Lahat ng Kabanata ng Suamiku Bocil Tajir: Kabanata 61 - Kabanata 70
141 Kabanata
Permintaan Terlarang
"Kalau memang solusinya semudah itu, sudah sejak berhari-hari lalu masalah ini selesai," sahut Elang berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di baliknya. Pria itu membuka laptop dan kembali fokus pada pekerjaannya."Memang apa lagi yang mereka mau? Kompensasi yang kita berikan kurang besar?" tanya Andini berang. kedua lubang hidungnya kembang kempis."Semua uang bela sungkawa dari perusahaan mereka kembalikan utuh. Mereka tidak menginginkan materi. Mengajukan gugatan ke pengadilan jelas membutuhkan biaya besar, melihat gigihnya usaha keluarga almarhum, yang mereka inginkan bukan uang tapi kebenaran. Dan itu juga yang aku harapkan sekarang!""Kebenaran, kebenaran konyol apa yang kalian maksud? Apa mereka kira, suaminya sengaja dibunuh? Atau ada konspirasi, begitu!""Bisa jadi. Kemungkinan itu tidak boleh diabaikan," sahut Elang acuh.Andini mendengkus. "Mereka hanya berhalusinasi. Memangnya mereka pikir siapa mereka? Apa untungnya menyingkirkan buruh rendahan? Hanya membuat nama perusa
Magbasa pa
Kebohongan
"Ternyata kamu di sini, aku mencarimu kemana-mana," bisik Elang membuat Atika hampir menjatuhkan spatula di tangannya, jangan lupakan kedua lengan kekar Elang yang kini melingkari pinggangnya, mengakibatkan deru nafas Atika memberat."Nanti ada yang melihat, hentikan, Lang," ucap Atika balas berbisik saat pria itu mulai membaui rambut Atika."Kalau begitu, kita kembali ke kamar. Ini hari minggu, aku hanya ingin berduaan seharian di kamar denganmu."Elang meraih simpul apron di punggung Atika, berniat melepasnya, namun dengan cepat Atika berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke konter dapur, menjaga jarak aman diantara mereka. Seketika lutut Atika melemas melihat wajah Elang. Di bawah penerangan lampu dapur, Atika dapat lebih jelas melihat kalau kini Elang nampak lebih cepat menua dari sebelumnya. Beban pekerjaan yang diemban suaminya memiliki dampak yang sangat besar bagi pria itu. Lingkar hitam di sekitar matanya, gurat-gurat halus di kening Elang semua itu tidak pernah Atika lihat sebe
Magbasa pa
Dancing Away in My Heart
Pagi itu, Atika kembali kehilangan uang sakunya karena Cindy. Tidak peduli berapa kali Atika memindahkan tempat persembunyian uang sakunya, bocah yang baru menginjak bangku SD itu selalu bisa menemukannya. Hal terburuk adalah, Burhan, ayahnya Atika memberikan jatah uang saku per bulan dan hari ini baru memasuki tanggal sepuluh, itu artinya selama dua puluh hari ke depan, Atika terpaksa kembali menahan lapar selama di sekolah. Jangan harapkan Atika bisa membawa bekal nasi ke sekolah, Anyelir telah menetapkan bahwa Atika hanya boleh makan satu kali dalam sehari. Jika Atika ingin membawa bekal makan ke sekolah, berarti Atika harus siap untuk tidak makan sepulang sekolah."Gak ada cara lain, aku harus bisa cari uang sendiri!" gumam Atika sambil berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Pandangan gadis itu lalu perlahan menyapu lingkungan sekitar sekolah. Ada banyak penjual makanan ringan di sekolah, beberapa rumah juga membuka lahan pekarangan mereka menjadi tempat usaha. Atika memutar
Magbasa pa
Obsesi Daffa
"Ini untukmu!"Sebuah bungkusan plastik mendarat di atas pangkuan Atika. Gadis itu mengangkat pandangannya dan melihat Daffa yang sedang menggeret bangku kosong ke dekat Atika dan mendudukinya."Apa ini?""Buka saja. Kemarin kamu bilang ingin lepas dari kebangkrutan. Aku gak punya banyak uang, tapi aku bisa bantu kamu menjual kemampuanmu."Atika mengerutkan dahi tak memahami penjelasan Daffa. Setelah hampir satu minggu mengacuhkannya, pria ini tiba-tiba datang dan mengungkit permintaan memalukan yang sempat Atika katakan dulu."Alah, kelamaan!" dengus Daffa lalu beranjak membuka bungkusan itu sendiri dan menaruhnya ke atas meja di depan Atika.Satu set cat minyak merk premium, beberapa tote bag serta pouch berbahan kanvas dan alat lukis lainnya kini berserakan di atas meja Atika. Semuanya masih tersegel, artinya perlengkapan melukis itu masih baru. Atika tahu benar berapa harga barang-barang ini, kalau dijumlahkan bisa setara dengan harga sepatu kets terbaru."Kamu beli ini?""Aku gak
Magbasa pa
Saksi Kunci
"Nara, lihat siapa yang datang!" Daffa berseru riang setelah menggeser pintu kamar rawat hingga terbuka. Atika melongokkan kepala ke dalam, di atas tempat tidur seorang anak perempuan berusia kurang lebih delapan tahun terbaring lemah dengan selang infus yang menggantung dari pergelangan tangannya. Nara, anak itu tersenyum ceria menyambut Daffa. "Berikan buket itu padanya, Nara sangat suka bunga," bisik Daffa pada Atika. "Krisan! Makasih Om, Tante cantik banget, mirip Gwiyomi. Gwiyomi punya kebun bunga Krisan juga! " Atika bergantian menatap Daffa dan Nara tak mengerti. Belum juga Atika mendapatkan jawaban bukti apa yang akan ia dapatkan di rumah sakit ini, sekarang Atika harus memahami perkataan absurd bocah ingusan di depannya. "Gwiyomi karakter kartun yang Nara suka, menurut Nara kamu mirip Gwiyomi." Daffa menjelaskan dengan sabar, senyum tak pernah lepas dari wajahnya saat menyebutkan nama Nara. "Ah, begitu. Maaf aku gak tahu. Tapi kalau Nara suka, pasti Gwiyomi memang canti
Magbasa pa
Harapan
Bangsal anak-anak masih ramai ketika Atika melangkahkan kaki keluar dari dalam lift dan berjalan menuju kamar rawat yang dua minggu terakhir ini selalu ia kunjungi. Beberapa perawat dan tenaga medis bahkan menyapa Atika ramah ketika berpapasan dengannya. Atika mengulum senyum, rumah sakit ini sudah jadi rumah keduanya.Di tangannya, ia kini menjinjing sebuah tas belanja berisi boneka Gwiyomi edisi terbatas. Atika bahkan terpaksa menunggu sepuluh hari untuk mendapatkan boneka kucing dengan kostum bunga mawar berwarna hitam ini meluncur di rumahnya. Dalam benaknya, Atika sudah membayangkan wajah sumringah Nara ketika menerima hadiah darinya."Nara, lihat Tante Tika bawa apa?" seru Atika melongokkan kepala ke dalam kamar rawat Nara yang terbuka separuh.Perut Atika mencelos, kamar rawat itu kosong tidak berpenghuni. Tempat tidur yang kemarin masih ditempati Nara, sekarang bersih dengan selimut yang terlipat rapi di ujung kaki tempat tidur. Tumpukan buku cerita pemberian Atika yang biasa
Magbasa pa
Kapal tanpa Nahkoda
"Berhenti melakukan hal yang sia-sia. Sampai kapanpun video itu tidak akan pernah aku berikan." Arini menunduk menatap ujung kakinya malu. "Sebelum mengundurkan diri, Leanna menghancurkan semua hasil rekaman videonya termasuk video hari dimana dia sengaja keracunan. Jadi, semua usahamu akan percuma. Meski aku mau, aku tidak mungkin membantumu.""Aku tulus ingin membawa Nara jalan-jalan," ucap Atika sambil menepuk halus punggung tangan gadis kecil di sampingnya. "Ada atau gak ada video itu, aku ingin kalian menikmati waktu yang lebih menyenangkan selama beberapa saat. Aku yakin, Nara juga sudah bosan terus berada di ruang perawatan sepanjang hari."Arini akhirnya mengangkat wajahnya membuat Atika dapat melihat mata Arini yang memerah karena menahan air mata yang hampir tumpah. Atika sangat mengenal tatapan penuh penderitaan itu, tatapan yang dulu selalu diberikan bayangannya sendiri dari dalam cermin. Tatapan itu milik Atika Lidah Atika gatal ingin menanyakan apa sebab Arini memendam
Magbasa pa
Janji Atika
Sepuluh menit lebih telah berlalu semenjak ledakan impulsif yang menimpa Atika. Detik jarum jam serasa diperbesar menggunakan pengeras suara di telinga perempuan itu. Di bawah tatapan menusuk suaminya, nyali Atika menciut seketika. "Aku menunggu penjelasanmu," kata Elang memecah kesunyian di kamar rawat VVIP tempat Atika berbaring sekarang.Atika memilin ujung selimut, masih belum berani membalas langsung tatapan Elang."Aku gak tahu harus mulai darimana," cicit Atika. Lebih tepatnya, Atika berhati-hati agar tidak menyulut emosi Elang seandainya pria itu sudah tahu kalau proyek menyelamatkan perusahaan ini Atika lakukan bersama Daffa.Elang menghembuskan nafas kasar dan melonggarkan ikatan dasi yang melingkari lehernya. "Dua minggu terakhir ini, apa kamu benar-benar mengikuti kelas yoga bersama Hanny?"Atika menggeleng pelan, dagunya semakin menempel ke dada."Aku minta maaf sudah berbohong, aku sungguh ingin membantumu. Kalau aku menceritakan semua ini aku takut kamu akan melarangku,
Magbasa pa
Taman Belakang
"Aku bisa turun sendiri." Atika berucap pelan saat Elang tergesa-gesa turun dari dalam mobil dan membukakan pintu kursi penumpang untuknya.Elang menggeleng tegas sebagai jawaban. "Dokter bilang kondisimu belum pulih sempurna, demi kebaikan bersama aku akan memastikan kamu tetap aman!" Pria itu mengulurkan tangan kanannya meminta Atika menggunakannnya sebagai tumpuan."Berlebihan sekali, aku jadi merinding." Atika bergidik ngeri tapi tetap tak mampu menahan diri untuk tidak tersipu malu."Kenapa sepi? Kemana yang lain?" tanya Atika ketika mereka sudah memasuki ruang tamu. Biasanya beberapa asisten rumah tangga akan datang menyambut mereka di pintu masuk, tetapi kali ini rumah itu terlihat sepi, sunyi, bahkan angin pun seperti lupa untuk berhembus siang itu."Mereka di tempatnya masing-masing, seperti biasa." "Gak, ini aneh. Gak ada yang terjadi selama aku dirawat di rumah sakit, kan?""Sekarang kamu yang berlebihan, kamu hanya pergi dua hari. Tidak akan ada yang berubah hanya dalam b
Magbasa pa
Terbuka Seutuhnya
Pesta berlangsung hingga hampir tengah malam. Selain sajian makan malam mewah serta penampilan musik hidup dari beberapa artis kenamaan, Elang juga menyiapkan atraksi kembang api untuk Atika. "Terima kasih, telah menyiapkan pesta yang begitu indah," bisik Atika pada Elang yang sedang menutup tirai jendela kamar mereka setelah pesta berakhir. Hanny dan keluarganya serta Adrian, khusus malam ini menempati pavilliun khusus tamu di rumah itu."Tidak, aku yang berterima kasih. Pertama, untuk bukti rekaman video itu. Kedua dan yang paling penting adalah, karena telah memberiku Baby Ael." Elang berbalik dan berjongkok lalu mengecup perut Atika yang masih datar. "Dia adalah hartaku yang paling berharga."Atika diam tidak menjawab membuat Elang mendongak dan menatap heran istrinya. "Ada apa? Kamu sepertinya tidak begitu bahagia dengan berita ini." Elang beranjak bangun dan duduk di samping istrinya ketika Atika malah menghela nafas berat sebagai jawaban atas dugaannya."Bukan begitu," ucap At
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status