Semua Bab Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Bab 61 - Bab 70
248 Bab
Bab 61. Hukuman dari Diva
Elvan menatap Diva dengan tatapan penuh arti, sedangkan Diva beberapa kali meneguk air liurnya karena gugup.“Aku ….” Diva benar-benar tidak bisa berbohong, ingin rasanya dia bersembunyi detik ini juga karena kebohongan yang dia buat barusan.Elvan lalu tertawa melihat reaksi Diva yang menurutnya sangat menggemaskan itu.“Kenapa aktingmu buruk sekali dan tidak totalitas, Sayang?” Elvan tersenyum melihat wajah Diva yang mulai merona merah, entah itu karena malu atau gugup karena ketahuan.“Aku memang tidak bisa.” Diva berkata datar dan menyembunyikan kebohongannya.Elvan meletakkan busur panah di meja yang tidak jauh dari mereka. Lalu kembali berjalan mendekati Diva.“Oh, ya? Kamu benar-benar tidak bisa, ya?” Elvan berkata sambil bersedekap dada.Diva memalingkan wajahnya dan berkata, “Ya sudah kalau tidak percaya.”Alih-alih marah mendengar jawaban Diva yang nadanya sedikit tinggi, Elvan malah tertawa.Diva mendecakkan lidah, dia tahu Elvan pasti sudah tahu tentang hal ini sebelumnya!
Baca selengkapnya
Bab 62. Prosedur Izin
Sesaat Diva terdiam mendapatkan perlakuan barusan, belum sempat dia bicara Elvan langsung menggenggam tangannya dan mengajaknya berlari di bawah guyuran hujan yang mulai deras. “Jangan lepaskan dan percepat langkahmu!” titah Elvan. Elvan mengajak Diva berlari cepat menuju Villa. Sampainya di teras belakang, beberapa anggota keluarga sudah terlihat di dalam lebih dulu, di sana hanya tersisa Al yang sedang tidur di kursi dimana kakinya diletakkan di atas meja kecil yang ada di depannya. “Al?” ucap Diva. “Sudah biarkan saja,” ucap Elvan. “Hah? Kok dibiarin, ini kan hujan, anginnya juga kencang, nanti kalau tiba-tiba masuk angin gimana?” Pertanyaan ini reflek keluar dari mulut Diva. Namun, setelah mengatakan hal tersebut, tiba-tiba Al bersuara tanpa membuka matanya. “Sudah Kakak gak perlu khawatir. Lagipula, di dunia medis tidak ada istilah masuk angin.” Hal ini membuat Diva terkejut dan Elvan menyeringai tipis, dia jelas paham bagaimana tingkah adiknya. “Kamu tidak tidur?” Diva
Baca selengkapnya
Bab 63. Tentang Marissa
Setelah menghubungi Prisya, Elvan keluar dari tempat ini, pikirannya hanya satu, yaitu menemukan Diva! Dia segera berjalan ke lantai atas, tempat dimana kamar Alisha berada, tetapi, kamar tersebut dalam keadaan kosong. Baru saja dia melintas, di sana dia sudah bertemu dengan Marissa dan Niza, yang kebetulan sedang bicara berdua sambil melihat handphone. Elvan tidak terlalu menghiraukannya dan berjalan melewati keduanya. “Kak Elvan, kirain tadi Kakak gak dateng loh.” Nayla menyapa Elvan dengan santai. Elvan malas menanggapinya, dia pura-pura tidak mendengar. “Kak Elvan, apa Kakak yakin Diva akan menjadi bagian dari keluarga kita?” tanya Niza lagi. Mendengar nama Diva diseret, Elvan mau tidak mau menghentikan langkahnya. Pria itu memutar tubuhnya dan melihat dengan tajam ke arah Niza. “Tidak ada yang pantas selain Diva.” Elvan menjawab dengan suara dingin. Niza tiba-tiba terhenyak dan melihat ke arah Marissa, tetapi dia sangat penasaran sejauh apa Diva bagi Elvan. Dia kemudian be
Baca selengkapnya
Bab 64. Asal Kamu Tidak Keberatan
Di sisi lain, Elvan mencari-cari keberadaan Diva. Dia sudah melihat ke ruang kumpul di atas di sana hanya ada Anggota keluarga lain yang Elvan malas untuk mendekatinya, karena akan bicara hal yang menurutnya tidak terlalu penting. Apalagi di sana ada pamannya! Dia segera pergi sebelum mereka menyadari Elvan ada di sana. Akhirnya, saat melewati ruang tengah dekat dengan balkon samping yang menghadap ke kaki gunung. Elvan mendengar suara ceria dari Diva. Tanpa dia sadari, pria itu tersenyum dan langsung berjalan mendekat. Di sana dia sedang terlihat santai berbicara dengan Al dan juga kedua orang tuanya, bahkan sang ayah yang jarang tertawa terdengar terkekeh ringan. Cukup akrab dan itu membuat Elvan tersenyum lebar. ‘Tunangan palsu, ya?’ gumam Elvan pelan dan hanya dia sendiri yang mendengarnya, detik berikutnya dia tersenyum kecut. Kalau dilihat seperti sekarang, Diva malah lebih mirip dengan orang yang memang memiliki hubungan dekat dengan dirinya. Kata palsu itu rasanya ingin sek
Baca selengkapnya
Bab 65. Memulai Rencana
Ucapan Elvan barusan membuat Diva menghentikan semua aktivitasnya dan tubuhnya membeku, dia langsung mendongakkan kembali wajahnya melihat Elvan dengan sangat jelas, tatapan pria itu sangat tajam. “Kamu bilang apa barusan?” tanya Diva dengan menyipitkan sebelah matanya. “Aku bilang, kalau ayahmu memaksa menikahimu, aku tidak masalah.” Elvan mengulang kata-katanya dengan tegas. Jangan tanya apa yang dirasakan Diva saat ini, dia tidak tahu apakah dia harus senang atau kesal. Pria itu dengan mudah mengatakan kata menikah secara santai. Menikah adalah hal yang sakral dan Diva sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan pernikahan hanya satu kali dalam hidupnya dan itu harus dengan orang yang dia cintai dan mencintai dirinya. Sekarang ini, dia mungkin baru menyukai Elvan, dia memang mengharapkan pria itu. Bahkan, tindakannya tadi juga seperti menuntut Elvan seperti pasangannya sungguhan. Akan tetapi, untuk syarat kedua Diva tentang pernikahan, bahwa dia harus menikah dengan oran
Baca selengkapnya
Bab 66. Hadiah dan Peringatan
Diva berjalan bersisian dengan Alisha, adik Elvan ini mencari Diva karena wanita itu dicari oleh Radiah, sang nenek. “Kenapa tiba-tiba nenek mencariku?” tanya Diva pada Alisha yang mengatakan kalau dirinya dicari oleh sang nenek. Al hanya menaikkan kedua bahunya seraya berkata, “Entahlah, tapi kupikir akan ada hal yang mengejutkan!” “Hah? Kejutan seperti apa misalnya?” Diva jelas penasaran. “Nanti juga tahu sendiri kalo udah ketemu, kan?” Ucapan Al ini membuat Diva makin gugup, di dalam otaknya sudah terbayang akan ada banyak kata bohong yang keluar dari mulutnya! Ini pasti akan berbicara tentang Elvan. ‘Diva. teruslah berusaha sebaik mungkin dan jangan terbawa perasaan. Anggap saja ini pekerjaan dan lakukan dengan profesional.’ Diva bertekad dalam hati. Alisha membawa Diva ke sebuah ruangan, wanita itu sedang duduk dengan santai di atas kursi malas yang menghadap ke luar jendela yang tirainya sebagian tertutup. “Nenek, Al sudah bawain Kak Diva.” Wanita paruh baya itu mengangg
Baca selengkapnya
Bab 67. Keragu-raguan
Diva tidak mengerti dengan jalan pikiran nenek Elvan ini. Apakah memperingatkan dirinya untuk menyerah saja? “Apa nenek menyuruhku untuk meninggalkan Elvan?” Diva kembali bertanya dengan sungguh-sungguh. “Kalau nenek mengatakan ya bagaimana?” Wanita itu melihat ke arah Diva dengan tatapan yang Diva sendiri tidak bisa mengartikan tujuan sebenarnya. Diva meneguk air liurnya untuk membasahi kerongkongan yang tiba-tiba kering. Lalu, menarik napas dalam kemudian mengambil kotak beludru tersebut dari atas meja, melihatnya sekali lagi selanjutnya menatap Radiah. “Jika aku mengambil ini dan meninggalkan Elvan apa menurut nenek dia akan diam saja?” tanya Diva dengan suara sedikit bergetar. Radiah diam, wajahnya datar, sulit menebak apa yang ada dalam pikiran wanita itu. “Tidak ada jaminan dia tidak bosan dengan sesuatu.” Radiah berkata datar dan tenang. Diva mengangguk, lalu menutup kotak itu dan menggenggamnya, kemudian dia menatap Radiah dan berkata, “Begini saja, Nek. Bagaimana kalau
Baca selengkapnya
Bab 68. Jebakan untuk Elvan
“Elvan, kamu … kamu kenapa?!” Wanita itu dengan cepat melangkahkan kakinya masuk ke kamar Elvan. Dia melihat pria itu dalam kondisi yang sedikit buruk dan segera menghampirinya. Elvan dalam posisi bersujud di lantai sambil memegang dadanya. “Kamu kenapa, Van?!” Diva terlihat panik, apalagi saat melihat wajah Elvan yang sudah berubah menjadi kemerahan entah kenapa suhu tubuhnya seperti lebih panas dari biasanya. Napasnya terdengar tidak teratur. “Jangan di lantai. Sini berdiri biar aku bantu pindah ke atas.” Diva berkata dengan panik. Diva berusaha untuk memapah tubuh Elvan ke atas tempat tidur, entah kekuatan dari mana dia bisa membantu Elvan yang tubuhnya cukup berat itu beranjak dari lantai. Namun, karena memang tubuh Elvan yang cukup besar membuatnya limbung saat akan berpindah ke tempat tidur. Tubuh Elvan berada tepat di atas Diva. Wanita itu membeku seketika, ini kali pertama dia benar-benar berada dekat dengan pria tanpa jarak! Napas Elvan terdengar memburu di samping teling
Baca selengkapnya
Bab 69. Memberikan Tumpangan
Di tempat lain, Diva merasakan wajahnya yang sedikit panas. Kelakuan Elvan barusan cukup aneh baginya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat terpikir hal lain.“Apa dia menyembunyikan sesuatu, ya?” tanyanya pada diri sendiri.“Ah, lagian kenapa harus peduli sih?! Dia juga tadi masih bisa mempermainkanku! Menyebalkan sekali!” Diva berkata kesal pada dirinya sendiri.“Kak Diva, kenapa masih di sini? Apa kakak gak ketemu sama Kak Elvan?” tanya Alisha sedikit heran dan membuat Diva sedikit terkejut.“Ah, Itu … belum, aku belum bertemu dengan kakakmu.” Diva tersenyum singkat.“Kita akhirnya bisa pulang! Tadi ternyata Kak Elvan benar-benar menyuruh orang untuk memperbaiki jembatan itu, sekarang sepertinya sudah bisa digunakan, hujan juga sudah mulai reda. Untungnya di tempat ini hujannya cepat reda, kalau tidak kita benar-benar terpaksa bermalam di sini.” Alisha berkata dengan senyum mengembang, memperlihatkan ekspresi bahagianya.“Elvan menyuruh orang untuk memperbaikinya?” Diva mengul
Baca selengkapnya
Bab 70. Selama Itu Kamu
“Ah, bibi tahu kamu pasti mau mengantarkan Marissa. Sayang, ayo sini, sudah Ibu bilang, Elvan pasti bersedia mengantarkanmu pulang ke rumah.” Nara menggamit tangan Marissa dan berjalan mendekati Elvan.“Bibi sebentar.” Elvan menahan Nara dan Marissa yang berjalan mendekat. “Maksudku, sopirku yang akan mengantarkan Marissa.” Elvan berkata cepat.“Hah?” Seketika wanita itu terdiam.“Marissa bawa mobil, kan? Nanti biar sopirku yang mengantarkannya pulang.” Elvan berkata tegas. “Andi, antar Nona Marissa pulang. Saya biar bisa menyetir sendiri.”“Baik, Pak.” Andi sedikit membungkukkan tubuhnya dan berjalan mendekati Marissa.“Sayang, ayo kita pulang.” Elvan berkata lembut pada Diva, dan menutup pintu mobil bagian belakang itu, membawa Diva melewati Nara dan juga Marissa lalu membuka pintu mobil bagian depan di bangku sebelah pengemudi.“Masuklah,” ucap Elvan pada Diva.Diva segera masuk dengan cepat. Diva melihat Elvan yang berjalan memutar dan juga mengingat wajah Marissa dan Bibi Nara yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
25
DMCA.com Protection Status