All Chapters of Pendekar Bertongkat Menuju Puncak: Chapter 61 - Chapter 70
123 Chapters
Bab 61. Beberapa Mantan Pendekar Kuat
Lengan kiri sudah lenyap, pandangan pada sebelah mata juga jadi buram. Kecacatan ini mengingatkannya akan kehancuran di masa mendatang. Wu Shi awalnya tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini, tapi satu hal yang pasti bahwa keputusannya untuk merelakan lengan kiri adalah yang terbaik. "Menurutmu, apa yang aku lakukan saat berhadapan dengannya?" Sengaja ia bertanya pada Hao Yun."Sudah pasti mati. Itulah yang aku pikirkan.""Benar. Aku langsung dikalahkan dalam sekejap mata, dan dia membiarkan aku hidup untuk sementara waktu. Entah apa yang dia cari dariku, tapi itu menakutkan. Saat lengah, aku kabur darinya.""Bagaimana mungkin orang seperti itu sempat lengah?" ujar Hao Yun bertanya, sebab merasa tak percaya. "Tidak. Lebih tepatnya bukan lengah, dia sempat terluka karena seseorang sebelum bertemu denganku." "Lengan kirimu?""Ah, ini ...aku kehilangannya agar kepalaku masih menyatu dengan tubuh." Wu Shi menjawab sedikit ragu."Wah, itu sangat disayangkan.""Tapi tidak masalah.
Read more
Bab 62. Tudingan Jahat
Hao Yun menguping pembicaraan mereka, dan mendengar semua pembahasan yang sudah dibicarakan. Lantas ia menunjukkan batang hidungnya saat mencapai akhir dari perbincangan mereka dengan mengatakan bahwa ia memiliki informasi penting. Ialah Hao Jin, Hao Yun sendiri yang mengatakannya bahwa nama itu adalah bagian dari Tulang Naga. Nama anggota yang diketahuinya yang juga adalah Ayahnya sendiri. "Kau benar-benar yakin akan memburunya ya?" tanya Wu Shi sekilas tak percaya dengan tekad Hao Yun. "Memangnya kenapa? Dialah yang berkhianat buat apa aku harus merasa tidak nyaman?" sahutnya ketus. "Entah kau memiliki perasaan tegar atau sebenarnya hanya tidak peduli. Yang mana dirimu?" gumam Wu Shi. Hao Yun menghela napas panjang, dan memilih tidak berkata apa-apa lagi. Dirinya hanya berpikir bahwa jalan ini yang terbaik, meski rasa tak nyaman ada dalam dirinya ketika melawan Ayah sendiri namun langkahnya maju tanpa keraguan sedikitpun."Terserah kau saja lah. Ngomong-ngomong apakah kau tahu
Read more
Bab 63. Mahluk Gunung
Sesosok lelaki dengan wajah tampan. Sinar bulan sempat menyoroti sosok itu dengan jelas. Karena penasaran, Hao Yun langsung bertanya. "Itu sia—" Namun kalimat tanyanya belum selesai diucapkan, sudah dibungkam langsung oleh Lin. "Jangan bersuara keras. Aku tidak mau berhubungan dengan mahluk gunung itu lagi. Jadi diam saja, dan secara perlahan kita keluar dari sini," ucap Lin. Niat ingin menghindari kontak dari kawan lama, justru ditemukan secepat kilat seolah pria itu memiliki banyak mata di pegunungan. Begitu sadar ada seseorang di dekatnya, ia langsung melemparkan sebilah pisau kecil tanpa ragu. "Waaaa!! Apa barusan?" Karena gelap tak dapat melihat, Hao Yun terkejut dan reflek berteriak."Cih, dasar pendekar tidak berguna," ucap Lin dengan nada ketus dan sinis. Ia mengerutkan kening dan menatap jengkel Hao Yun.Karenanya, keberadaan mereka langsung ketahuan dalam sekejap. Sosok pria yang disebut mahluk gunung, mantan ketua sekte, Yin Ao-Ran tidak ragu melayangkan banyak senjata
Read more
Bab 64. Hutan Bambu
Hao Yun bersama Lin berada di wilayah pegunungan, tempat di mana mantan ketua sekte di sana adalah Yin Ao-Ran, lelaki itu dikenal pendiam dan berdarah dingin. Konyolnya Yin adalah seorang pelupa dan kerap kali lebih mengedepankan insting dan emosi daripada lainnya. Intinya berpikir pendek.Di sana Hao Yun dan Lin sempat dibuat kesulitan olehnya yang menyerang tapi pada akhirnya kesalahpahaman terselesaikan. Hanya saja Hao Yun sendiri kembali memulai pertengkaran di antaranya, sebab Yin tidak mengijinkannya pergi tuk menemui temannya. Alasan Yin tidak mengijinkannya adalah karena saat ini situasi sedang tidak menguntungkan dengan adanya banyak penduduk bergerombol di bawah sana. Sementara itu, Wu Shi bersama Xie berada di sebuah hutan bambu. Lapangan luas yang terkenal di distrik pusat, Hutan Bambu. Tidak hanya nama sebutannya saja, di sini juga merupakan hutan bambu yang sebenarnya. Sejauh mata memandang, Wu Shi hanya melihat betapa lebarnya tumbuhan bambu di sini. Sangat panjang d
Read more
Bab 65. Dikurung untuk Dilindungi
Li Bai sadar setelah melihat pedang yang dibawa Wu Shi, inilah orang yang sedang dilindungi beliau, seolah pesan itu tersampaikan pada semua ketua sekte yang ada di distrik pusat. "Aku sudah melepaskan tali itu tapi dalam kondisimu saat ini, aku harap kau tidak bertindak macam-macam. Tetaplah di sini sampai semuanya mereda kembali," tutur Li Bai meminta. "Tunggu sebentar! Aku tidak bisa terus berdiam diri di sini!" teriak Wu Shi. "Dengan kondisimu, itu tidak mungkin. Kau baru beristirahat selama beberapa hari, itu tidak cukup," kata Li Bai sembari menyerahkan kembali pedangnya. "Maaf ya, aku salah mengira kau adalah pencuri atau sejenisnya. Dan aku baru sadar kalau kau ternyata adalah murid beliau," imbuh Li Bai. "Murid? Guruku ada banyak. Ah, bukan! Aku ingin pergi sekarang!" pekik Wu Shi, ia hampir saja ikut terbawa arus dengan topik lain, beruntung begitu ingat, ia pun segera mengungkitnya lagi. "Kau tidak boleh." Kalimat singkat berupa perintah dan penolakan, sesaat membuat
Read more
Bab 66. Kabut Beracun
Apa yang dikhawatirkan oleh Wu Shi telah terjadi. Tepat sebelum kejadian, ia berulang kali memikirkannya bagaimana jika Tulang Naga mengetahui keberadaannya dan memutuskan untuk langsung menyerang? Harus banyak antisipasi yang banyak guna memikirkan kejadian yang tak terduga. Kemudian, inilah yang terjadi. Sekelompok Tulang Naga tanpa kepala (pemimpin) mendatangi kediaman Li Bai. Kesampingkan tentang bagaimana cara mereka mengetahui keberadaan Wu Shi, sementara beberapa anggota yang sudah berada di dalam telah menyerang para pengikut Li Bai. "Keluarkan aku!" teriak Wu Shi meminta pada lelaki bernama Li Bai. "Kenapa?" sahutnya dengan melirik tajam. "Kenapa katamu? Bukankah sudah jelas, percuma saja menyembunyikan aku di tempat seperti ini.""Itu namanya cari mati. Sudahlah, kau diam saja di sana sampai semuanya selesai. Terlebih lagi jika kau keluar maka itu artinya mereka yang menang," kata Li Bai. "Apa maksudmu?" tanya Wu Shi tidak mengerti."Tulang Naga pasti tidak hanya mengep
Read more
Bab 67. Istana Wulan
Di bawah rembulan malam yang terang, ratusan pendekar turun dan mengangkat senjata. Sabetan pedang yang secara beruntun, dan darah menyembur keluar lalu memgaliri setiap jalan. Bagaikan neraka, itulah perang. "Yang Mulia Kaisar Wang! Mohon ijin, saya masuk untuk memberi laporan!" seru salah satu bawahannya sembari memberi hormat. Kaisar Wang yang terlelap, kini kembali terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Terlebih sejak pagi hari sudah banyak laporan disampaikan mengenai kedatangan Tulang Naga yang membuat kerusuhan di distrik pusat. Di istana Wulan yang sepi, sebelumnya beberapa prajurit penjaganya datang hanya untuk melaporkan hal yang sama secara bergantian. Tidak ada jawaban dari Kaisar Wang sendiri mengenai laporan tersebut. "Lagi, lagi dan lagi!" pekik sang Kaisar mengernyitkan dahi dengan kesal. Teringat dengan laporan sebelumnya.Ia duduk sembari menopang dagu. Raut wajahnya tidak berubah dalam sekejap, hanya saja ia sangat kesal karena kedamaian yang susah payah dicapa
Read more
Bab 68. Hao Jin
Langit gelap tak memandu jalannya yang sempit, langkah kaki yang cepat namun terdapat sebuah keraguan dan ketakutan. Ekspresi serius diikuti kepalan tangan yang kuat. Baik Hao Yun maupun Wu Shi, kedua pendekar itu seakan terhubung dan mulai merasa bahwa mereka sama-sama sedang menghadapi hal berbahaya.Suasana riuh di sekitar, tanah yang kering terinjak, tekad kuat dengan rasa sakit yang setara. Kali ini mungkin pertarungannya akan mengorbankan sesuatu hal yang lain dari orang terdekat. Di dalam kabut beracun, sosok pria bertudung berjalan santai menuju Wu Shi yang terjatuh di tempat. Ia tidak diganggu oleh satu pun pendekar lantaran kabut beracun telah membuat banyak dari pendekar dalam sekte tumbang. Hanya beberapa orang yang mampu bertahan namun tidak dapat bangkit karena kelumpuhan. Sementara Wu Shi, ia meringis kesakitan sambil melindungi Xie dalam dekapannya. "Sudah cukup, Wu Shi. Aku tidak bisa kau lindungi begitu saja. Seharusnya aku lah yang melindungi," kata Xie. "Diamla
Read more
Bab 69. Racun yang Membuatnya Tidak Waras
Pada umumnya, setiap orang akan menghindari kemungkinan hal terburuk yang akan mereka hadapi. Itu adalah hal wajar bagi setiap orang yang tidak mau terlibat sesuatu yang merepotkan. Namun ada beberapa dari mereka yang sengaja merepotkan diri demi sesuatu, namun ada pula yang tanpa sengaja jatuh tak berdaya dan terpuruk di setiap keadaan. Wu Shi, sebagai seorang pendekar yang kini hanya dapat mengenggam pedang dengan satu tangan, berdiri di bawah rembulan dengan bola mata memutih. Penglihatannya di malam itu sangat jelas, sesaat kata-kata indah terlintas dalam benaknya saat mendongakkan kepala.Tapi tidak lagi setelah beberapa saat kemudian, kakinya yang kuat menginjak tanah. Aura terpancar mengitari di sekitar, langit ataupun bulan seakan mendukungnya, ia menjadi pusat perhatian baik bagi rekan sendiri maupun musuhnya.Tetapi, kekagumam sesaat membuat mereka semua mati dalam sekejap. Hanya dalam waktu singkat, semua kepala para anggota Tulang Naga yang bertudung melayang dan menghias
Read more
Bab 70. Bencana Pemabuk
Bencana Pemabuk terjadi hanya satu kali, namun dalam satu kali satu hari itu adalah momen terburuk dalam sepanjang sejarah. Dalam keadaan pikiran kosong, ia membantai hampir ratusan pendekar sekaligus penduduk. Nyawa melayang dengan sangat cepat di tangan Wu Shi seorang. Sosok pria yang merupakan mantan pendekar bahkan jauh lebih menakutkan dan kuat. Dirinya yang hanya mengenggam sebilah pedang, tak gentar maju ke depan hanya untuk menebas musuh-musuhnya yang seharusnya tak perlu ia hiraukan. Para pendekar tingkat menara saat itu datang sangat terlambat, termasuk Ayah Wu Shi sendiri. Kehancurannya sudah terjadi dan semu akan berakhir saat tubuhnya lelah dan terbangun dari tidur nyenyak. "Astaga, aku baru tahu ada orang seperti dia.""Jangan dipikirkan! Cepat habisi saja dia! Dia juga sangat berbahaya!" Beberapa pendekar yang sempat berkumpul itu, memutuskan untuk melawan Wu Shi di tengah-tengah bagian wilayah. Senyum lebar terpoles jelas di wajah Wu Shi, sesaat membuat mereka semu
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status