Semua Bab Takdir Yang Membawamu: Bab 51 - Bab 60
94 Bab
51. Serba Salah
"DUG DUG DUG DUG"Saat melihat kedatangan suaminya, bukannya membuat hati ini merasa senang, tapi malah bikin aku terasa jantungan. Jantungku ini berdebar semakin cepat. Aku sama sekali tidak ingin melihat adanya keributan antara dua lelaki hanya gara-gara diriku. Aku benar-benar tidak ingin jika hal itu sampai terjadi.Aku pun langsung melirik geram pada Deva yang tak kunjung beranjak dari tempat ini padahal sudah disuruh pergi. Deva hanya berdiri dengan sikap menantang dan juga tatapan mata yang nyalang menanti hingga Mas juna datang dan menghampirinya.Mas Juna yang baru saja keluar dari dalam mobil sepertinya langsung bisa menangkap kalau ada sesuatu yang tidak beres. Aku melihatnya yang berjalan dengan tenang dan tetap penuh wibawa. Sudah bisa dipastikan jika Mas Juna sangatlah tidak menyukai kehadiran Deva di rumah ini. Apalagi ia juga tahu jika Deva ini adalah mantan tunangan ku.Detak jantungku berdetak menjadi tidak karuan. Wajahku langsung berubah pias. Seluruh tubuhku menja
Baca selengkapnya
52. Sebuah Kejutan
Setelah setengah jam kemudian, aku yang baru saja selesai berganti pakaian usai mandi dikejutkan oleh suara ketukan di pintu."Tok tok tok" kudengar suara pintu itu masih terus saja di ketuk. Dan aku yakin sekali jika yang datang kali ini adalah Mas Juna. Aku memang dengan sengaja mengunci pintu rumah tadi agar ada interaksi dan juga komunikasi lagi di antara kami nantinya.Aku kemudian berjalan keluar dan membukakan pintu untuknya."Assalamualaikum," ucap Mas Juna sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah."Wa'alaikumsalam," jawabku dengan masih memperhatikan nya yang masuk ke dalam rumah tanpa sedikitpun melirik ke arahku."Mas mau langsung makan?" tanyaku kemudian."Nanti saja, belum lapar.""Tadi Mas udah makan di luar?""Enggak."Aku pun langsung terdiam seketika. Tidak ingin lagi membuka mulutku untuk berbicara."Fix, dia nggak mau makan masakanku," batinku dengan kesal.Akhirnya aku pun membiarkannya berada di dalam kamar sendirian. Sementara aku lebih memilih untuk masu
Baca selengkapnya
53. Biang Kerok
Pada pagi hari itu, aku dan juga Reni pergi ke pasar bersama. Reni ingin membeli beberapa sayur yang diminta oleh ibunya. Sedang aku sendiri ingin membeli ayam di tempat Mas Jaman, tempat langganan biasa aku membeli ayam potong saat masih bersama dengan Ibu dulu.Reni berkelakar dengan begitu kerasnya saat kami sedang berjalan menuju ke lapak ayam. Tentu saja hal itu akan membuatku sangat malu jika nanti ada yang mendengar ocehannya.."Mas Jaman, ayamnya satu kilo ya," aku menyapa pada Mas Jaman."Ealah, kamu Ra. Sudah lama sekali nggak kelihatan." Balas Mas Jaman, si penjual ayam potong dengan senyum ramahnya padaku dan juga Reni."Nggih, Mas. Karena kemarin masih dalam suasana berduka. Ibu saya meninggal du ..." Ada sebuah rasa yang berdenyut nyeri di dalam dada ini. Rasa itu akan selalu hadir setiap kali aku bercerita dan mengingat kepergian ibu dengan cara yang sangat tragis."Iya. Ibumu mati ketabrak mobil, toh? Saya juga sudah tahu dari orang-orang."Aku menoleh dengan keterkejut
Baca selengkapnya
54. Dikira Ngidam
"Loh kok bisa gitu sih, Ren? Aku tu masih inget loh, kayaknya dulu memang pas kamu masih kerja di kota, kamu pernah bilang sama aku kalau kamu lagi deket sama seorang cowok. Kamu sendiri kan yang bilang kalau cowok itu adalah salah satu pelayan restoran yang cukup tampan?""Ingat?" tanyaku."Oh si Danang? Iya sih, Run. Masih ingat aja kamu ternyata. Iya, itu kan dulu. Aku pernah sangat mencintainya sederas air hujan, tapi dia malah lebih memilih kesamber petir. Gimana dong, Ra. Tingkah lakunya itu loh, makin kesini makin kesana. Daripada selalu bikin mentalku terombang ambing bagaikan kapal yang sedang berlayar di lautan. Ya sudah aku putusin aja dia daripada harus capek mikirnya, bikin pusing," jawabnya."Pinter! Emang harus begitu, Ren. Kalau bisa kita itu jangan suka bergantung sama yang namanya lelaki, Ren. Semangat ya! Kamu harus bisa cari yang baru, jangan sampe kamu gagal move on dari lelaki sebodoh itu. Sampai bisa kehilangan gadis cantik macam kamu ini, Ren," ucapku sembari m
Baca selengkapnya
55. Sebuah Petunjuk
"Kreett" setelah aku membuka pintu depan. Ternyata yang datang adalah ...Yang datang adalah Pak Bayu. Beliau ini merupakan salah satu tetanggaku yang pada saat itu ikut datang memberitahukan bahwa Ibu menjadi korban tabrak lari.Aku terkejut melihat Pak Bayu datang ke rumah siang-siang begini."Assalamualaikum, Ra," ucapan salam terdengar dari Pak Bayu."Wa'alaikumsalam, Pak," jawabku dengan sedikit ragu. Aku masih menelisik wajah Pak Bayu. Sebab tak mungkin rasanya bila Pak Bayu tiba-tiba saja datang ke rumah tanpa tujuan."Begini, Ra. Maaf jika kedatangan saya sudah mengganggu. Ini, saya cuma mau mengantarkan ini. Mungkin barang ini milik Bu Wati yang tidak sengaja terjatuh."Pak Bayu lantas mengulurkan tangannya untuk memberikan benda tersebut padaku."Ini, Ra. Kalung ini saya temukan di lokasi ditemukannya Bu Wati pada saat peristiwa nahas itu terjadi. Sebenarnya sudah dari kemarin saya mau datang kesini. Tapi maaf, karena saya belum sempat, dan batu sekarang saya bisa datang. Sa
Baca selengkapnya
56. Rasanya Manis
"Mas ..."Aku mulai melangkah mendekat ke arah kamar mandi. Aku merasa curiga karena Mas Juna sudah berpamitan mandi sedari tadi, tapi sama sekali belum terdengar suara air dari dalam sana."Sudah dulu ya. Nanti disambung lagi." Aku sempat mendengar Mas Juna sedang berbisik-bisik dari dalam sana. Tapi dengan siapa?"Mas, ini teh nya taruh mana?" tanyaku dari depan pintu kamar mandi yang masih sedikit terbuka."Tolong ditaruh di meja dulu. Terimakasih ya, sayang," jawabnya."Mas sudah mandi apa belum?" Aku mencoba bertanya kembali padanya."Belum, Sayang. Ini baru mau mandi. Kalau mau ikut?" tanyanya genit."Nggak lah." Aku menjawab dari luar dengan mengulum senyum wajahku mulai memanas. Setelah itu, aku buru-buru pergi ke dapur lagi untuk meletakkan teh yang baru saja selesai kubuat.Tak lama kemudian Mas Juna sudah selesai dengan acara mandinya. Ia menyusulku ke dapur dengan membawa segelas teh yang tadi kuletakkan di meja."Ra," panggilnya."Hem""Besok hari Minggu kita berdua harus
Baca selengkapnya
57. Berboncengan
"Piyik piyik piyik"Suara anak-anak ayam mulai berkeciap di bawah jendela di samping rumah.Udara pagi mulai menembus melalu ventilasi ventilasi jendela. Kubuka kedua mata ini saat mendengar suara adzan berkumandang. Aku langsung bangun dan mulai berjalan ke dapur. Meskipun aku sedang kedapatan tamu bulanan, itu tidak membuatku lantas malas untuk bangun awal.Kucari bahan sayuran yang akan ku masak untuk pagi hari ini. Hingga sebuah rengkuhan tangan kekar Mas Juna mulai mendekatiku dari belakang."Zreeet!" Aku merasakan dekapannya begitu halus, dan hangat. Entah kenapa aku mulai menikmati kemesraan demi kemesraan yang selalu ia berikan."Mas, lepasin dulu. Lagi masak ini loh," ucapku dengan berusaha melepaskan dekapannya. Setelah kedua tangan itu terlepas, aku berbalik dan mendapati hidungnya sudah menempel pada hidungku."Selamat pagi, istriku," sapanya yang sungguh bisa membuatku begitu malu."Kenapa nggak bangunin saya?" tanyanya."Cks, kalau cuma masak ya nggak usah bangunin, Mas,
Baca selengkapnya
58. Kemantapan Hati
Mas Juna sama tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Sementara aku, masih sibuk berusaha untuk meredakan debaran jantungku yang terus menerus ingin meledak keluar dari tempatnya.Sekarang ini tubuhku masih menempel ke punggungnya, dan tanganku sudah melingkar sempurna di perutnya. Dirinya terus saja melajukan kendaraan roda dua ini dengan perlahan-lahan dan sangat berhati-hati. Hingga sesampainya di persimpangan jalan, Mas Juna membelokkan motornya ke kiri.Aku yang sedari tadi terus saja hanyut dalam pikiranku sendiri, baru tersadar jika jalan yang sekarang ini diambil oleh Mas Juna adalah jalan berbelok menuju ke rumah Pak Lurah."Eh, Mas. Ngapain belok ke sini?" tanyaku."Jalan-jalan nya ketempat lain aja yuk," ajakku dengan perasaan yang masih campur aduk. Hatiku in selalu merasa was-was dengan hal-hal yang bersangkutan dengan Bu Ratna dan juga keluarganya."Emangnya kenapa, sih?" tanyanya yang sekarang ini melirikku lewat kaca spion."Jangan bilang kalau rumah mantan kamu ada
Baca selengkapnya
59. Berziarah
PLAK!!Apa nanti malam nanti malam? Nanti malam Mas Juna mau tidur di luar?"Ha ha ha," tawanya kembali ku dengar. Membuat rasa gelisah yang tadi sempat hinggap kini mulai pudar dan berganti kenyamanan yang diberikan olehnya.---Malam harinya sebelum beranjak naik ke ranjang, aku masih terus berdiri di hadapan cermin yang tertempel di almari pakaianku. Aku masih menatap ragu pada kalung yang saat ini masih berada di dalam genggaman tanganku ini.Ku pindai sekali lagi, ku putar-putar kalung bertahtakan liontin lope lope ini berulang-ulang di hadapanku."Apakah aku bisa untuk memakainya?" tanyaku dalam hati.Hingga tanpa kusadari bahwa di ambang pintu kamar sudah ada sepasang mata yang memperhatikanku sejak tadi dengan raut wajah penuh iba. Aku melihatnya dari cermin yang terpampang jelas di depanku.Mas Juna akhirnya mendekat ke arahku dan memutar tubuhku ini hingga berhadapan dengannya. Ia lantas mengambil kalung yang saat ini berada di tanganku. Ia memutari tubuhku dan tanpa ijin la
Baca selengkapnya
60. Tragedi
Arjuna, lelaki itu kemudian menangkupkan kedua tangannya di wajahku. Dengan ibu jarinya, ia menghapus lelehan air mata ini dengan lembut. Lalu, ia mengajakku untuk pulang.Aku mengikuti langkahnya sampai di tempat aku memarkirkan motor yang disampingnya sudah terdapat mobil mercy merah mengkilat milik Aditya."Jangan langsung pulang, ya. Aku mau ajak kamu dulu ke suatu tempat," ajaknya.Kami berdua akhirnya berjalan beriringan. Aku mengendarai motorku tak berjarak jauh di belakang mobilnya. Dan benar saja, bukan jalan menuju ke rumah yang dia ambil saat ini. Melainkan menuju ke rumah sewa yang beberapa waktu yang lalu sempat ditempati olehnya. Aku pun menghentikan motor matic ku di sana beberapa saat setelah Mas Juna juga berhenti."Kenapa kita malah kemari, Mas?" tanyaku padanya.Aku turun dan menatap takjub pada rumah yang ada di depanku sekarang ini. Sebuah rumah permanen yang terlihat begitu luas dengan halaman yang cukup luas juga menurutku. Rumah ini bahkan jauh lebih luas dan l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status