Semua Bab Istri Muda Kesayangan Paman CEO: Bab 11 - Bab 20
122 Bab
Bab 11. Kasur Baru
"Aku tidak mau, ranjangku masih bagus."Adipati mengernyitkan dahi. Apa wanita itu tidak merasa sakit setiap bangun tidur? Sedangkan dirinya selalu merasa sakit dan tidak nyenyak karena kasur yang keras.Adipati tidak menghiraukan Sarah yang menolak permintaannya.Pria itu berkeliling mencari barang yang dia inginkan. Ia terlihat sedang melihat dan mempertimbangan mana ranjanh yang akan dia ambil."Aku beli yang ini," Adipati menunjuk kasur dengan ukuran king untuk mengganti kasur keras di kamar Sarah.Adipati ingin merasa nyaman saat ia menginap dirumah Sarah. Selain itu, ia memutuskan untuk membeli sofa, lemari es, lemari pakaian dan banyak perabotan rumah lainnya."Paman, kau tidak perlu membeli semua itu.""Aku membeli dengan uangku, mengapa kau melarangku?"Sarah meneguk salivanya, memang benar perkataan pria itu. Namun, untuk apa membeli semua itu, jika dia saja tidak tinggal di rumahnya.Akhirnya Sarah membiarkan suaminya melakukan semaunya. Lagi pula ia tak dirugikan apapun."
Baca selengkapnya
Bab 12. Perasaan Yang Aneh
"Dasar orang tua mesum!" Sarah mendengus kesal. Menatap Adipati dengan mata menyalang.Adipati menyeringai. "Aku tahu, kau juga menikmatinya, bukan?"Sarah memalingkan muka, tidak menjawab pertanyaan Adipati. Ia mulai kesal dengan dirinya sendiri, ia memang ikut menikmati, namun ia tentu tak sudi mengakuinya. Baginya melakukan itu hanyalah kewajibannya. Namun ia tetap mengukuhkan cinta di hatinya untuk Arjuna tercintanya."Apa kita akan melakukannya lagi di kamar mandi?"Sarah tidak menjawab. Adipati yang merasa gemas dengan wanita susah diatur itu lantas menggigit dagu Sarah, bercanda.Seketika Sarah melemparkan lirikan mautnya pada Adipati. Ia tak suka pria itu terus menggodanya.Adipati menyeringai sombong."Pakailah baju dinasmu yang sudah kubelikan. Jangan melawan perintah suamimu."Sarah lantas pergi meninggalkan Adipati. Jantungnya berdegup sangat cepat. Pria tua itu sangat membuatnya
Baca selengkapnya
Bab 13. Kesepian
"Anna, aku akan segera pulang. Tunggulah dirumah orang tuamu, aku akan langsung menjemputmu kesana.""Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Aku juga membawa mobil sendiri."Adipati mengalah tidak ingin berdebat. Ia sangat paham dengan sifat keras kepala sang istri. "Tuut." Anna mematikan panggilan teleponnya sepihak. Jika Anna berkata tidak, maka sebaiknya tidak usah repot-repot melakukannya. Atau itu akan menjadi sia-sia dan berbuntut perkelahian panjang."Ekhem. Apa kau akan terus melamun dengan tubuh polosmu itu, Paman?" suara Sarah membuyarkan lamunan.Sarah meneguk salivanya saat melihat sang suami yang belum juga mengenakan pakaian. Terlihat jelas aset milik suaminya yang masih terlihat mengeras, menyambut pagi."Aku sebenarnya lebih suka seperti ini saat bersamamu, tapi aku takut kau akan semakin menginginkanku. Jadi aku akan mandi sekarang."Adipati beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Ia menyeringai, meledek Sarah."Huh, apa Paman bilang? Aku menginginkannya? Itu tidak m
Baca selengkapnya
Bab 14. Cemburu
Setibanya di rumah sang mertua, Adipati mengedarkan pandangan ke seluruh sudut garasi. Namun ia tak menemukan mobil istrinya yang terparkir di sana."Kemana dia?" batin Adipati.Adipati beranjak masuk ke dalam rumah sang mertua. Saat membuka pintu, tampak kedua mertuanya sedang duduk di sofa ruang tamu."Selamat malam. Ayah, Ibu." sapanya pada mereka.Mereka tampak terkejut atas kedatangan sang menantu. "Kenapa kau tiba-tiba datang tanpa memberitahu kami? Jika kami tahu kau akan datang, kami pasti menyiapkan hidangan istimewa untukmu.""Aku tidak ingin merepotkan kalian. Aku hanya ingin menjemput istriku. Tapi, kenapa aku tidak melihat mobilnya di garasi?"Andre-sang ayah mertua langsung berdiri, "Anna ada di kamarnya. Tadi dia sempat pergi bersama temannya. Lalu, mobilnya mogok dan perlu di service. Tenang saja, Ayah sudah menyuruh orang untuk mengurusnya.""Begitu rupanya. Terima kasih, Ayah. Seharusnya akulah yang melakukannya."Andre melempar senyum. "Tidak usah dipikirkan. Aku jug
Baca selengkapnya
Bab 15. Cinta Yang Panas 21+
"Anna, Ibu akan masuk." Gresta membuka pintu kamar sang anak. Terlihat Anna masih berdiri mematung di dekat jendela. Ia hanya menoleh ke belakang, menatap sang ibu sebentar lalu kembali menatap luar jendela. Anna sama sekali tidak mengatakan apapun pada Gresta. Perlahan Gresta menghampirinya. "Sayang, kenapa kau sangat keras kepala? Kasihan Adipati. Dia tampak sangat sedih dan putus asa."Anna menghela nafasnya. "Mengapa ibu kasihan padanya, dan tidak kasihan padaku, putri ibu sendiri?"Gresta tersenyum. Ia tahu putrinya sedang butuh dibujuk dan dirayu terus menerus. Itulah wanita, ia mungkin telah memaafkan, namun ia hanya ingin dibujuk agar merasa benar-benar dicintai."Tentu saja saat ini Ibu juga marah pada suamimu. Tapi, wanita berkelas di level kita tidak akan meributkan hal kecil yang tidak bermanfaat, bukan?"Kedua mata mereka saling menatap. Merasa perkataan ibunya ada benarnya. "Kau itu wanita sempurna, Anna. Banyak pria kaya lainnya yang lebih dari Adipati ingin meminang
Baca selengkapnya
Bab 16. Karyawan Baru
"Apa yang bisa kau berikan pada perusahaan?" tanya Adipati mendadak.Perekrutan karyawan Dharmawangsa group sebenarnya sangat ketat. Namun untuk posisi urgent yang telah kosong itu, Adipati tak dapat ikut serta dalam proses perekrutan, karena urusan pribadinya. Ia menyerahkan urusan itu sepenuhnya pada divisi HR dan sekretarisnya."Saya akan memberikan kontribusi yang terbaik dengan skill dan energi yang saya miliki untuk Anda dan Dharmawangsa group."Adipati tampak tersenyum. Itu adalah jawaban yang biasa baginya. Banyak bawahannya yang sering berusaha menjilatnya dengan kalimat manis tersebut. Namun ia percaya, ada sesuatu dalam diri Arjuna yang menarik perhatiannya."Clara, keluarlah. Aku ingin berbicara empat mata dengannya."Clara sang sekretaris menatap Arjuna sejenak, lalu kembali menatap sang CEO lantas berpamit keluar ruangan."Duduklah," perintah Adipati mempersilahkan."Terima kasih, Tuan."Segera, Ar
Baca selengkapnya
Bab 17. Kota Impian
Mereka sedang duduk berdua di sebuah bukit, melihat hamparan rumput hijau dari sana."Sarah, kau tahu? aku punya sebuah mimpi. Aku ingin hidup bersama seseorang yang aku cintai. Memiliki dua orang anak, dan hidup dengan damai hingga akhir hayatku." ujarnya tiba-tiba. Membuat sarah tersenyum, merona. "Kalau kau, apa mimpimu?" tanya Arjuna penasaran."Mimpiku?" Beo Sarah. "Aku ingin tinggal di kota yang indah. Semuanya serba ada di sekitarku. Tidak ada huru hara. Hanya ada kenyamanan di sana. Semua yang tinggal di sana sejahtera dan bahagia dengan hidupnya.""Apakah itu kota impianmu yang ingin kau tinggali bersama seseorang?"Sarah mengangguk, "Ya, itulah kota impianku. Maukah kau tinggal disana bersamaku?" tanya Sarah polos, membuat Arjuna yang masih berusia tujuh belas tahun saat itu, tergugup.Drrrt!Getar ponsel Arjuna mengejutkannya. "Arjuna, Tuan Adipati ingin bertemu denganmu nanti sore. Apa kau sudah ada bahan un
Baca selengkapnya
Bab 18. Kabar Bahagia
"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" panik Arjuna."Ya, aku baik-baik saja. Lanjutkan saja."Perayaan keberhasilan itu berjalan dengan meriah. Dikesempatan itu, Arjuna berhasil memiliki banyak relasi yang merupakan orang-orang hebat. Disisi lain, Layla mengetuk pintu kamar putrinya. Tidak seperti biasanya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh menjelang siang, namun ia tak melihat Sarah keluar dari kamarnya.Tok tok tok. "Sarah, apa kamu belum bangun? Ini sudah siang." Di dalam, Sarah sedang terbaring lemas. Sudah lebih dari dua kali dia bolak balik kamar mandi. Perutnya terasa mual, kepalanya sangat pusing. Setiap ia memuntahkan isi perutnya, tidak ada yang keluar. Mengingat pagi tadi dia pun belum sarapan.Mendengar suara sang ibu, Sarah berusaha bangkit sekuat tenaga. Ia melangkah lemah. Membuka pintu kamarnya. "Kenapa wajahmu pucat sekali?" Panik Layla. "Apa kau sedang sakit?""Aku tidak tahu, Bu. Tubuhku sangat lemas, perutku terasa mual. Mungkin aku mengidap maag akut."Layl
Baca selengkapnya
Bab 19. Janji
"Baiklah, selesaikan urusanmu disana. Aku tidak akan mengganggu.""Tuut." Anna menutup panggilannya. Adipati menggigit bibir bawahnya. Sepertinya kali ini Anna tidak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Adipati tidak suka merumitkan pikirannya. Ia lantas masuk kembali ke dalam kamar untuk menemani sang istri.Adipati yang lelah dengan rutinitasnya turut merebahkan badannya di samping sang istri. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Sarah yang terekspos tanpa sadar. "Sepertinya, aku benar-benar mulai mencintaimu, istriku." lirih Adipati yang tak terdengar oleh Sarah.Adipati lalu terlelap sembari memeluk sang istri. Matahari pagi yang hangat menyapa melalui celah jendela. Sarah mengerjapkan mata, berusaha membuka matanya. Sarah melirik arah perutnya, terlihat tangan kekar yang melingkar memeluknya. Sontak Sarah menoleh ke belakangnya. "Paman?" lirihnya terkejut.Perlahan Sarah berusaha memindahkan tangan suaminya. Saat hampir terlepas, Adipati kembali melingkarkan tangannya
Baca selengkapnya
Bab 20. Tidak Sengaja
"Apa kau akan pulang, Paman?" tanya Sarah pada pria yang berdiri di depan cermin. Suaminya itu tengah mengenakan jasnya, ia akan kembali ke kota dan langsung menuju kantornya.Adipati menoleh ke arah Sarah. Ditatapnya istri cantiknya yang masih berbalut selimut, tengah duduk dengan wajah yang malas."Apa kau ingin aku tetap tinggal?" tanyanya balik."Bu-bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin tahu saja. Kau jangan salah paham, Paman."Sarah beranjak dari bibir ranjangnya mendengus kesal, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai mandi, Sarah sudah tidak menemukan sang suami di kamar. 'Dia pergi tanpa pamit padaku,' Sarah membatin.Ada rasa kesal dalam hatinya. Ketika pria itu pergi begitu saja. "Seharusnya dia menungguku sebentar. Ck, kenapa aku jadi memikirkannya? Haish." Sarah yang sudah berganti baju dan berhias tampak sangat cantik dan manis dalam satu waktu. Ia keluar kamar untuk menghirup udara pagi hari yang segar."Kau sudah selesai?"Tiba-tiba langkahnya terhent
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status