Semua Bab Lelaki Kontrak Super Kaya: Bab 91 - Bab 96
96 Bab
Bab. 91
“Dia bersama siapa ya? Kayaknya jauh lebih muda?”“Mereka terlihat tidak terlalu akrab dan sedikit canggung.”Dewa mengamati William yang sedang bersama dengan seseorang perempuan dewasa, dan umurnya sepertinya masih lebih muda daripada Kalila. Sepertinya sekitar 30-an. Keduanya terlihat sedang berdiri di ujung parkiran, dan sepertinya pertemuan itu sedikit tersembunyi karena William maupun wanita itu sangat sering celingukan, seolah-olah sedang takut kalau dipergoki oleh seseorang.Jepret!Dewa mengambil gambar keduanya dari jarak jauh dan menggunakan zoom dan segera mengirimkan foto itu kepada Zaki, siapa tahu Zaki mengenalnya.Send!Dewa mengirimkan foto itu kepada Zaki dan berharap Zaki segera membaca pesannya. Namun, hingga beberapa saat Zaki tidak kunjung membacanya. Bahkan sampai keduanya orang itu pergi dan masuk ke mobil masing-masing.“Ayo kita lanjut saja, Zaki juga belum membaca pesan. Mungkin dia sedang sibuk,” ujar Dewa yang kemudian mengajak semuanya untuk masuk ke mall
Baca selengkapnya
Bab. 92
“Dewa…,” panggil Rasti pelan sembari menunduk saat tahu kalau anaknya sudah berada di rumah saat dia dan Kalila sedang bersitegang.Dewa tidak menjawab dan terus masuk ke dalam rumah, dilihatnya Kalila yang duduk dengan santai sambil tersenyum miring.“Kenapa kau cepat pulang?” tanya Kalila seolah tidak terjadi sesuatu.Kalila tidak peduli, meskipun dia tahu kalau Dewa sedang menahan amarahnya. “Itu tidak penting! Bisa kau jelaskan apa maksudmu berkata seperti itu kepada ibu?!” tanya Dewa dengan berteriak karena kesal dan menatap tajam ke arah Kalila. Karena yang Dewa tahu selama ini hubungan Rasti dan Kalila mulai sedikit membaik, Dewa tidak tahu kalau sebenarnya di belakangnya hubungan keduanya bagaikan menggenggam bara.“Dewa, ibu yang salah,” ujar Rasti pelan dan berusaha agar Dewa tidak marah kepada menantunya itu.Rasti tahu meskipun Dewa menghargai dan mencintai Kalila, kalau sudah menyangkut hinaan kepada ibunya Dewa bahkan tidak segan-segan kepada orang tersebut.“Kau dengar
Baca selengkapnya
Bab. 93
“Kenapa?” tanya Kalila heran.“Tidak apa-apa.”“Kau lagi mabuk?” Kalila yang sepertinya masih tidak percaya dengan ajakan yang diberikan oleh Dewa terus saja mengajukan pertanyaan kepada sang suami. Dewa menggeleng dan menahan tawanya melihat reaksi yang diberikan oleh Kalila.“Aku tidak mabuk, dan juga aku rasa tidak memerlukan alasan kalau mau mengajak istri sendiri untuk bersenang-senang di luar,” jawab Dewa yang kemudian duduk di ujung pembaringan sambil menatap ke arah Kalila.“Bersama ibumu itu?” tanya Kalila yang tampaknya masih tidak menyukai Rasti.“Dia ibuku dan juga ibumu, karena kita adalah suami istri. Orang tuaku adalah orang tuamu, begitu juga sebaliknya,” ujar Dewa pelan. Dia tahu Kalila memang tidak mudah menerima hal itu untuk mengakui Rasti sebagai ibunya. Namun, Dewa juga tidak akan lelah mengingatkan Kalila agar mengakui hal itu. Karena tidak ada yang bisa menyangkal hubungan itu.“Kita hanya berdua saja. Ibu tidak ikut,” lanjut Dewa yang membuat mata Kalila tam
Baca selengkapnya
Bab. 94
“Ternyata….” Dewa bergumam dalam hatinya dan langsung duduk di belakang kemudi.“Ada apa?” tanya Kalila heran.Kalila menangkap ada suatu keanehan di wajah Dewa saat Dewa membaca sebuah pesan di ponselnya. Kalila tidak tahu itu pesan dari siapa, yang pastinya pesan yang diterima oleh Dewa itu pastinya sangat mengganggunya, karena raut wajah Dewa langsung berubah kesal saat membaca pesan itu.“Tidak apa-apa, hanya sebuah pesan iseng yang tidak penting,” jawab Dewa berusaha untuk santai. Dewa tidak ingin Kalila tahu apa yang mengganggunya itu, walaupun sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mengumpat ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh Zaki tersebut.‘[Itu adalah Agata.]’Itulah pesan singkat yang Dewa terima dari Zaki. Informasi dari Zaki ini sungguh sangat mengganggu, karena semua hal yang tadinya tertuduh kenapa Agata melakukan itu seolah mendapat jawaban. Dan seolah sekarang sudah jelas, orang yang berada di belakang Agata adalah orang yang tadi bersamanya, siapa lagi kalau bu
Baca selengkapnya
Bab. 95
"Bersiaplah…," bisik Dewa di telinga Kalila.Nafas Dewa semakin memburu, tampaknya Kalila sedang berusaha untuk membalas semua sentuhan Dewa.Dewa menarik tangannya, dan bersiap akan melakukan permainan inti mereka. Namun, Dewa tidak mau terburu-buru karena takutnya Kalila akan terkejut. Namun…."Maaf, Dewa. Sepertinya aku belum siap," ujar Kalila memejamkan matanya. Tubuh Kalila belum bisa menerima tubuh Dewa yang sudah siap untuk melakukan tugasnya."Kita coba dulu…," jawab Dewa yang belum bisa melepaskan Kalila dari kungkungannya.Kalila menggeleng sehingga perlahan tubuh polos Dewa yang sedang berada diatas tubuh polos Kalila turun. Dewa benar-benar kecewa, untuk kali kesekian nya dia gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai suami.Dewa hanya diam, terbaring menatap langit-langit kamar hotel itu menerawang dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun. Seolah-olah semua itu sedang mengejeknya yang
Baca selengkapnya
Bab. 96
"Kau marah?”“Tidak ada alasan aku untuk marah,” jawab Dewa sambil menghela nafas berat.“Maaf….” Kalila akhirnya memberanikan diri untuk meminta maaf. Padahal lidahnya begitu kelu untuk mengucapkan kata-kata maaf itu.“Bukan salah kau,” jawab Dewa yang kemudian menyalakan rokoknya karena, pikirannya begitu penat. Sehingga dia perlu zat nikotin untuk merelaksasi kan pikirannya.Kalila semakin merasa bersalah, apalagi saat melihat Dewa yang beberapa kali tampak menarik rambutnya. Karena mungkin kepala Dewa begitu sakit. Kalila tahu rasanya pasti sangat sakit saat harus menahan hasrat yang sudah seharusnya dikeluarkan, namun malah ditahan.Dewa menghisap rokoknya dalam dan membuang asapnya dengan perlahan sembari kembali menghela nafas. Memang Dewa memilih kamar mereka yang bebas merokok, karena memang antara dia dan Kalila sama-sama perokok berat.“Ini sudah malam,” ujar Kalila kemudian, yang bermaksud mengajak Dewa untuk masuk ke kamar dan beristirahat.“Udah hampir pagi,” jawab Dewa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status