Semua Bab DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU: Bab 131 - Bab 140
180 Bab
(S2) Bab 16. Antara Rosa dan Rena
"Bukan, ini cuma tebakan Ayah. Emang benar kamu punya kekasih? Kalau iya, kenapa gak dikenalin?"Alvino menghela napas panjang. Dia saja sudah bingung bagaimana menolak keinginan bundanya untuk melamar gadis lain, apalagi harus mengenalkan pada orang tua. Selama hidup sendiri, lelaki jangkung itu memang kesepian, tetapi tetap saja merasa damai.Cinta memang membawa masalah apabila tidak dikemudikan dengan baik. Ah, Alvino tertawa kecil. Anggapan apa itu? Sebaiknya dia segera masuk rumah untuk menghindari banyak pertanyaan. Tadi sang bunda terlihat khawatir sehingga memintanya tidak membahas apa pun ketika ditanyai.Dengan alasan belum salat asar, lelaki itu bisa terhindar dari ragam pertanyaan sang ayah. Dia melangkah panjang, begitu cepat seolah tidak sabar untuk segera bersembunyi di dalam kamar. Mengecek ponsel, ternyata ada beberapa pesan dari Rosaline yang menanyakan keberadaannya dan mengapa sulit dihubungi.[Tadi ada urusan di luar. Kenapa?
Baca selengkapnya
(S2) Bab 17. Melamar
Zanna memberi tatapan tajam pada suaminya. Mengapa di usia tua baru memikirkan pernikahan ke dua? Kalau memang benar demikian, sebaiknya mereka menempuh jalan masing-masing saja daripada harus menyakiti satu sama lain.Tidak ada wanita yang benar-benar ikhlas berbagi. Hati pasti terluka lalu mencoba membalut sedemikian rapi karena ingin menerima takdir apa pun dari Tuhan. Seperti yang dikatakan bahwa surga hanyalah tempat bagi mereka yang mampu ikhlas dan sabar.Namun, Zanna adalah Zanna. Sejak dulu, bahkan saat dirinya masih miskin bersama mendiang suami pertama, dia sudah lebih dulu menolak untuk hidup berbagi dengan wanita lain. Apalagi sekarang yang mana bisa menikmati hidup tanpa repot menjajakan kue, anaknya pun telah menginjak usia dewasa.Dia bisa mengurus diri sendiri. Alvino pun pasti akan memilih ikut pada bundanya karena keluarga dari pihak sang ayah kurang dekat."Kenapa diam, Sayang? Kamu setuju, kan? Kita sudah sama-sama tua loh ini
Baca selengkapnya
(S2) Bab 18. Siapa Dia?
"Serius Al ngelamar Rosa?!" Lucky terperanjat kaget mendengar ucapan Rena yang baru saja menghampirinya.Dosen tidak bisa datang karena ada urusan mendadak yang harus diselesaikan. Rena pun mengambil kesempatan untuk menyampaikan informasi. Dia tidak bisa memendam sendiri, lagi pula Lucky masih sepupu Alvino, bukan kesalahan jika menanyai pendapat, kan?"Ya, yang aku tahu gitu. Tadi ketemu sama Om Akmal. Dia ngasih tahu kalau Al ngelamar Rosa dan semua itu bukan keinginannya.""Maksud kamu ... rencana Tante Za?"Rena mengangguk. Sungguh, gadis itu teramat penasaran mengapa bunda Alvino melakukannya. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan.Bukan hanya itu, Rena juga melihat gerak-gerik aneh dari ibunya. Apa mungkin dia mengetahui sesuatu, tetapi enggan memberitahu siapa pun? Jangan-jangan Rosaline adalah target yang dimaksud.Lama berpikir, Rena menatap lekat pada Lucky. "Kamu nggak ada informasi sama sekali?""Enggak.
Baca selengkapnya
(S2) Bab 19. Ternyata Lelaki Itu
Rena merasa tidak asing dengan mobil tadi. Akan tetapi, siapa pemiliknya dan mengapa harus mengintip di rumah Alvino serta mengatainya tidak akan bahagia?Lama termenung di luar, dia kembali ke ruang tamu dengan pertanyaan masih menyergap di dada. Kedua temannya terlalu lama melakukan salat asar, membuat Rena sedikit jenuh."Maaf, ya, Tante kelamaan karena salat tadi, Ren." Zanna datang dengan senyum terbit di wajahnya. Dia membawa teh manis hangat dan sepiring pisang goreng. "Diminum tehnya!"Rena mengangguk. Tiba-tiba dia teringat dengan sosok tadi. Haruskah menyampaikan pada wanita di hadapannya atau justru memendam karena ingin diskusi dengan Lucky terlebih dahulu?"Jangan dipikirin, Ren. Dia nggak akan membawa masalah apa pun bagi Alvino. Kalau bisa, kamu pura-pura nggak tahu aja. Jangan sampai Al sama Lucky bertindak ceroboh."Kedua bola mata Rena membulat sempurna. Dia seperti berhadapan dengan cenayang yang bisa tahu banyak hal. "
Baca selengkapnya
(S2) Bab 20. Tamu yang Sama
"Zanna!" Suara melengking dari Oma Siska mengagetkan wanita itu. Dia baru saja selesai menjemur pakaian di belakang rumah, tetapi sudah berhadapan dengan nenek lampir lagi.Setelah masuk rumah lewat pintu belakang, matanya langsung melihat pada mertua yang menekuk wajah lantas berisyarat dengan tangan agar Zanna mengikutinya.Mereka duduk saling berhadapan di ruang tengah. Untung saja ada AC, jika tidak, mungkin tanduk Zanna segera keluar. Cuaca di luar pun sangat panas, harusnya dia segera mandi sebelum memasak untuk makan siang."Ibu denger kamu ngelamar gadis buat Al?""Iya.""Kamu gak bisa menghargai usaha mertuamu sendiri, Za. Sejak dulu kamu selalu menentang Ibu sampai melahirkan anak satu telinga. Ibu berusaha cari gadis baik-baik buat Al, malah kamu carikan yang lain lagi. Siapa namanya?""Rosa." Zanna berusaha menjawab dengan santai."Nah iya, Rosa. Kalau mau nikahin seseorang itu barus tahu seluk-beluk keluarga
Baca selengkapnya
(S2) Bab 21. Party Bersama Rosaline
"Tan, Alvino ada nggak?" Rosaline melempar pertanyaan ketika Zanna membuka pintu.Mengedarkan pandangan, Zanna berpikir gadis itu sedang ngelantur. Apa tidak salah bertamu setelah isya? Pakaiannya memang masih terbilang sopan, tetapi seperti ingin mengadakan party."Tan?""Ada di dalam. Masuk, Tante panggilin Al dulu!"Gadis berambut panjang itu tersenyum manis, mengekori wanita setengah baya itu ke dalam, berakhir duduk di sofa ruang tamu. Berselang lima menit, Alvino keluar dengan memakai piyama tidur."Ngapain malam-malam ke sini?""Ponselmu gak aktif, aku telepon dari sore, gak ada respon. Jadi, aku berinisiatif datang ke sini." Rosaline menjeda kalima dengan helaan napas panjang. "Kamu mau temani aku ke pesta ulang tahun Clara nggak?""Clara siapa?""Clara temen aku, temen lama. Aku dipaksa datang, cuman takut pulangnya gimana nanti. Terus ... kita juga diminta bawa pasangan. Aku malu datang sendiri."
Baca selengkapnya
(S2) Bab 22. Sebuah Petaka
Xavier menarik paksa lelaki jangkung itu lantas memintanya bergabung bersama yang lain. Malam semakin larut, semua orang pun kian memanas. Sebagian dari mereka mulai melempar ke meja ke sembarang arah sambil terus menggerakkan tubuh ke kanan dan kiri.Semua berbahagia dalam keadaan setengah sadar. Waktu pun terus berputar, Alvino dilanda rasa kantuk. Dia berusaha melangkahkan kaki menjauh dari kerumunan. Pandangan mengabur, kepala berdenyut sakit.Lelaki jangkung itu melepas jaketnya karena keringat mulai membasahi tubuh. Dia hanya ingin tertidur atau berendam semalaman dalam ruangan full AC. Terus melangkah sambil menempelkan tangan ke dinding rumah, sampailah dia pada pintu bernuansa abu."Alvino!" Suara itu tidak dia indahkan karena rasa mual semakin menggelora. Beruntung Alvino menemukan kamar kecil dan langsung memuntahkan isi perut sampai dua menit berlalu. Kepalanya pening, langkah pun semakin sempoyongan.Akhirnya, Alvino berhasil merebahk
Baca selengkapnya
(S2) Bab 23. Aku Akan Menikahinya!
Alvino mengacak rambut karena frustrasi. Sekarang saja orang tuanya sudah marah besar dan kecewa, bagaimana jika nanti mengetahui kesalahan yang lain? Entah mengapa Rosaline berada di kamar itu, apa mungkin disengaja?Bingung, dia melangkah cepat menuju kamar, mengabaikan teguran sang ayah. Alvino ingin menenangkan diri jangan sampai amarah meledak dan timbul masalah dalam keluarga. Semenjak dekat dengan seorang gadis—bukan sebagai teman biasa—dirinya mulai dirundung duka.Ah, andai saja di kalender tertera hari sial, maka Alvino tidak akan pernah keluar dari rumah. Lelaki itu mengepalkan tangan, dia ingat bahwa dirinya seolah dipaksa tadi malam.Sementara itu, suasana di luar kamar masih seperti tadi. Zanna terus saja merasa sedih karena ikut disalahkan dan memang benar, tadi malam dia ikut membujuk Alvino agar mau menemani tunangannya ke pesta."Memang pembawa aib tuh anak, dari awal dia lahir sampai segede sekarang selalu aja ngerepotin!" seru
Baca selengkapnya
(S2) Bab 24. Pernikahan Rosaline
Hari yang dinanti-nanti telah tiba. Semua orang menampilkan senyum paling indah. Dekorasi yang didominasi warna putih itu sesuai pilihan mempelai wanita. Betapa cantiknya mengenakan baju pengantin seperti seorang putri dalam sebuah dongeng.Di kepala Rosaline terdapat sebuah mahkota putih dengan permata biru yang bersinar. Rambutnya ditata sedemikian indahnya dengan bayaran tidak sedikit. Menelan saliva, dia menoleh pada Clara saat melangkah ke samping calon suaminya.Kini, mereka duduk berdampingan bagai seorang raja dan permaisuri. Alvino begitu tampan dengan kemeja biru senada dengan gaun Rosaline walau sedikit lebih gelap. Mereka saling pandang, menampilkan gigi berderet rapi.Acara demi acara berlangsung begitu khidmat. Gadis cantik itu tidak pernah melepaskan senyuman, bahkan ketika bertemu pandang dengan Rena dan Lucky. Dia merasa bahwa gadis yang duduk di kursi undangan sedang mencoba menelan kesedihan di antara deburan ombak yang membuatnya kehilangan keseimbangan."Alvino At
Baca selengkapnya
(S2) Bab 25. Permintaan Maaf
"Alvino! Buka pintu kamarmu!" Suara Zanna menggelegar ketika berada di rumah dan mendapati anaknya menutup pintu kamar dari dalam.Sejak tadi Zanna berteriak seperti orang kesetanan di hadapan mertua, besan dan lainnya. Dia mulai gelap mata dan terus menendang pintu kamar itu. Sekali lagi, dia meneriakkan nama sang putra.Akmal sudah bilang akan merusak pintu kamar apabila Alvino tidak juga membukanya. Namun, wanita cantik itu menolak. Dia merasa bisa mengendalikan anak sendiri.Benar saja, dalam hitungan detik, pintu kamar tersebut mulai terbuka. Alvino muncul dengan memakai celana bahan dan kaos oblong polos. "Tadi aku lagi mandi, Bun. Ada apa?""Ada apa?!" Akmal membentak. Jari telunjuk kanannya bergerak mengarah ke belakang. "Lihat gadis yang kamu nikahi dan talak dalam waktu bersamaan. Dia menangis, Al!""Oh." Alvino memalingkan wajah. Dia sudah sangat muak melihat gadis itu.Dulu saat masih menjadi teman, dia merasa baik-baik saja dan tidak ada keinginan untuk membuatnya terluka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status