All Chapters of TERJEBAK CINTA BOS KEJAM : Chapter 21 - Chapter 30
31 Chapters
Bab 21 Pernikahan Nesya
“Kamu niat menikahiku tidak? Ini sudah jam berapa kamu belum sampai, yang mau menikah bukan kita saja!” kesal Nesya berbicara dengan Gunawan di sambungan ponsel. “Iya sabar, ini lagi macet. Sebentar lagi sampai di kantor KUA,” jawab Gunawan santai.Nesya mematikan ponsel sepihak dengan begitu kesal lalu ia duduk di kursi. Arya hanya menghela nafas panjang mengusap pundak sang Adik. “Sabar, ini minum dulu.” Arya memberikan minum pada Nesya. "Terima kasih, Kak.” Nesya meminum air mineral kemasan gelas tersebut sampai habis. “Jaga emosimu, ingat kandungan kamu,” bisik Arya membuat sedikit meredam emosi dihatinya. Tak lama Gunawan sampai, ia berjalan masuk kedalam kantor KUA.“Maaf saya terlambat,” ucap Gunawan tidak enak hati. Nesya menatap tajam Gunawan, Gunawan mengerti dengan tatapan Nesya pun menghampirinya.“Maafkan aku, tadi macet jadi sedikit terlambat,” ucap Gunawan memberitahu lalu duduk disamping Nesya.“Aku pikir kau tidak jadi datang,” lirih Nesya yang sedari tadi menyemb
Read more
Bab 22 Sisi Lain Gunawan
Gunawan menyandarkan kepalanya di setir mobil memperhatikan Nesya yang sedang tertidur. Ia tidak menyangka wanita dua puluh tujuh tahun itu saat ini menjadi istrinya. Perbedaan usia mereka juga cukup jauh yaitu enam belas tahun. Gunawan juga tidak menyangka akan memiliki anak lagi di usia kepala empat lebih. Padahal ia juga sudah mempunyai cucu dari Sarah.Gunawan menghela nafas panjang meregangkan otot-ototnya yang tegang karena ia juga kelelahan mengikuti acara di rumah keluarga Nesya.“Apa yang harus aku lakukan pada wanita sialan ini, sampai kapan aku berpura-pura baik padanya,” batin Gunawan. Gunawan membuka pintu mobil lalu keluar lebih dulu. Tiba-tiba Sarah datang mengagetkannya.“Oh, jadi papa benar-benar menikahi wanita murahan itu?” tanya Sarah dengan emosi.“Kecilkan suaramu, Sarah,” pekik Gunawan menahan emosi mendengar suara lantang putrinya. Sarah menyilangkan tangannya di dadanya melihat sang papa membopong Nesya masuk kedalam. Walau Sarah begitu kesal ia mengikuti la
Read more
Bab 23 Racun
“Non, biar saya saja yang memasak, nanti pak Gunawan marah sama saya, Non,” ucap asisten rumah tangga Gunawan. Nesya tersenyum melihat asisten rumah tangganya sambil membuat bumbu sop kesukaan Gunawan, Nesya mengetahui makanan kesukaan Gunawan dari sekretarisnya. “Nanti kalau dia marah sama Bibi, biar saya yang marahin balik, Bibi tenang saja. Bos kejam itu tidak akan pernah bisa marah dengan istri cantiknya ini. Lihat saja,” ucap Nesya lalu melanjutkan memasaknya. “Tapi, Non.”“Sssttt! Bibi bantu cuci wortelnya saja.” “Baik, Non.” “Bibi, kopiku mana?” teriak Gunawan tiba-tiba yang baru saja bangun tidur. “Iya, Pak. Sebentar!” jawab bibi melihat Nesya. Nesya tersenyum memberi isyarat agar ia saja yang membuatkannya kopi.“Bibi lanjutkan ini ya, tinggal masukin wortel dan daun bawangnya. Biar saya yang buat kopi.” Bibi hanya mengangguk lalu Nesy membuat kopi untuk Gunawan, tak lupa ia bawakan kue risoles buatannya. “Halo, selamat pagi, Sayang. Ini kopinya dan ini kue buatanku,
Read more
Bab 24 BIANG Kerok
“Iya kak Bintang. Aku baik-baik saja. Jaga diri kakak juga ya. Bye,” salam Nesya pada Bintang diakhir sambungan ponselnya."Siapa?” tanya Gunawan tiba-tiba di belakang Nesya, membuat dirinya terkejut.“Astagfirullah! Kau kenapa tiba-tiba datang! Kaget tahu!” kesal Nesya. “Kamu saja keasyikan telpon sampai suami pulang tidak tahu, telepon dengan siapa” saut Gunawan menatap Nesya.“Hubungan kita hanya status, jadi aku telepon dengan siapapun itu hak ku.” “Aku hanya bertanya, bukan melarang. Iya aku tahu, status kita hanya diatas kertas.” Gunawan kemudian mengangkat sambungan ponselnya karena sedari tadi berdering.“Ya, Rin. Jadi dong. Besok kau siapkan saja berkas untuk meeting di Solo.” Gunawan sekilas melirik Nesya yang menirukan ia bicara.“Menginap di hotel seperti biasa, satu kamar saja berdua sama kamu,” balas Gunawan dan masih melirik Nesya yang saat ini seperti kesal mendengar kalimat Gunawan pada sekretarisnya. “Ok, sampai ketemu besok.” Gunawan mematikan sambungan ponselnya
Read more
Bab 25 Tanpa Sadar Perhatian
“Nes, aku tahu kamu sangat membenciku saat ini. Aku tahu kesalahanku padamu tidak bisa dimaafkan. Tapi, mengapa harus mertuaku yang menjadi pilihan terakhirmu?” Nesya seperti sudah lelah dengan semua pertanyaan Adipati tentang pilihannya menikahi mertua sang mantan. Ia juga lelah memberikan jawaban yang sama. “Mas, ini mungkin terakhir kali aku katakan padamu, setelah ini, tolong jangan pernah lagi bicara atau menanyakan hal serupa lagi padaku. Aku hamil anak mertuamu dan dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Ini semua juga salahmu, jika kamu jujur, mungkin aku tidak terjebak dengan pernikahan yang tidak aku inginkan.” “Maaf, Nes. Tapi aku harap kamu tidak jatuh cinta dengannya. Aku harap rasa itu masih untukku.” Adipati memandang Nesya penuh harap. Berharap masih ada cinta di hati Nesya untuknya. “Untuk itu, itu urusanku. Tidak ada yang tahu hati ini untuk siapa. Begitu juga dirimu, hanya kau yang tahu isi hatimu. Pulanglah, jangan sampai Sarah melabrak diriku lagi. Aku
Read more
Bab 26 Mulai Terpikat
Nesya saat ini sedang melihat ponsel Gunawan, ia berusaha membukanya tetapi sayang ponselnya menggunakan password. “Sial,” cicitnya melempar ponsel suaminya di atas tempat tidur. Kemudian ia berbaring diatas tempat tidur dan meraih ponselnya kembali.“Passwordnya apa sih?” gumam Nesya.“Nes, lihat hapeku?” tanya Gunawan tiba-tiba masuk ke kamar.Nesya mengangkat ponselnya.“Ini,” balas Nesya malas.“Kamu buka hapeku?” “Awalnya, tapi tidak bisa dibuka, semua di kunci. Aku seperti istri tidak dianggap. Tidak tahu isi hape suamiku,” balas Nesya lalu duduk melihat Gunawan yang juga duduk di sampingnya.Gunawan menatap Nesya dengan tajam. “Kamu curiga aku berbalas pesan dengan wanita lain?”Nesya menggeleng lemah. “Tidak, untuk apa? Kalau mau selingkuh terserah kamu, aku cuma mau lihat isi hape kamu, apa aku salah?” Nesya memasang wajah datar. Tetapi Gunawan menganggapnya cemburu. Gunawan menarik nafas dalam-dalam lalu mendekati Nesya.“Bagus, karena kamu tidak boleh membuka ponsel ini,
Read more
Bab 27 Kepergian Bu Kalina
"Apa? di rumah sakit mana?” tanya Nesya terkejut karena sang mama masuk rumah sakit."Baik, aku kesana sekarang.” Nesya menutup sambungan ponselnya. “Mas! Mas …!” teriak Nesya memanggil Gunawan. "Ada apa sih, Nes. Masih pagi sudah teriak-teriak.” balas Gunawan membuka separuh pintu kamar mandi.“Mama, Mama masuk rumah sakit!” “Ha, kapan?” Nesya sambil menyiapkan baju untuk Gunawan.“Tidak tahu, bibi cuma memberitahu mana masuk rumah sakit.” “Ya sudah, tunggu sebentar.” Gunawan bergegas menyelesaikan mandinya.Nesya mengganti bajunya dan buru-buru menyiapkan bapa yang harus ia bawa.“Mas buruan!” teriak Nesya. Nesya berjalan kesana kemari seperti tidak memikirkan kandungannya membuat Gunawan yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampirinya."Kamu bisa pelan tidak? Kamu itu sedang hamil.” Gunawan menarik pelan tangan Nesya. "Aku, panik. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan mama,” balas Nesya yang suaranya bergetar menahan tangis. "Mama baik-baik saja dan sudah ditangani d
Read more
Bab 28 Gunawan Panik
“Ma, secepat ini mama pergi menyusul papa. Nesya sama siapa ma. Apa mama tidak mau melihat Nesya mencari keadilan untuk diri Nesya. Sedikit lagi Nesya mendapatkan keadilan itu ma. Gunawan sudah jatuh hati dengan Nesya. Sedikit lagi bukti itu akan Nesya dapatkan,” batin Nesya diatas pusara sang mama. Nesya hanya bisa diam dan air matanya terus mengalir tanpa permisi. Untuk saat ini ia bingung harus melakukan apa. Dunianya serasa runtuh kehilangan orang yang sangat ia cintai setelah sang papa.Gunawan begitu setia menemani Nesya, merangkul dan mencoba memberikan semangat.“Sabar, Sayang,” ucap pelan Gunawan mencium pucuk rambut Nesya.“Nesya, pulang ya. Semua orang sudah pulang. Biarkan mamamu istirahat dengan tenang,” ucap Arya mengusap pundak sang adik.Nesya mengusap air matanya lalu bangkit dibantu Gunawan. Namun, tiba-tiba ia tidak sadarkan diri. Semua kerabat yang masih ada di pemakaman panik terlebih Gunawan dan Arya. “Nesya,” ucap Gunawan menepuk lembut pipinya, kemudian membop
Read more
Bab 29 Kesabaran Gunawan
Nesya duduk termenung di depan jendela besar rumah orang tuanya. Ingatannya kembali saat kedua orang tuanya masih hidup. Ingin sekali ia kembali ke masa lalu, kehidupan yang begitu harmonis bersama keluarganya. Namun, ia juga sadar, itu semua tidak mungkin terjadi. “Papa, mama. Mungkin ini jalan Tuhan yang terbaik. Aku akan melanjutkan hidupku. Kalian berdua sudah bersama, Nesya akan berusaha untuk menghadapi hidup ini tanpa kalian, Nesya pasti bisa,” batin Nesya lalu mengusap air matanya. Sudah satu minggu lebih, Gunawan juga masih begitu sedih melihat istrinya yang seolah belum menerima kepergian sang mama. Ia tahu rasanya ditinggal orang yang sangat dicintai. “Nes, makan dulu ya sebelum pulang,” ucap Gunawan sambil mengusap pundak Nesya.Nesya melihat Gunawan, pria dihadapannya itu sudah beberapa hari terakhir begitu perhatian padanya dan lebih protektif. Sebenarnya ia risih diperlukan seperti itu. “Mas, bisa tidak satu hari lagi kita menginap di rumah ini. Aku masih ingin dir
Read more
Bab 30 Mencari Celah
Nesya diam-diam ke ruangan kerja Gunawan, ia mencari beberapa berkas perusahaan penting. Ia tahu perusahaan suaminya itu sedang tidak baik-baik saja dan ia ingin mengambil alih perusahaan tersebut dengan bantuan sang kakak, Arya. “Dimana berkas perusahaan itu, hari ini aku harus menemukannya,” gumam Nesya mencari di lemari rak buku dan berkas penting lainnya. “Nes, kamu ngapain!” seru seseorang membuat Nesya terkejut.Nesya menoleh rupanya sang suami sudah pulang dari kantor.“Ah, ini aku cari buku yang kemarin kamu baca,” Nesya kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.“Oh, Buku itu ada di laci meja nakas.” Gunawan menghampiri Nesya lalu memeluknya.“Kamu sudah makan,” tanya Gunawan masih memeluk Nesya.Nesya mengatur nafasnya. Ia takut ketahuan mencari dokumen penting perusahaan suaminya.“Belum, aku pengen makan ramen.”Gunawan melepaskan pelukannya. Ia tersenyum melihat Nesya lalu mengusap perutnya.“Baiklah, kita ke restoran langganan kita.” Nesya tersenyum ti
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status