All Chapters of Cinta Yang Sesungguhnya: Chapter 41 - Chapter 50
78 Chapters
41. Kurang ajar, berani-beraninya anak kemarin sore mencoreng mukaku seperti ini.
“Apa kata Handoko?!” tanya Martina dengan kemarahan dan emosi yang sangat ketara di wajahnya. Ia merasa dirinya di permalukan dengan tindakan yang diambil oleh menantu yang menurut pandangannya kurang ajar dan tidak tahu diri itu. Harkat, martabat dan derajat nama baik Keluarga Sanjaya akan tercoreng begitu saja begitu jika berita menantu keluarga Sanjaya menggugat cerai ini mencuat dan menjadi konsumsi publik. “Sudah Ma, dia sampai di sini setengah jam lagi,” sahut Andre. Martina menggemertakkan giginya, “Benar-benar tidak tahu diri. Kurang ajar, berani-beraninya anak kemarin sore mencoreng mukaku seperti ini.” Andre hanya bisa diam, ia sangat mengerti dengan sifat dari ibunya ini. Jika ia sedang emosi sebaiknya tidak terlalu banyak bertanya atau akan terkena imbasnya. Martina menoleh pada Andre dan menatapnya dengan serius. “Sudah ku katakan padamu, Andre!
Read more
42. Meski masalah kita berbeda, tapi kita kini menjadi seorang teman
Flash back Siang hari…Sementara itu Hilda yang baru saja mengangkat panggilan dari besannya merasa begitu sangat shock dibuatnya. Martina yang merupakan besannya memaki-maki dirinya di telepon, dan menuduhnya bersengkongkol dengan putrinya untuk membuat keluarga Sanjaya malu.Panggilan itu dimatikan secara sepihak, tapi ia masih saja menatap layar ponsel yang sudah menggelap, dan masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.“Sebentar-sebentar…” Hilda mencoba menenangkan dirinya.“Aya menggugat cerai Andre? Tidak mungkin!!” serunya kemudian.Hilda kembali menyalakan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi putrinya tersebut. Tapi ponsel milik Aya tidak aktif sama sekali. Ia sudah mencobanya 3 kali menghubungi, tapi hasilnya sama. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi putrinya melalui aplikasi chat, rupanya hanya ceklis satu saja.Hilda tak menyangka jika putrinya akan membuat malu keluarganya. Bagaimana juga keluarga Sanjaya sudah banyak membantu keluarga Adiwilaga, terutama sa
Read more
43. Gunanya teman adalah saling membantu
Lagi-lagi malam ini Elvan harus termenung di atas tempat tidurnya. Kali ini memikirkan apa yang diucapkan oleh Aya padanya tadi. Apa yang Aya katakan memang benar, dan sangat tepat. Dirinya harus melanjutkan hidup, meski tanpa Davina di sisinya lagi. Jika bisa ia ingin melanjutkan cita-cita Davina yang belum tercapai. Agar ia bahagia di atas sana. Ia tak mampu larut dalam kesedihannya lagi, demi dirinya dan demi Davina serta anak mereka. “Aku memang harus terus melangkah ke depan, merelakan Davina sepenuhnya. Tapi aku tidak akan pernah melupakannya sama sekali, ia akan hidup di salah satu sudut hatiku yang paling dalam…” gumam Elvan hampir berbisik. Tapi tiba-tiba Elvan teringat pada sentuhan tangan Aya dan ekspresi dari wajahnya tadi. Dan itu membuat darahnya sedikit berdesir, hingga wajahnya terasa panas seperti sekarang. Elvan mendengus, “Dan ini semua
Read more
44. Tiap hari check in? Bisa bobol dong duit gue!
Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya menjelang siang hari mereka sudah sampai di Jakarta. Elvan sengaja pergi sejak pagi agar Aya memiliki waktu untuk beristirahat untuk mempersiapkan dirinya besok. “Apa kau ?” tanya Elvan begitu mereka keluar dari tol dan masuk ke tol dalam kota. Aya menghela napas panjang. Kemudian menoleh pada Elvan. “Ya, aku harus siap.” “Bagus, begitu sampai di hotel kau istirahat saja. Tidak usah keluar, jika ada yang kau perlukan minta saja pada petugas hotel, aku sudah meminta mereka untuk melayani dan memenuhi semua kebutuhanmu,” jelas Elvan. “Kau sangat baik, Elvan. Entah bagaimana aku harus berterima kasih padamu, begitu banyak pertolonganmu untukku,” ucap Aya sangat tulus. “Bukan masalah, dan aku tidak keberatan sama sekali menolongmu,” balas Elvan.” Sekitar
Read more
45. Andrew Di Tinggalin Malah Makin Parah, Gilanya Kumat.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Elvan terpaksa harus menghentikan omelannya pda Andrew.“Masuk!!” titahnya pada pengetuk pintu di luar sana.Tak berapa lama pintu terbuka dan tampak Sandra yang membukakan pintu diikuti oleh Ryan di belakangnya. Elvan sedikit malas untuk melihat wajah sekretarisnya itu yang sama gilanya dengan wakilnya. Hingga ia sempat berpikir untuk memecat Sandra, dan mencari penggantinya.Jika sekretarisnya masih wanita, itu akan sama saja. Selama ia bekerja dengan Andrew, mungkin sudah ada 6 kalinya ia ganti sekretaris, dan Sandra adalah sekretarisnya yang ke 6. Sandra masuk hanya 2 bulan sebelum kejadian yang menimpanya 9 bulan yang lalu.Sekretaris sebelumnya juga di goda oleh Andrew, ada yang melayani rayuan gila Andrew, tapi ada beberapa yang mengundurkan diri karena enggan untuk menanggapi kegilaan Andrew. Dan kali ini kesabaran Elvan sudah diambang batasnya.“Masuk Ryan!” seru Elvan tanpa memperdulikan Sandra.Dia juga tidak akan hanya menilai bu
Read more
46. Aku Harus Bisa, Meski Itu Akan Sulit!
Elvan sudah membersihkan dirinya, dan mengganti pakaiannya dengan piyama yang ada di lemarinya. Sedangkan ia belum sempat untuk merapikan pakaian yang ada di dalam kopernya. Ia sedikit lelah, dengan rambutnya yang masih setengah basah Elvan kembali duduk di sisi tempat tidur. Elvan meraih ponselnya yang ia simpan di meja kecil di samping tempat tidurnya, kemudian mulai membukanya untuk memeriksa pesan yang masuk ke ponselnya. Tak ada pesan yang penting, hanya Andrew saja yang menghubunginya dan mengajaknya hang out. Tentu saja ia tidak menggubrisnya sama sekali. Kemudian ia melihat jika Dayana masih online. Dilihatnya sudut kanan atas ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 20.41. “Dia belum tidur?” tanyanya pada diri sendiri. Kemudian ia tergelitik untuk mengirim pesan pada Aya. Elvan : Kau belum tidur? Pesannya baru dibaca sek
Read more
47. Dan Keputusan Saya Sudah Bulat Untuk Bercerai
Ryan bisa merasakan tubuh Aya yang bergetar, ia segera merangkul pundaknya agar Aya tetap bisa berdiri dan tidak merasa down setelah melihat keluarga Sanjaya yang baru saja lewat di depan mereka. Ryan langsung bisa memahami dengan situasi yang terjadi pada Aya saat ini. “Tenang Dayana, ada aku. Mereka tidak akan macam-macam padamu di sini, angkat dagumu dan tunjukkan pada mereka jika kau kuat. Jangan perlihatkan kelemahanmu di hadapan mereka. Bukan kah kau sedang memperjuangkan kebebasanmu?” Ryan mencoba untuk menenangkan Aya. Aya menggenggam ujung jas bawah Ryan, untuk menyalurkan emosinya. Hingga beberapa saat kemudian ia mengangguk. Ryan bisa mengerti dengan sikap kliennya ini, rasa trauma kembali muncul saat ia berhadapan langsung dengan pelaku yang menyakitinya. Ini sudah biasa tejadi, dan tugasnya di sini selain mendampinginya juga menguatkannya. Ryan merangkul pundak Aya, dan menga
Read more
48. Jika Kau Ingin Menangis, Menangis Saja, Dayana…
Andre selalu menyanggah apa yang di katakan oleh Aya di depan mediator. Malah Andre menuduh jika Aya lah yang merusak dan menimbulkan masalah dalam pernikahan mereka. Dia terus menyebut dan mengatakan jika Aya tidak mampu memberikan keturunan untuk dirinya. Dan menolak dengan kuat bukti pemeriksaan dokter yang menyatakan jika Aya normal dan sehat. "Buktinya dalam pernikahan kami selama hampir tiga tahun, belum di karuniai keturunan," ujar Andre. "Apa Bapak dan Ibu pernah melakukan test bersama?" tanya mediator tersebut. "Tidak, saya sudah pernah mengajak suami saya, tapi apa yang saya dapatkan? Dia menghina saya bahkan ibu mertua saja ikut menghina saya!" jawab Aya tegas. "Saya sehat, sekarang istri ke dua saya hamil," balas Andre dengan tatapan merendahkan Aya. "Dia sering memojokkan dan menghina istri kedua saya, dan mengatainya perusak rumah tangga!" lanju
Read more
49. Mereka Benar-benar Tak Punya Perasaan, Hati Mereka Seperti Batu
Aya berjalan masuk ke dalam hotel sendirian. Beberapa staff hotel menyapanya dengan ramah, mereka mengetahui jika wanita ini adalah teman dari pemilik hotel, hingga mereka harus bersikap baik padanya. Hotel terlihat sepi, hanya sedikit tamu yang ada di area lobby. Dengan perasaan tak menentunya Aya berjalan menuju lift. Jantungnya berdetak dengan cepat, jika mengingat kembali saat berada di Pengadilan. Di mana ia berada begitu dekat dengan Andre. Itulah kali pertama mereka kembali bertemu setelah Andre menyiksanya malam itu. Baik Andre maupun ibu mertuanya sama sekali tidak memperlihatnya penyesalan atau rasa bersalah karena sudah menyiksanya selama ini. 'Mereka benar-benar tak punya perasaan, hati mereka seperti batu,' gerutu Aya dalam hati. Tapi ini tak akan membuat Aya mundur, ia sudah bertekad untuk melawan mereka. Tadi saja saat mediasi ia mampu mengutarakan semua kekesalannya di depan Andre dan
Read more
50. Kau Harus Kuat, Kita Sudah Selangkah Lebih Maju
 Martina berteriak hampir histeris ketika berada di dalam mobilnya, Andre hanya bisa diam. Sedangkan sang sopir yang berada di depan mereka dan mengemudikan mobil yang di tumpangi mereka sedikit melonjak kaget, untung saja ia masih bisa mengontrol dirinya, jika tidak ia sudah menabrak mobil yang di depannya. “Kuranggg ajarrr!! Wanita sialan itu sudah berani sekarang sama Mama!!” pekik Martina penuh emosi. “Sabar, Ma!” Andre berusaha menenangkan ibunya. “Dan kamu!” Martina menunjuk batang hidung Andre, “Kenapa kamu tidak membantu Mama, hah? Minimal menjambaknya!” “Ma, itu tempat umum. Andre takut jika ada orang yang mengenali kita kemudian mengambil gambar kita dan mempostingnya di sosial media atau menjualnya pada media,” jelas Andre “Iya sih kamu bener! Tapi tetap aja Mama kesal Ndre! Wanita tidak berpendidik
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status