Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 361 - Bab 370
374 Bab
-TINO STORY- PERMINTAAN CERAI DARI IRISH
"Nona Irish demam tinggi, mungkin karena kedinginan dan kondisi tubuhnya yang menurun drastis. Lebih baik untuk istirahat yang cukup dan jangan terlalu banyak pikiran." Dokter menjelaskan kondisi Irish setelah Shela dan Sebastian memanggil dokter ke ruang mereka. Mereka berdua merasa sedih, menatap Irish yang tengah tertidur nyenyak dengan wajah pucat. "Terima kasih, dok," ucap Shela lirih. "Iya Nyonya, sama-sama." Dokter pun keluar dari dalam kamar, kini hanya ada Shela dan Sebastian, juga Irish. Shela mengusap pucuk kepala Irish dengan lembut. "Biarkan dia di sini sampai sembuh, jangan biarkan dia tinggal dengan Tino," ujar Shela menatap Irish. "Ya," jawab Sebastian singkat. "Ayo kita keluar, biarkan Irish istirahat. Ayo Sayang." Sebastian mengulurkan tangannya pada Shela. Barulah Shela ikut bersama suaminya. Mereka berdua keluar dari dalam kamar Irish, keduanya menuju ke lantai satu dan melihat siapa yang datang. Shela masih kesal dan enggan berbicara dengan Tino. Rasany
Baca selengkapnya
-TINO STORY- BELAJAR UNTUK MEMPERHATIKANMU
Mendengar kata perceraian dari Irish membuat Tino melebarkan kedua matanya. Namun detik selanjutnya Tino terkekeh seperti orang yang tidak bersalah. "Bercerai?" Tawa pelannya terasa kesal. Laki-laki itu menatap Irish dan menangkup satu pipinya. "Hanya karena sebuah kesalahpahaman kau langsung ingin bercerai?" Irish melepaskan tangan Tino dari pipinya. "Bu-bukannya dengan be-begitu kau menjadi se-senang? La-lagipula aku juga ti-tidak ada artinya u-untukmu." Tino menatapnya dalam-dalam sebelum laki-laki itu meraih mangkuk berisi sup yang kini sudah hangat. "Sudahlah, jangan membahas perceraian. Jangan kekanakan Rish, cerai bukanlah hal yang bisa menyelesaikan masalah!" seru Tino dengan nada menekan. Hati Irish seperti di remas kuat. Ia tidak tahu, tidak mengerti, sebenarnya apa yang Tino inginkan. Laki-laki itu hendak menyuapinya, dengan cepat Irish merebut mangkuk di tangan Tino dan memangkunya dengan hati yang terasa kosong. "Kau bisa pergi, tinggalkan aku sendiri," pinta Iris
Baca selengkapnya
-TINO STORY- PERHATIAN YANG MULAI IRISH RASAKAN
"Irish sudah tidak sakit lagi, kan? Hihhhh aku cemas tahu!" Tiana yang asik berguling-guling di atas ranjang kamar Irish menatapnya dengan ekspresi kesal. Sejak pagi tadi, Aldrich sudah mengantarkan Tiana ke sini. Irish ikut berbaring dan menatap Tiana dengan kepala mengangguk. "Su-sudah tidak papa, Tiana." "Syukurlah!" Tiana tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya. "Andai saja Sora juga ada di sini, hemmm... Pasti ramai sekali rumah Mami." "Heem, Ti-Tiano mu-mungkin sibuk. A-aku juga ka-kangen dengan Sora." Pintu kamar terbuka tiba-tiba, muncul Tino yang berjalan masuk ke dalam kamar. Kedua mata Irish mengikuti tiap-tiap Tino bergerak, laki-laki itu mendekatinya. "Kak, sudah dibelikan?" tanya Tiana menatap Tino. "Sudah, ada di lantai satu.""Asik...!" Tiana langsung beranjak cepat meninggalkan Tino dan Irish. Sementara Tino hanya berdua dengan Irish di sana, ia memperhatikan istrinya yang masih diam membisu mengabaikannya. Sampai Tino mengulurkan tangannya di hadapan I
Baca selengkapnya
-TINO STORY- TIDAK AKAN GOYAH TAPI BERDESIR ANEH
"Ini ruam-ruam karena alergi, apa Nona memakan suatu yang memicu alergi?" tanya Dokter Lilia pada Irish. Gadis itu mengangguk takut. "I-iya dok, ta-tapi saya hanya ma-makan se-sedikit." Irish menundukkan kepalanya saat Tino menatapnya tajam. Dokter Lilia mengangguk dan mengambil beberapa obat. "Nona memakan apa? Kacang, cokelat, atau..." "Cokelat, dok." Irish menjawabnya pekan. "Baiklah, jangan diulangi lagi ya, nanti bisa berbahaya. Ini saja rasanya pasti di kulit seperti terbakar, iya kan?" Dokter itu memperhatikan wajah Irish yang was-was. "Tidak papa kok, ini obatnya diminum dan salebnya dioleskan saja." "Terima kasih dok," ucap Tino merangkul pundak Irish. "Sama-sama Tuan." Irish dan Tino keluar dari dalam ruangan dokter, Tino masih merangkul pundak Irish dengan sangat posesif. Ia sendiri tidak tahu kalau ternyata makanan yang ia belikan siang tadi malah membuat istrinya sakit. "Harusnya tadi kau bilang kalau kau alergi!" seru Tino sembari membuka pintu mobil. "A-aku t
Baca selengkapnya
-TINO STORY- TERGODA DAN TAK TAHAN
Semakin malam udara semakin dingin, Tino terbangun merasakan seseorang memeluknya dengan sangat-sangat erat. Laki-laki itu pada mulanya tidak akan bisa tidur bila seseorang memeluknya, kecuali dia yang memeluk orang tersebut. Decakan terdengar dari bibirnya, ia membuka kedua mata dan hampir mengumpat. Namun pemandangan pertama yang ia lihat ada Irish dengan wajah cantiknya dan masih setia tengkurap dengan satu tangan memeluknya. "Ya ampun," lirih Tino beranjak pelan untuk duduk. Laki-laki itu memperhatikan selimut yang turun dan menampakkan punggung kecil Irish yang putih dalam cahaya remang. Tino menatapnya dari dekat, ia meraih salep di atas nakas dan mengobatinya di beberapa ruam-ruam yang sudah tak separah sebelumnya. "Luka apa saja ini?" gumam lirih Tino melihat punggung Irish yang dipenuhi beberapa luka di sana. "Tidak mungkin dia dicambuk, kan?" Saat jemarinya mengikuti arah luka di kulit putih Irish, tiba-tiba gadis itu bergerak dan sedikit memiringkan tubuhnya. "Astaga
Baca selengkapnya
-TINO STORY- ISTRIKU YANG ANEH DAN AJAIB!
Irish menatap sarapannya, ia merasa tidak tenang setelah kejadian pagi tadi bersama Tino. Laki-laki itu membuat dada Irish berdebar tak karuan hanya dengan melihat wajah tampannya saja. Tiba-tiba tangan Irish meremas kuat sendok garpu di tangannya. 'Pembohong! Dia bilang dia tidak suka denganku, tidak tertarik denganku, tapi... Tapi dia mengecupku berkali-kali sampai aku rasanya hampir mati kehabisan oksigen!' Irish cemberut kesal, memakan makanannya. Ekspresinya mampu dibaca oleh Tino yang tak sengaja menatapnya. "Makan yang benar, setelah itu minum obatmu." Tino berucap. "I-iya." Selesai sarapan, Irish meminum obatnya dan merasakan gatal-gatal di tubuhnya juga ruamnya pun mulai menghilang. Gadis itu kini berada di kamarnya setelah ia menyelesaikan sarapannya. Irish tengah menata beberapa peralatan balet miliknya, dari rok tutu dari kain tile berwarna merah muda, hingga sepatunya yang sedikit usang. Sedangkan Tino memperhatikannya dari sofa, sembari memangku laptopnya. Ia men
Baca selengkapnya
-TINO STORY- AKU MARAH DAN AKU CEMBURU!
Jam makan siang membuat Irish meninggalkan kelas dengan cepat. Apalagi saat salah satu anak didiknya mengatakan kalau ada seseorang yang menunggu Irish di depan. Gadis itu berjalan ke depan, di sana ia melihat Tino yang tengah berdiri menunggunya."Tino..." Irish mendekatinya. Laki-laki itu menoleh, ia menatap Irish yang masih dengan rok balet yang dia pakai. Lucu sekali. "Sudah jam makan siang, ayo pergi makan dulu," ajak Tino. "Ah ya, tu-tunggu sebentar. Barang-barangku be-belum aku kemasi!" seru Irish. Tino mengangguk, ia memperhatikan istrinya yang bergegas lari ke dalam sebuah ruangan. Di sana, Tino diam menatap pemandangan kota dari dalam gedung tersebut. Sampai tiba-tiba saja seorang laki-laki tidak sengaja berjalan di lorong tersebut hingga Tino menoleh dan menatapnya. "Oh, kau suaminya Irish?" tanya laki-laki itu. Tino mengerutkan keningnya, laki-laki yang menyapanya ini, laki-laki yang pagi tadi menyapa Irish. Dia, Edward. "Ya, aku suaminya," jawab Tino. Edward ter
Baca selengkapnya
-TINO STORY- BELAJAR TUK MENCINTAIMU
Makan malam bersama di kediaman keluarga Morgan, Irish dan Tino sudah berada di sana sejak beberapa jam yang lalu. Malam ini sangat membahagiakan untuk Irish, ia bertemu kembali dengan mantan penasihat keluarganya, Paman Caesar yang sudah beberapa bulan ini kembali ke tempat asalnya di Austria. Irish pun kini tengah memeluk sepasang suami istri tersebut. Mereka berdua menatap Irish yang tersenyum manis dengan mata berkaca-kaca. "Non Irish, ya ampun..." Bibi Alpen memeluknya. "Bibi kangen, Non Irish kenapa sekarang kurus begini?" "Ya ampun nak..." Paman Caesar pun juga memeluknya. Sedangkan Sebastian dan Shela, juga para anak-anaknya hanya diam memperhatikan mereka. "I-Irish sekarang sudah menjadi ba-bagian dari ke-keluarga ini, Paman. I-Irish senang tinggal bersama me-mereka!" seru gadis itu terkekeh manis. "Jangan khawatir, Caesar. Aku akan menjaga Irish dengan baik," ujar Sebastian mendekati mereka dan merangkul Irish seperti memeluk anaknya sendiri. Irish mendongak menatap
Baca selengkapnya
-TINO STORY- TINO, APA KAU BISA MENCINTAIKU?
Saat Paman Caesar dan Bibi Alpen berpamitan pulang, mereka berdua meminta waktu sebentar pada Tino untuk berbicara dengan Irish. Kini mereka bertiga berada di luar, Irish memeluk mereka berdua dengan sangat erat. "Jangan menangis ya nak, Bibi melakukan ini karena Paman dan Bibi tidak punya pilihan lain," bisik Bibi Alpen mengusap pipi Irish yang basah. "Apa suamimu tidak baik? Dia sering memarahimu, nak?" tanya Paman Caesar yang cemas saat melihat Irish menangis seperti ini. Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak Paman. Su-suamiku laki-laki yang baik, di-dia mencintaiku. Ba-bahkan Tino juga sangat pe-perhatian padaku se-sejak mengenalku. Pa-paman dan Bibi ti-tidak udah khawatir. I-irish hanya sedih sa-saat bersama kalian, I-Irish teringat dengan Mama dan Papa." Caesar mengusap air matanya, laki-laki itu sangat iba pada nasib Irish. Dulu hidupnya seperti seorang anak raja yang dimanja dan disayangi, namun semuanya berubah drastis saat kedua orang tuanya tiada. Keluar
Baca selengkapnya
-TINO STORY- JAHIL, TAPI AKU SAYANG PADAMU
Semalam Irish tidur bersama Tino. Laki-laki itu memeluknya dengan erat dan menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal untuk gadis itu. Irish terbangun saat cahaya matahari menghangatkan wajahnya melalui celah jendela. "A-aduhh..." Irish mengusap wajahnya pelan. Gadis itu menatap ke arah samping di mana Tino, suaminya masih tertidur dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk lehernya yang hangat. Rasa menggelitik ingin menyentuh pipi suaminya ini. Irish mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Tino dengan lembut. 'Dia sangat tampan, dia juga memiliki sisi yang lembut di lain waktu. Tapi sosok ini, aku tidak tahu kapan aku bisa menyelami tentangnya,' batin Irish mengusap pipi Tino dengan ibu jarinya. "Tino, ba-bangun..." Irish menepuk lengan yang melilit kuat di pinggangnya. "Ck! Lima menit lagi, aku ngantuk!" Tino melepaskan pelukannya, laki-laki itu malah tengkurap dan memeluk bantal milik Irish. "Ka-katanya kau i-ingin berolahraga!" pekik Irish menepuk punggung suaminya di balik pi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
333435363738
DMCA.com Protection Status