All Chapters of Pembantu Kesayangan Mas Mantan: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Bab 31
Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa satu bulan telah terlewati. Saras sudah menjadi pembantu di rumah Alpha selama satu bulan. Hari ini adalah hari dimana Saras menerima gaji untuk pertama kalinya. Saras tidak berharap banyak. Berapapun yang diberikan Alpha, Saras akan menerimanya dengan senang hati. Sebab dia juga tau bahwa satu bulan kemarin, Saras banyak mengacau. Saras bersyukur hingga saat ini Alpha tidak memecatnya."Coba tebak, berapa gaji kamu?" tanya Alpha pada Saras. Mereka berada di meja makan, sarapan bersama sebelum Alpha berangkat ke kantor. Hari ini Gani juga mulai sekolah. Belum TK, tapi PAUD. Saras berpikir sejenak. Mustahil gajinya dua digit. Mustahil juga sekitar satu juta lebih. Melihat bagaimana kinerja Saras selama ini, dia yakin gajinya dibawah satu juta. Bersihnya mungkin sekitar 800 ribu sebab jika betulan satu juta, pasti Alpha memotong beberapa untuk membayar hutangnya yang sangat banyak."800 ribu?" tebak Saras.Alpha terbatuk mendengarnya. Tenggoraka
Read more
Bab 32
Derma membawa kursi yang dia duduki berputar-putar tidak jelas. Sesekali bersenandung, lalu mendorong kursinya mendekati meja Alpha. Pria itu benar-benar mengganggu pekerjaan Alpha. Dia tidak bisa fokus. Sedangkan pekerjaannya menumpuk, dari perusahaan ini dan dari perusahaan miliknya."And when i am back to my girlfriend, i feeling...""Another version of me, i was is it, ooo.....""Derma," panggil Alpha dengan nada jengkel luar biasa. Alpha tidak masalah jika Derma bernyanyi, tapi tidak di ruangan ini. Konsentrasi Alpha pecah karena suara Derma yang tak ada bedanya dengan suara kaleng diinjak ban mobil. "Yes, sir?" Kursi Derma berhenti berputar dan menghadap pada Alpha. Pria itu tersenyum tanpa dosa, membuat Alpha menghela bapas panjang."Lo nggak ada kerjaan atau bagaimana?" tanya Alpha. Jika dilihat, diantara mereka bertiga hanya Derma yang bisa bersantai seolah-seolah semua pekerjaannya telah usai. Padahal Alpha yakin, beberapa projek yang Alpha serahkan pada Derma belum disentu
Read more
Bab 33
Alpha meninggalkan Derma begitu saja. Pembicaraan mereka tentu membuat Alpha khawatir dengan Saras yang tiba-tiba menelpon dan meminta tolong. Agaknya sesuatu telah terjadi. Tapi Alpha tidak bisa menebak apa yang terjadi pada perempuan itu sehingga berteriak seperti sedang diculik oleh perompak Somalia. Dalam hitungan menit, Alpha tiba di rumah. Dia memasuki rumah dengan langkah teburu-buru. "Saras!"Ruang tamu sepi. Begitu juga dengan ruang tengah. Alpha lihat ke dapur, Saras juga tidak ada di sana. Jam menunjukkan pukul setengah dua siang. Selang lima belas menit dari waktu Saras menelponnya."Saras!""Pak Alpha!"Suara itu berasal dari lantai atas. Tanpa pikir panjang, Alpha berlari menaiki tangga. Rumah ini memang memiliki rootfrof yang mana menjadi lantai terakhir yaitu lantai tiga. Alpha jarang ke rootfrof. Hanya disaat-saat tertentu saja. Mungkin rootfrof juga kotor karena jarang dijamah oleh pemilik rumah ini. Pun pembantu sebelumnya tidak berani naik ke sana karena takut. K
Read more
Bab 34
"Saya tidak mengerti kenapa Gani bisa luluh sama kamu. Padahal sebelumnya ada banyak asisten rumah tangga muda dan cantik. Bahkan lebih cantik dari kamu. Tapi tak satupun berhasil merebut hati Gani. Jampi-jampi seperti apa yang kamu bacakan? Apa mantranya?" Mata Alpha menatap Saras. Perempuan itu mencebikkan bibirnya. "Saya juga nggak ngerti kenapa Gani suka sama saya. Yang jelas, saya nggak pakai jampi-jampi atau baca mantra," balas Saras.Alpha mengusap wajahnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Dan entah kenapa, dia bisa terdampar di ruang makan bersama Saras. Tadinya Alpha hanya ingin mengambil jus. Tapi dia menemukan Saras duduk sendirian sembari mengaduk-aduk minuman di gelas. Perkataan Gani tadi siang tentu menjadi beban tersendiri bagi Alpha. Secara tak langsung, Gani menginginkan Saras lebih dari pembantu. Anak itu berharap Saras menjadi ibunya. Itu jelas mustahil. Alpha tidak pernah berniat menjadikan Saras sebagai istrinya. Sekalipun Saras telah berpisa
Read more
Bab 35
Saras benar-benar akan meninggalkan rumah Alpha. Meski hanya beberapa hari, Alpha merasa tidak rela ditinggal pergi oleh pembantu yang serba salah di matanya itu. Ingin menahan Saras agar tidak pergi, nanti perempuan itu besar kepala karena tau Alpha tidak ingin ditinggal. Yasudah, Alpha diam saja dengan rasa gengsinya. Menatap Saras yang sedang menata sarapan untuk terakhir kalinya di rumah ini. "Pak Alpha kok masih pakai baju tidur?" tanya Saras menatap Alpha. Pria itu bangun satu jam yang lalu. Duduk di meja makan dengan wajah kusut, khas bangun tidur. Memperhatikan Saras yang menyiapkan sarapan, lalu sesekali menegur Saras kala ada kesalahan yang tampak di mata Alpha. "Kenapa?" nadanya langsung sewot.Saras menyipitkan mata. Bukan Alpha namanya kalau tidak membuat Saras kesal. Padahal Saras bertanya baik-baik. "Nggak ke kantor?""Perlu saya jawab?"Saras menghela napas, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak usah."Alpha meraih satu lembar roti tawar. Melirik jam dinding, te
Read more
Bab 36
Saras turun dari taxi sembari menyeret koper yang isinya tak seberapa. Sembari terus mempertahankan topengnya, Saras membawa kopernya menaiki bus umum yang sudah menunggu di halte. Kebetulan jam keberangkatannya sebentar lagi. Saras hanya perlu duduk sebentar, lalu bus akan meninggalkan terminal. Terminal pagi itu cukup ramai. Bus juga penuh. Mungkin memang banyak yang ingin pulang kampung. Saras duduk di dekat jendela. Sedangkan di sebelahnya masih kosong. Mungkin pemiliknya belum datang. Saras tidak terlalu peduli selama tidak ada yang mengganggunya."Ini kursi 35 ya?"Saras menoleh, menatap seorang pria yang berdiri di sebelah kursi kosong tersebut. Saras terdiam, lalu mengangguk. "Iya."Pria tersebut tersenyum kecil seraya duduk di kursi kosong tersebut. "Saya duduk di sini ya."Saras merespon dengan anggukkan dan senyuman tipis. Kemudian kembali mengarahkan kepalanya pada kaca jendela mobil. Dia menyenderkan kepalanya di sana dan pikirannya mulai melayang pada Alpha dan Gani. Ap
Read more
Bab 37
Alpha mendadak merasa gelisah. Tidak tau apa sebabnya, Alpha tidak bisa fokus bekerja. Beberapa kali Alpha salah memasukkan data dan berkali-kali pula dia menjawab pertanyaan Derma dengan jawaban yang melenceng. Dia teringat dengan Saras yang tak kunjung memberikan kabar mengenai perjalanan pulangnya. Empat jam telah berlalu dari jam keberangkatan dan belum ada kabar dari Saras."Alpha!! Ini Saras siapa?" Derma menatap Alpha frustasi. Kepalanya pusing membaca data yang telah diinput oleh Alpha. Tidak ada yang benar.Alpha mengusap wajahnya. Dia benar-benar kehilangan fokus karena Saras. Dia tidak khawatir, hanya saja Alpha merasa tidak fokus. Mengingat ucapan Derma perihal orang yang memata-matai rumahnya, Alpha jadi semakin tidak tenang. Alpha takut orang-orang itu adalah bagian dari Bastian. Alpha tidak ingin perempuan itu kembali jatuh di genggaman manusia kejam seperti Bastian. Alpha hanya tidak ingin Saras kembali merasa sakit."Lo kenapa sih, Alpha? Sakit? Lagi jatuh cinta lo sa
Read more
Bab 38
Alpha menatap Gani yang duduk di sebelahnya. Begitu pula dengan Gani, menatap papanya sembari menikmati es krim yang mereka beli sewaktu Alpha menjemput Gani ke sekolah. Ini sebetulnya belum jam pulang Gani. Namun entah kenapa Alpha merasa tidak tenang dan khawatir hingga memutuskan untuk menjemput Gani lebih cepat. "Tante Saras udah sampai di rumahnya pa?" tanya Gani setelah diam-diaman dengan Alpha yang belum juga mengalihkan tatapannya dari Gani.Alpha mengedikkan bahunya. "Nggak tau.""Emangnya nggak papa telvon?" tanya Gani pula."Nggak diangkat," jawab Alpha seraya memalingkan wajahnya dari Gani. Kini tatapannya tertuju pada layar laptop yang menampilkan rekaman cctv pagi tadi. Alpha diam sejenak. Dia betulan telah menelvon Saras. Lima kali, tapi tak diangkat. Pada panggilan keenam, nomor Saras tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Alpha tidak ingin langsung menduga-duga. Mungkin saja tidak ada sinyal di kampung Saras, makanya telvon dari Alpha tidak dijawab. Untuk saat ini Alpha ti
Read more
Bab 39
Kehadiran Saras di rumah Bastian tidak dinantikan dan tidak diinginkan. Saras dapat melihat dari wajah masam mama dan senyum sinis adik iparnya kala Bastian membawa Saras makan bersama di ruang makan. Mereka terlihat sangat membenci Saras. Namun dengan alasan yang tidak bisa dimengerti, mereka mati-matian mencari Saras ketika dia pergi meninggalkan rumah ini. Saras tidak akan melaporkan kejahatan mereka jika itu yang ditakutkan. Seharusnya mereka berdamai dan melupakan semuanya. Masalah selesai dan Saras bisa hidup dengan tenang.Namun sayangnya, manusia dengan mata tajam itu tak pernah mau menyudahi. Mereka tetap ingin menjadi iblis yang menyiksa Saras sampai mati. Begitulah sekiranya janji mereka terhadap Saras. Aneh. Saras yang hancur, Saras yang kehilangan semua masa jayanya dan Saras pula yang disalahkan. Entahlah, ingin mengeluh bahwa dunia tidak adil, tapi Saras masih diberi napas untuk bisa membalas mereka. Itu adalah salah satu bentuk keadilan yang tidak ingin Saras terima.
Read more
Bab 40
Gani ternyata demam. Padahal sepulang sekolah anak itu masih baik-baik saja. Masih bisa tersenyum dan tertawa meski tak seriang biasanya karena masih sedih atas kepergian Saras. Namun pada malam itu, suhu tubuh Gani naik drastis. Tubuhnya panas, pipinya memerah dan anak itu mengigau, memanggil "mama."Alpha langsung membawa Gani ke rumah sakit saat itu juga. Derma juga ikut menjadi sopir. Malam itu tidak ada yang Alpha khawatirkan selain Gani yang tak kunjung sadar kala Alpha panggil. Dia terus menyerukan kata mama dengan suara nyaris berbisik.Setibanya di rumah sakit, Gani langsung di bawa ke unit gawat darurat untuk diperiksa oleh dokter. Sedangkan Alpha dan Derma menunggu dengan cemas di depan ruangan. "Anak bapak mengalami alergi parah. Sebelumnya apakah bapak tau apa yang putra bapak makan?" ucap dokter yang memeriksa Gani.Seharian Gani berada di taman kanak-kanak, tidak berada di bawah pengawasan Alpha. Dia jelas menggelengkan kepala karena tidak tau apa yang putranya makan s
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status