All Chapters of Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda : Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
Tungau VS Ular Berbisa?
“Kiran sayang Papa, kan? Beri Papa kesempatan untuk menebus kesalahan, ya?” Alex merenung tepat pada mata sang anak. “Sungguh?” Kiran yang masih kecil tentu mudah dipengaruhi. Ia menatap wajah Alex dengan penuh kesedihan. Walau bagaimanapun, Alex adalah sosok seorang papa baginya. “Ya. Papa janji. Ambillah boneka ini. Kalau Kiran setuju, kita pulang sekarang.” Alex menyerahkan boneka pada anaknya yang menerima dengan ekspresi ragu-ragu. Pelayan muncul membawa nampan berisi minuman. Diletakkannya cangkir di atas meja tepat di depan Alex. “Silakan diminum,” ujar Yunita, memerlihatkan senyuman. ‘Aneh. Kenapa dia jadi bersikap baik pada pria ini?’ batin Ailyn, merasa ada yang mencurigakan dari sikap Yunita. Alex langsung meminumnya seperti tak merasakan panas, padahal asap tampak saat cangkir itu diangkat. “Kalau Kakak mengizinkan, Kiran akan ikut Papa,” kata Kiran, memainkan tangan boneka beruang berwarna coke
Read more
Fashion Show
Karan dan Ailyn bersiap pergi ke peragaan busana. Keduanya tampak berbincang sembari memasuki aula yang sudah dipenuhi beberapa orang. “Ailyn!” Adolf melambaikan tangan mendekati begitu melihat Ailyn datang. Wanita itu membalas lambaian tangan dengan senyuman. “Ayo, kita ke sana. Acara akan segera dimulai,” ajak Adolf. Ailyn dan Liodra berpandangan, lalu mengikuti Adolf, sementara asisten Liodra bersama Karan dan Jovan. Ketiganya menuju ke ruangan yang dijaga ketat oleh beberapa pengawal. Bahkan saking ketatnya, untuk masuk saja harus melalui detektor untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. “Wait!” Hadid berlari sambil membawa gaun beserta gantungan baju. Pria itu berpakaian cukup rapi mendekati Ailyn. “Ayo,” katanya, mendahului. “So sorry, but you can’t .... “ Adolf menggerakkan leher pertanda Hadid dilarang masuk. “Aku managernya, aku managernya.” Hadid sampai mengulang. “Aku tahu, tapi ruangan it
Read more
Hampir Salah Sangka
“Emm!” Ailyn menginjak kaki Alex dengan high heel hingga pria itu melepaskannya. Alex menyeringai, tampak menakutkan. “Jangan mendekat! Aku akan benar-benar berteriak!” Ailyn mundur, berusaha mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat pertahanan diri. Namun, ia tak menemukan apa pun. Hanya ada peralatan make up di ruangan itu yang memang karena dikhususkan untuk para model berdandan. “Tenang, Sayang. Kenapa kau harus agresif? Aku kan hanya ingin bertemu. Kau tidak mau berterima kasih padaku?” Alex melonggarkan dasi. “Kenapa aku harus berterima kasih? Tanpa bantuanmu pun, aku akan bisa menjadi model internasional,” bela Ailyn. Alex manggut-manggut. “Memang benar. Saat aku mendapat bocoran kalau kau yang menang, aku langsung menghubungi Adolf. Ternyata dia tertarik.” Alex menceritakan bahwa dia merekomendasikan Ailyn sebagai salah satu model di fashion show itu. Bahkan Adolf yang melihat bagaimana cara Ailyn tampil langsu
Read more
Restoran di Paris
Alex yang menyadari diikuti Karan, langsung bersembunyi di ruang ganti para model. Pria itu mengirim pesan pada Lusi agar menunggu di parkiran. Tampak Karan mencari ke beberapa sisi sebab yakin melihat ayah tirinya di tempat yang sama. “Ke mana dia?” Karan mengusap dagu dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri berada di dalam kantong celana. “Karan! Kenapa kau mendadak keluar? Acaranya belum selesai.” Hadid memeriksa arloji yang sudah menunjuk angka 23.22. “Aku yakin melihat Om Alex.” Karan memeriksa dengan teliti. Tak ada siapa pun di sana. Hanya beberapa orang keluar-masuk beserta para penjaga yang berseliweran. “Barangkali kau salah lihat. Ayo, Ailyn pasti menunggu. Huaaaaiii. Aku ngantuk sekali.” Hadid menguap panjang, lantas kembali memasuki aula. Karan hanya berdecak. Kalaulah dugaannya benar, pasti terjadi sesuatu tanpa sepengetahuannya. Sial! Karan meninju pasak, lalu mengikuti Hadid. Lusi yang be
Read more
Menggugurkan Kandungan?
Bella berdiri sambil menatap arloji. Sudah satu jam lebih ia berdiri di sisi gerbang K2 Company bagian samping. Sudah lama ia mengincar seseorang, dan sekarang harus terlaksana. Ada dendam yang belum selesai dan menuntut untuk dituntaskan. “CK! Lama sekali!” Tak sabar rasanya ingin bertemu. Sesekali ia menoleh ke arah perusahaan besar itu. Perusahaan yang sempat ia dengar akan membangun perhotelan. Saat masih menunggu, terlihat sebuah mobil hitam keluar dari gerbang yang terbuka otomatis. “Itu dia!” Bella merapikan rambut, langsung mendekat. “Tuan, berhenti!” cegatnya, berdiri di depan mobil. Perlahan mobil berhenti dan kacanya diturunkan. Tampak Kusuma mengernyitkan dahi. Sudah lama ia tak melihat Bella. Tepatnya sejak dipecat. “Kau mau apa?” tanyanya saat Bella mendekat. Wanita itu malah membuka pintu mobil dan masuk tanpa permisi. “Lancang!” Kusuma tampak kesal. “Tuan, ada yang perlu saya bicarakan. Ini masala
Read more
Artis Dadakan?
Karan dan Ailyn baru saja tiba di bandara. Mereka mengikuti langkah Jovan yang menarik koper, mendahului mereka. “Ailyn!” Hadid mendorong Karan ke samping, sementara dirinya kini berada di antara keduanya. “Kau ini apa-apaan? Minggir!” Karan menarik lengannya, tapi Hadid malah berdecak, tak mau berpindah posisi. Jadilah ia berjalan sambil menggamit lengan Ailyn. “Kau ini kenapa?” Ailyn menarik lengannya sebab merasa tak nyaman pada Karan. Hadid tak menjawab, melainkan menjulurkan lidah pada Karan yang tampak kesal. Sembari menunggu jawaban, Ailyn memeriksa ponsel, membuka akun media sosial. Terkejut benar ia mendapati pengikutnya di sosial media sudah mencapai angka dua juta pengikut. “Apa ini? Kenapa ... ada fotoku saat di Paris?” Ailyn menoleh pada Hadid yang hanya menampilkan senyuman seolah tak bersalah, mengelus tengkuk. “Aku kan hanya ingin berbagi fotomu saja. Kau harusnya berterima kasih. Lihat, pen
Read more
Ayam Geprek (Mengerjai Yunita)
Rintik hujan mulai membasahi bumi saat Ailyn keluar dari mobil yang baru dibelinya tadi dari hasil menabung selama menjadi model. Hadid dengan cekatan dan sigap mengeluarkan payung, memayungi modelnya agar tak basah. Keduanya sedikit mempercepat langkah agar segera sampai ke teras rumah. Tampak seorang pria berpakaian sopir tergopoh-gopoh mendekat saat Hadid meletakkan payung di dekat vas. “Sore, Pak,” sapa Hadid. “Sore. Kok tidak minta dijemput, Non?” tanya sopir. Kalau bukan Jovan, biasanya pria tua itu yang akan menjemput. “Mulai sekarang, Pak Prakas tidak usah menjemput saya. Saya sudah beli mobil baru dan manager saya yang akan mengemudi,” kata Ailyn, mengelus lengan sopir itu. “Oh, begitu.” Pak Prakas mengangguk, menoleh pada mobil berwarna putih yang berada di parkiran. “Wah, selamat ya, Non. Semoga semakin sukses. Bapak jadi ikut senang.” Senyum Pak Prakas yang tampak tulus membuat Ailyn terenyuh. “
Read more
Diare
Ailyn menyenggol lengan suaminya saat melihat Yunita muncul dengan wajah suram, seolah kurang tidur. Kantung matanya menghitam. “Sepertinya, ada yang kurang tidur,” bisik Karan. Suasana masih sepi di ruang makan itu, sampai Kusuma menoleh pada istrinya yang duduk sembari memegangi perut. “Kau mirip sekali dengan kuntilanak kesurupan.” Kusuma bicara tanpa memandang. Tangannya bergerak cepat menyendok makanan. “Pa, panggilkan dokter. Mama sakit perut, mencret,” bisik Yunita, tapi tetap terdengar jelas di telinga Karan yang duduk di depannya. “Kau kan bisa panggil sendiri. Tak usah manja. Kau bukan anak kecil lagi,” kata Kusuma, meminum air. Ailyn dan Karan menunduk, menahan tawa. Sepertinya, harapan Karan terkabul agar Yunita sakit perut dan mencret. “Ih, Papa! Sakit sekali loh ini. Masa Papa tega membiarkan Mama kesakitan.” Yunita menyentuh bagian belakang tubuhnya yang sedikit terangkat. “Memang apa yang ka
Read more
Taktik Licik
Meskipun Yunita melarangnya masuk ke kamar, tetap saja Ailyn bersimpati dengan sering-sering memeriksa keadaan mertuanya. “Keluar kau! Aku tak sudi melihatmu!” Ailyn menghela napas, menoleh pada Yunita yang menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. “Ya sudah. Aku akan keluar. Mama cepat sembuh biar kita bisa ribut lagi.” Ailyn bangkit, menuju ke pintu. “Kenapa kau selalu membuatku emosi, Wanita Sialan!” Yunita menyingkap selimut, lalu menggulungnya dengan cepat. Seolah tahu apa yang akan mertuanya lakukan, Ailyn bergegas keluar dan menutup pintu. Tepat saat pintu ditutup, selimut melayang dan mengenai lantai. Yunita bernapas kasar. “Kau bisa keluar. Buat Ailyn tetap berada di kamarnya agar rencana kita berjalan lancar,” kata Yunita. Pintu kamar mandi terbuka. Tampak Farel keluar dengan wajah dipenuhi senyuman. “Farel pergi dulu.” Pria itu mengendap-endap keluar dari kamar Yunita. Sementara itu
Read more
Memulai Penyerangan
“Emmm .... “ Ailyn berusaha melepaskan ikatan yang membelenggu kaki dan tangannya. Karena mulutnya disumpal dengan sapu tangan, ia tak bisa berteriak. Semua terjadi begitu cepat tanpa bisa dicegah. “Sstttt! Jangan berisik, Sayang. Aku datang untuk memberi akhir yang indah pada cerita kita,” lirih Alex, mengusap pipi Ailyn dengan jarinya. Berhasil mengikat kedua tangan dan kaki Ailyn di atas ranjang, Alex melempar masker dan topi sembarangan ke lantai. “Emmmm!” Ailyn berusaha keras melepaskan ikatan yang terasa menyakiti pergelangan tangan dan kaki. “Ah, aku merasa terlalu jahat. Kau pasti ingin bicara denganku, kan?” Alex menaiki ranjang, membuka sumpal di mulut Ailyn. “Sialan!” Ailyn bernapas tersengal, membiarkan rambutnya menghalangi wajah. Keringat dingin mulai deras mengucur di kening dan lehernya. “Jangan terlalu kasar. Aku datang untuk menjemputmu. Lihat, aku bawakan surat ceraimu.” Alex mengeluarkan kertas yang
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status