All Chapters of Pendekar Bertongkat Menuju Puncak: Chapter 11 - Chapter 20
123 Chapters
Bab 11. Datangnya Serangan Para Pembunuh
Penyebab semua ini terjadi karena konflik dari dalam kultus putih. Wu Shi di tahan, ia kini diduga sebagai pelaku di balik semua kejadian pada malam itu tapi seorang pendekar tingkat menara menyangkal dan mengatakan bahwa Wu Shi takkan mampu melakukan itu semua. Setelah berupaya membela Wu Shi, kini akhirnya pemimpin kultus mulai melunak. Pemimpin kultus tampaknya sedang berpikir tentang apa yang akan dilakukannya pada Wu Shi. "Dengan kekuatannya, dia akan mampu menopangku? Huh," gumamnya sembari menatap tajam. "Kalau kau segitunya membela dia, maka mau bagiamana lagi. Lagi pula orang sepertinya tak mungkin bisa membunuh seorang tingkat superior.""Kalau begitu Anda—""Tapi tetap akan aku beri hukuman padanya. Wu Shi, melihat kau yang ingin melarikan diri dari hukuman pengurungan dalam asrama, maka kau akan diasingkan selama dua tahun."Apa pun kenyataannya, Wu Shi tetap tak terelakkan dari hukumannya sendiri. Wu Shi sendiri sadar, rasanya tak mungkin menghindari semua yang ingin d
Read more
Bab 12. Seorang Petani
Sedikit demi sedikit Wu Shi melakukan perlawanan yang cukup memuaskan. Senjata pedang, tombak, panah racun dan lain sebagainya telah ia hadapi dengan tubuh tanpa pelindung. Di malam yang hanya diterangi cahaya rembulan, Wu Shi bertahan mati-matian dari serangan segala arah yang mendadak ini. Trang! Trang! Wu Shi memutar tongkat di belakang punggung dan beralih ke depan. Perputaran tanpa menggunakan chi itu setidaknya mampu menangkis serangan mereka yang seolah tak terlihat. "Siapa itu!? Tunjukkan dirimu! Kenapa kau mengincarku? Katakan!"Sudah berulang kali Wu Shi mencoba untuk mencari tahu, beberapa kata ia lontarkan namun tak kunjung ada jawaban. Lantas Wu Shi berpikir, "Benar juga. Mereka 'kan ingin membunuhku, apa gunanya menunjukkan diri apalagi kegelapan ini adalah sebuah kesempatan," tukas Wu Shi menyeringai. Menyeret kaki kiri ke depan dan kaki kanan ke belakang. Posisi kuda-kuda yang mantap dan dengan membawa tongkat sebagai senjata, Wu Shi perlahan memejamkan mata berni
Read more
Bab 13. Ujian dan Kebenaran Kultus Putih
Terkadang, reflek seseorang mendahului pemikirannya saat itu. Seperti yang terjadi pada Wu Shi, ia tahu bahwa ayunan pedang yang terarah padanya itu berbahaya namun sebelum pemikiran seperti itu ada, tangannya bergerak untuk membuat posisi bertahan dengan tongkat sebagai senjatanya."Orang seperti dirimu bukanlah tidak punya pengalaman melainkan kau hanya kurang dari teknik senjatamu. Itu saja."Wu Shi tersentak diam, apa yang dikatakannya itu benar namun Wu Shi merasa sedikit aneh saja ketika ada orang yang mengatakan hal itu."Seolah-olah kau tahu segalanya. Siapa kau itu?" Tanpa menurunkan senjata, ia tetap mengacungkan tongkatnya meski pria itu sudah menurunkan senjatanya."Maaf saja aku bukanlah peramal. Aku hanya orang yang kebetulan tinggal di tempat ini.""Apa maksudmu?""Apa kau tahu bagaimana keadaan kultus di masa lalu?"Tiba-tiba pria ini membicarakan soal kultus. Padahal ia tinggal di pedesaan yang berjauhan dengan kultus. Lantas apa maksudnya dengan berkata seperti itu?
Read more
Bab 14. Rencana Penangkapan
Tuan Pemimpin Kultus Putih diduga sedang bersandiwara. Sikap yang buruk hanya pada Wu Shi pun adalah akting. Ketika pria itu mengatakannya, Wu Shi tidak bisa percaya begitu saja. Ia merasa aneh, lantaran untuk apa bersandiwara kalau ujung-ujungnya dia sedang dikendalikan secara tidak langsung. Wu Shi tidak pernah terpikirkan soal ini sebelumnya, tentang alasan Tuan Pemimpin bersandiwara lalu menyiapkan ujian untuk para calon pewaris. Semakin dipikirkan semakin terasa rumit saja.Klak!"Hei, ini aku."Sesaat mendengar suara langkah yang begitu pelan, Wu Shi terbangun dari tidurnya, walau sebenarnya ia tidak benar-benar tertidur. Tongkatnya terhentak di atas papan kayu. Orang yang barusan melintas ialah petani tersebut, ia sedikit merasa was-was lantaran Wu Shi begitu peka dengan keberadaannya."Ternyata kau."Saat ini Wu Shi tidak berada di dalam rumahnya, ia berada di depan dengan posisi duduk dan bersandar pada dinding. Sembari memegang tongkat dengan erat, seakan ia hendak menyera
Read more
Bab 15. Pembelot
Hidup bergantung pada apa yang dimiliki. Setiap waktu yang terbuang 'kan mewujudkan suatu kejadian entah itu dapat diperkirakan atau tidak. Kini Wu Shi mengenggam bukti hidup yang akan mengubah nasib ke depannya. Sementara para pembunuh yang setiap waktunya muncul satu persatu entah dari arah mana, terdiam bingung dengan perasaan jengkel terhadap Wu Shi. Bagaimana tidak jengkel jika melihat sosok Wu Shi mencoba untuk menyelamatkan seorang pembunuh. Daripada disebut sebagai orang baik, Wu Shi dianggap menjijikan. "Kenapa dia malah menyelamatkan orang yang ingin membunuhnya? Apa dia sudah tidak waras ataukah dia buta?" Salah satu pembunuh mencibir. "Ha, baru kali pertama aku melihat orang seperti dia. Memang benar dia membutuhkan informasi tapi kalau sampai menyelamatkan nyawanya hanya untuk itu maka akan sulit dipercaya bahwa dia orang baik." "Kau pikir kita semua di sini untuk apa? Fokus saja pada target kita."Pada akhirnya pembunuh tetaplah pembunuh, mereka takkan melepas target
Read more
Bab 16. Kekuatan Tak Terkendali
Ancaman demi ancaman terus bermunculan. Wu Shi berniat untuk mengorek informasi lebih lanjut. Namun akan tetapi sedikit informasi saja rasanya sangat sulit didapatkan."Pria bertopeng itu yang mengendalikan kelompok itu.""Baiklah. Aku sangat berterima kasih padamu.""Ah, tidak. Ini bukan apa-apa. Lalu apa yang Anda lakukan mulai sekarang?""Untuk sekarang ...aku tidak tahu. Bodoh jika aku langsung menyerang. Kekuatanku saja tidaklah sebanding dengannya maka aku akan jatuh lebih cepat.""Ya, Anda benar." Bruk!Pria itu tiba-tiba saja menundukkan kepala dan berlutut tepat di hadapan Wu Shi. Ia merasa sangat berterima kasih pada Wu Shi yang telah memberinya kesempatan untuk hidup. "Saya sangat berterima kasih pada Tuan Wu Shi yang telah membebaskan saya dari orang itu.""Jangan dipikirkan. Sebagai ganti dari aku membantumu dan keluargamu di sana, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Bisa?" sahut Wu Shi, acuh dengan penghormatan pria itu."Tentu saja bisa. Says akan membantu Anda
Read more
Bab 17. Simpati
Aura yang begitu tenang seperti air mengalir. Ketenangan yang perlahan hanyut seakan Wu Shi menyatu dengan alam sekitar. Rasanya begitu tenang, dingin dan sunyi. Perasaan yang seolah tidak memiliki beban apa pun. Ketika petani yang tidak dikenal namanya ini membantu Wu Shi, Wu Shi pun merasa seolah semua hal bisa ia lakukan dengan mudah. "Ternyata begini ya rasanya mengandalkan seseorang?""Ya?""Tidak. Aku perlu waktu untuk mempercayai dirimu. Karena itu aku apa pun yang aku katakan hanyalah lanturan saja," tukas Wu Shi. Hati kecilnya berkata orang ini bisa dipercaya tapi ia tidak bisa percaya lagi. Dan pada akhirnya ucapan Hao Yun ada benarnya. Bahwa tak seharusnya Wu Shi mudah percaya begitu saja."Ha, ini membuatku dilema. Namun yang ada di dalam sini membuatku tenang," kata Wu Shi sembari memegang dadanya, di mana jantungnya berdetak dengan irama tertentu."Hei, tadi kau bilang aku ini orang baik. Apa maksudmu?" tanya Wu Shi kemudian."Kamu bernegosiasi dengan orang yang hampi
Read more
Bab 18. Jeritan Halusinasi
Di berbagai belahan dunia pun, tak semua orang itu baik atau jahat. Semua dari mereka memiliki sifat itu tergantung situasi atau kejadian yang terjadi pada mereka. Wu Shi sendiri pun termasuk. Memaafkan atau dimaafkan, itu menjadi hal yang lumrah namun tak banyak orang bisa melakukannya. Apalagi jika terikat dengan dendam, maka mungkin kehancuran akan menanti mereka. Saat Wu Shi sadar betapa mengerikannya sebuah dendam, ia jadi berpikir panjang dan memilih untuk tidak membunuh siapa pun sebelum semuanya menjadi jelas.Kadangkala ia bingung, apakah tindakannya ini benar atau salah. Tongkat yang tumpul, tidak memiliki ujung yang tajam. Sulit membunuh seseorang dengan tongkat ini, bahkan tongkat ini sendiri pun akan menahan tindakan keji Wu Shi terhadap seseorang. "Inilah alasanku memilih tongkat. Apalagi meski di masa depan aku memilih mengenggam pedang, pada akhirnya aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan senjata itu. Tapi sekarang berbeda." Klang!Ujung tongkat berdentang berat, sua
Read more
Bab 19. Gua Iblis
Mendapati dirinya terombang-ambing, Wu Shi mengangkat tangannya ke atas dan berharap pertolongan akan datang. Sesosok pria berpostur tubuh besar datang mendekati. "Kau ...tolong aku. Aku tidak kuat lagi," ucap Wu Shi. "Tidak bisa.""Kenapa? Apa kau berniat membunuhku?" Ia bertanya dengan setengah sadar."Mana mungkin aku begitu, Tuan. Ini sebuah ujian."Sayup-sayup ia melihat dan mendengar suara petani. Mengenai ujian yang sama sekali tidak membuat Wu Shi tertarik, mengapa harus diutarakan saat ini juga?"Ujian?""Ya. Mohon tunggu sebentar. Aku pun yakin semua akan berjalan lancar.""Ujian katamu. Aku memang memikirkannya tapi tak berniat mengerjakannya."Petani itu tidak menjawabnya sama sekali. Ia diam sembari memejamkan mata dan melihat Wu Shi yang perlahan tenggelam dalam lava dan api yang terbakar. Bukan air sungai yang mengalir, melainkan muntahan gunung yang tersebar di sekitar. Wu Shi dapat bertahan di sana dalam kondisi tak sadar apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ia se
Read more
Bab 20. Musuh Di Masa Depan
Jika berjumpa dengan seseorang yang akan membunuhnya, tentu saja Wu Shi akan naik pitam. Ia tak mau kehancurannya akan datang secepat ini. Wu Shi harus bertindak lebih cepat, itulah yang ia pikirkan saat bertemu pandang dengan sesosok lelaki yang memiliki luka di sebelah matanya.Di satu sisi, lelaki yang juga sadar ada tatapan membunuh, ketika ia berbalik badan, ia pun langsung menemukan orangnya. Berpikir bahwa Wu Shi adalah musuh, baik lelaki itu maupun Wu Shi, keduanya langsung mengangkat senjata."Tuan?"Tap!Hentakkan langkah kaki yang kuat, menghempas debu dengan angin di kakinya. Wu Shi dan lelaki itu kini mulai beradu pedang dengan saling mengeluarkan hawa membunuh. Penjaga Jang, atau bahkan orang-orang lainnya tercengang akan pertarungan yang terjadi di dekat mereka. Sontak mereka semua lekas menghindari jangkauan mereka agar tidak terkena serangan atau bahkan terlibat oleh kedua pendekar itu."Tongkat? Bukan tombak?" gumam lelaki itu bingung."Aku akan membunuhmu!" seru Wu
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status