak kesel. Si suaminya Nara itu berani bentak Bapak, bahkan juga berani mengancam Bapak loh, Bu." Pak Rudi bersikap persis seperti anak TK yang sedang mengadu kepada neneknya.Ia bercerita seolah-olah ia sekarang sedang menjadi korban kekerasan. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah saat ini, laki-laki itu sedang merasa malu. Itu karena nyalinya yang langsung ciut hanya karena gertakan orang yang dianggapnya sebagai anak kemarin sore.Pak Rudi pun langsung menceritakan kejadian yang tadi di alaminya di proyek. Tentu saja dengan sedikit bumbu yang sudah dirubah di dalamnya. Ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status