All Chapters of Ternyata Sang Pewaris: Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
111. Kembali berulah.
“Kenapa kamu terkejut melihat ku?” wanita itu menyeringai.Naya menggeleng kuat, Naya tahu wanita di hadapannya ini jahat, terakhir mereka bertemu wanita itu melakukan hal yang hampir membuatnya celaka. Dan Naya tidak ingin hal itu kembali terjadi.Naya tahu wanita ini yang menginginkan suaminya. Naya yang melihat Vanya melangkah maju semakin panik.Ya. Wanita yang mendatangi Naya saat ini adalah Vanya.“Jangan takut. Kemarilah. Aku hanya ingin mengucapkan selamat untukmu. Ini aku bawakan kado.” Vanya mengangkat kotak yang dia bawa ke depan menunjukkannya pada Naya.‘Bagaimana ini? Felix tolong aku!’‘Nick! Embun! Kalian dimana cepatlah kemari!’ jerit Naya dalam hati.“Loh! Nona ngapain disini. Astaga! Apa ada yang sakit.” ucap bibi panik. Bibi meletakan nampan di sembarang tempat, wanita paruh baya itu bergagas menghampiri Naya lalu membantu membawa Naya duduk di sofa.“Biar saya ambilkan minum dulu non.” ucapnya lagi, sambil berlari ke belakang mengambil nampan yang dia tinggalkan
Read more
112. Kembali di tangkap.
Suara sirine mobil polisi susah terdengar semakin dekat. Vanya sudah tidak dapat berkutik lagi. Namun kekhawatiran Nick belum usai.Bagaimana dengan bom itu? Semoga saja segera dapat dijinakkan Nick tidak berani menyentuhnya sedikitpun.Tidak lama beberapa anggota polisi masuk bersama tim gegana.“Disana bomnya pak.” Nick menunjuk dus yang berada di pojokan. “Baik. Silahkan anda keluar sterilkan tempat ini.” titahnya.Nick mengangguk mengerti, kemudian mengajak Embun untuk keluar dari sana. Begitu juga Vanya yang sudah lebih dulu di amankan dan dibawa keluar oleh polisi. Ketegangan sedikit berkurang ketika para polisi datang. “Bergabunglah bersama nona. Aku akan membangunkan anak buahku.” ucap Nick pada Embun.“Tapi tuan. Anda..”“Kau tidak perlu khawatir aku tidak apa-apa.” Nick mengusap pucuk kepala Embun pelan. Dia tau gadis itu khawatir dengan keadaan nya.Embun mengangguk lemah,” Baiklah kalau begitu.” Setelah memastikan Embun aman, Nick langsung menyadarkan anak buahnya s
Read more
113. kecurigaan Felix.
“Sayang kamu baik-baik saja.” Felix berhambur memeluk sang istri, jelas terlihat gurat kekhawatiran di wajah pria itu.“Aku takut, huhu..” tangis Naya pecah di pelukan sang suami. Felix mengusap punggung Naya memberikan kekuatan agar wanita istrinya tenang.“Aku sudah disini. Jangan takut lagi ya. Maafkan aku. Maafkan aku sudah meninggalkanmu.” ucap Felix, tangannya membingkai wajah ayu sang istri lalu menciumnya.Felix tidak bisa membayangkan bagaimana jika hari ini Naya tidak salamat akibat ulah gadis gila seperti Vanya. Naya mengangguk lemah, kembali memeluk sang suami. Pelukan Felix lah yang membuat Naya tenang, membuatnya tidak lagi merasa takut, membuat Naya merasa aman.“Jangan tinggalkan aku lagi.” ucap Naya lirih.“Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi sayang. Aku janji.” Embun dan bibi yang menyaksikan adegan haru itu di dapur membuat mereka meneteskan air mata. Terbayang ketegangan yang terjadi beberapa saat lalu, membuat mereka tidak bisa banyak berpikir selain meny
Read more
114. Pengakuan Glendale.
Glendale diam tidak menanggapi pertanyaan Felix, hal itu membuat Felix semakin curiga.“Kenaapa kakek diam! Benar apa yang aku katakan?” “Tidak. Kenapa kau bisa bicara seperti itu?” Glendale bertanya balik.“Jika bukan kakek, lantas siapa yang membebaskannya. Alex?” Felix menggeleng lalu tersenyum kecut.“Itu tidak mungkin. Katakan saja yang sebenarnya sebelum aku sendiri yang mencari tahu.” ucap Felix pelan namun penuh penekanan.“Aku tahu yang bisa membebaskan Vanya hanya orang yang memiliki kekuasaann dan uang.” lanjut Felix..“Bagaimana keadaan istrimu, dia baik-baik saja bukan?” tanya Glendale mengalihkan pembicaraan.Felix terkekeh. “ Untuk apa kakek menanyakan kabarnya. Jika kakek sendiri menolong orang yang berniat mencelakainya.” Felix tahu jika Glendale berbohong, pria itu bicara tanpa mau menatap wajah Felix, ketika mata mereka beradu dengan cepat Glendale membuang pandangan ke sembarang arah.Glendale bingung, antara ingin mengaku dan tidak. Apa lagi melihat wajah Felix
Read more
115. Kontraksi.
Satu bulan berlalu, saat ini kehamilan Naya sudah menginjak bulan ke sembilan. Felix sudah mengambil pekerjaan di rumah dan Nick yang menghandle semua pekerjaannya di perusahaan. Termasuk menghandle meeting-meeting penting perusahaan.Sengaja Felix mengambil keputusan seperti itu, karena ingin fokus menjaga Naya di masa-masa terakhir kehamilannya sebelum bayi mereka lahir. Malam ini cuaca di luar terasa sangat panas. Sepertinya akan turun hujan. Naya tidur dengan gelisah, dia merasa kepanasan juga merasa tidak nyaman dengan tubuh bagian belakangnya terutama pinggang.Felix yang sedari tadi memperhatikan pun akhirnya bertanya.” Sayang. Kamu kenapa? Aku lihat seperti tidak nyaman.” tanya Felix dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Naya mendongak, lalu merubah posisinya menjadi duduk.” Iya. Kok perasaan aku panas banget ya. Apa AC nya mati?” Naya mengipas-ngipaskan tangan pada tubuhnya, berharap hawa panas itu segera pergi.Felix mengerutkan kening.”Panas?” tanyanya memastikan.N
Read more
116. Lahirnya sang pewaris penerus.
Nick segera turun dari tempat tidur pria itu berjalan cepat masuk kedalam kamar mandi. Dinginya air di sepertiga malam membuat mata Nick langsung segar kembali. Nick bergegas keluar setelah selesai mencuci muka. Pria itu menyambar jaket serta kunci mobil di atas meja, tidak lupa Nick membawa ponselnya. Dirasa semua sudah siap, Nick langsung keluar dari apartemen.Jalanan malam yang sepi, membuat Nick memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ada rasa penyesalan kenapa dia harus tidur di apartemen tadi.Sebelum berangkat Nick sempat menghubungi Embun, namun beberapa kali panggilan tidak ada jawaban darinya. Jadi Nick putuskan untuk berangkat ke rumah sakit sendiri.Dua puluh waktu yang Nick butuhkan untuk sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil, Nick segera turun lalu masuk kedalam rumah sakit. Nick terus berjalan melewati lorong rumah sakit yang sepi di jam-jam seperti ini. Hingga akhirnya tiba di ruang persalinan. Dimana disana sudah ada Edoardo beserta istrinya dan juga
Read more
117. Golongan darah yang langka.
Dokter yang panik langsung berlari ke dalam, bayi dalam gendongannya diberikan begitu saja pada Melani. Entah apa yang terjadi namun sepertinya sangat serius, terlihat dari wajah dokter yang terlihat panik.“Mohon tunggu di luar.” ucap suster ketika Felix hendak ikut masuk. Setelah berkata demikian suster langsung masuk dengan menutup kembali pintu. Tanpa menunggu tanggapan dari lawan bicaranya.Suasana bahagia yang tadi mereka rasakan seketika berubah menjadi tegang dan panik.Ada apa dengan Naya? Tadi dia baik-baik saja.“Albert apa yang terjadi dengan putriku?” tanya Edoardo dengan Nada sedikit membentak. Menatap menantunya dengan tajam.Felix terduduk lemas di kursi, bayi dalam gendongannya sudah diminta bibi.“Aku tidak tahu ayah. Tadi..tadi Naya baik-baik saja setelah berjuang melahirkan bayi kami.” sahut Felix dengan suara bergetar menahan tangis.Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Naya?“Ya ampun. Sebenarnya apa yang terjadi semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.”
Read more
118. Baby Zayyan dan Zayyen
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T
Read more
119. Tanda bulan sabit yang di miliki Embun.
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
Read more
120. Embun adalah Mila.
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status