All Chapters of Lelaki Kontrak Super Kaya: Chapter 71 - Chapter 80
96 Chapters
Bab. 71
“Maaf….”Dewa menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh, karena Dewa merasa tabrakan mereka begitu keras.“Tidak apa-a…,” ujar wanita itu dan kemudian menatap ke arah Dewa dengan penuh selidik, bahkan dia tidak menyelesaikan ucapannya.“Kau Dewa?” tanya wanita itu lagi, mungkin karena merasa tidak percaya dengan orang yang ada di hadapannya saat ini. Dewa mengangguk pelan, dan melihat wanita itu dengan penuh tanda tanya. Karena Dewa sedikitpun tidak mengenalnya. Dan herannya dia malah mengenal Dewa, hal itulah yang membuat Dewa tampak terheran-heran, karena di tempat seperti ini ada orang yang mengenalnya.“Iya, maaf kau siapa?” tanya Dewa penasaran.Dewa benar-benar tidak tahu siapa perempuan itu, karena memang selama ini Dewa tidak pernah bergaul dengan orang lain. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan juga dia tidak pernah memiliki kepercayaan diri untuk bergaul dengan orang yang seusianya, dia pastinya akan menjadi bahan hinaan dan bullyan. Makanya akhirnya Dewa memilih
Read more
Bab. 72
“Eh gak usah, Dewa,” tolak Saskia yang merasa tidak enak kalau harus merepotkan Dewa untuk mengantarkannya pulang, padahal mereka baru saja bertemu kembali.“Gak masalah. Nanti malah lama dan kau pulangnya kemalaman. Aku juga sudah pulang kerja kok,” ujar Dewa kepada Saskia.Lama Saskia terdiam dan tampak berpikir sejenak, hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya setelah dia menelepon sopirnya itu. Dan ternyata memang masalah pada mobil mereka cukup serius, sehingga harus lama di bengkel. Karena kalau tidak diselesaikan, mereka akan berada dalam masalah.Dengan canggung akhirnya Saskia masuk ke dalam mobil Dewa, dalam hatinya berucap; “Si anak terbully saat sekolah dulu sudah benar-benar sukses. Dan ini adalah definisi kalau hidup itu memang berputar.”Saskia melihat Dewa mengendarai mobil super mewah dengan gaya yang sangat berkelas, dan juga mendengar cerita Dewa kalau dia bekerja di Daraka sebuah perusahaan yang saat ini terkenal sedang dalam masa emas-nya. Padahal tanpa Saskia
Read more
Bab. 73
“Pak Dewa….”Dua orang pengawal tampak gugup saat melihat kedatangan Dewa di belakang mereka. Keduanya tidak menyangka kalau ternyata aksi mereka diketahui oleh Dewa.“Maaf, Pak. Tapi, kami harus melakukan tugas kami,” jawab Jojo yang tampaknya sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang mereka berdua lakukan.Dewa hanya mengangguk, walaupun sebenarnya dalam hatinya sangat marah kepada kedua pengawalnya ini. Namun, ada juga rasa bangga atas kesetiaan keduanya kepadanya.Jojo dan Rigo melakukan apa saja untuk tetap mengawal Dewa, meskipun dengan sembunyi-sembunyi dan menggunakan sepeda motor.“Motor siapa yang kalian pakai?” tanya Dewa lagi.“Salah satu karyawan Daraka, Pak. Dan pak Ari yang bertanggung jawab,” jawab Jojo sambil menunduk.Dewa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan apa yang dilakukan oleh Ari dan pengawalnya ini.“Baiklah, kalian tetap pakai motor. Dan jangan sampai Saskia menyadari kehadiran kalian, karena dia merasa tidak nyaman seolah-olah ada yang mem
Read more
Bab. 74
“Kau sudah pulang?” tanya Dewa heran kepada Kalila.“Aku bertanya sama kau! Kenapa kau malah balik bertanya? Kalau aku sudah berdiri disini, bukankah artinya aku sudah pulang? Dan itu hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi,” ujar Kalila kesal dengan bersidekap dada.Kalila merasa ada sesuatu yang terjadi dan itu menyebabkan Jojo dan Rigo mengawal Dewa dengan sepeda motor.Sementara itu kedua pengawal yang baru saja memarkirkan motornya, dengan segera pergi ke paviliun belakang. Karena mereka sudah menduga kalau bakal terjadi hal yang tidak mereka inginkan. Kalila berdiri dengan marah, sehingga mereka tidak ingin terlibat.“Itu motor siapa, Jo?” tanya Kalila santai namun bisa menghentikan kaki Jojo yang sudah melangkah besar itu.Jojo hanya menggeleng dan terpaksa melihat ke arah Kalila yang tampak tersenyum miring, karena dia tahu kedua pengawal ini cepat-cepat berlalu karena ingin menghindarinya.“Itu motor salah satu karyawan Daraka yang aku pinjam untuk mereka berdua hari ini. Kar
Read more
Bab. 75
Saat ini tubuh Dewa dan juga Kalila sudah polos tanpa mengenakan sehelai benang pun. Dewa kemudian melumat bibir tipis Kalila, walaupun Kalila terlihat tidak membalas, namun Dewa tidak peduli. Sedangkan kedua tangan Dewa mulai menggerayangi dada Kalila. Dewa yakin, Kalila pasti merasakan apa yang dia lakukan itu, namun Kalila masih terlalu malu untuk mengekspresikannya.Bahkan kedua titik di tengah dada Kalila sudah mengeras, dan Dewa menyunggingkan senyumannya karena Kalila mulai sedikit merasa terangsang dengan rangsangan yang diberikan oleh Dewa tersebut. Dan Dewa berharap jika Kalila kali ini tidak menolak apa yang akan dia lakukan."Bersiaplah Kalila, karena setelah ini kau benar-benar akan menjadi istriku yang seutuhnya," bisik Dewa di telinga Kalila.Dewa begitu yakin kalau Kalila tidak akan menolaknya, dan Kalila akan memohon kepada Dewa untuk memuaskannya.Kalila tampak memejamkan matanya ketika Dewa mulai akan melakukan aksinya dan membuka kaki Kalila.Namun tiba-tiba….Br
Read more
Bab. 76
"Aku pergi Kalila," ujar Dewa kepada sang istri saat mereka baru saja selesai menikmati sarapan.Kalila hanya melirik sekilas dengan ekor matanya, melihat kepergian Dewa sedangkan tangannya masih terus menikmati roti dengan olesan selai kacang di tangannya.Tidak ada jawaban ataupun pesan yang disampaikannya."Kau akan pulang terlambat?" tanya Rasti kepada Dewa saat Dewa baru saja membuka pintu mobilnya.Dewa tersenyum melihat sang ibu yang tampak begitu anggun dan cantik saat ini. Dewa bangga melihat ibunya yang sudah semakin terlihat seperti wanita yang elegan."Iya bu, aku ada meeting hari ini hingga jam delapan malam, karena ini agak mendadak. Aku harus mempersiapkan pembukaan cabang yang baru. Jadi, aku akan makan di kantor malam ini. Ibu tidak usah siapin makan malam ya," jawab Dewa sambil tersenyum."Baiklah kalau begitu. Kau hati-hati dan jangan lupa makan. Jaga kesehatan, semoga pembukaan cabangnya berjalan lancar," pesan Rasti kepada Dewa.Walaupun sebenarnya Rasti merasa sa
Read more
Bab. 77
“Semua sudah siap, Pak!”“Kau benar-benar hebat, bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu yang singkat. Mau naik berapa?” tanya Dewa.“Maksudnya, Pak?” tanya Ari kebingungan.“Gaji kau.”“Hahaha….”Ari malah tergelak mendengar tawaran yang diberikan oleh Dewa, karena menurut Ari itu tidaklah penting. Sebab, dia mengerjakan semuanya juga karena itu pekerjaannya.“Bapak ada-ada saja, orang kerja memang jobdesk nya gitu. Malah mau di naikkan gaji. Boleh ganti yang lain gak, pak?” tanya Ari sambil tertawa.Hubungan keduanya memang sudah sedekat itu, hal itulah yang membuat keduanya bisa bekerja sama dengan baik. Karena mereka mengerjakan semua pekerjaan bersama-sama.“Ck…. Kirain beneran nolak,” gumam Dewa sambil berdecak.Sementara itu Ari semakin tergelak, karena dia memang sedang bercanda. Begitupun dengan Dewa, dia tahu kalau Ari hanya bercanda. Tapi, Dewa memang berniat untuk memberikan apresiasi untuk Ari. Karena selama bekerja dengan Dewa, Ari tidak pernah mengeluarkan suara mengelu
Read more
Bab. 78
“Maksud pak Dewa?” tanya Ari heran.“Jangan biarkan penindas orang miskin hidup dengan tenang! Kita harus membalas apa yang telah mereka lakukan pada panti asuhan itu!” jawab Dewa. “Tapi, tidak tahu pemiliknya pak.” Ari menjawab dengan lesu.“Ada nama mall-nya kan? Pasti bisa kita dapatkan informasi mengenai siapa pemiliknya!” jawab Dewa dengan tegas dan pasti.Ari bisa melihat di wajah Dewa menunjukkan keseriusan dan tidak main-main. Ari takut kalau Dewa melakukan hal itu, hidup Dewa akan semakin dalam bahaya. Karena semakin banyak masalah yang akan Dewa hadapi.Apalagi mall yang dimaksud adalah milik William Nurmanegara, Ari tidak akan membiarkan Dewa kembali bermasalah dengan mertuanya itu.Dulu Ari memang begitu dendam dan marah dengan pemilik mall yang telah menggusur mereka, yang membuat mereka kehilangan tempat bernaung dan kehilang juga seorang wanita hebat yang mereka panggil ibu. Namun, lama-lama semakin dewasa Ari, dia semakin menyadari kalau dia tidak akan bisa melawan o
Read more
Bab. 79
"Siapa sih mengganggu saja!"Dengan sangat kesal Dewa meraih ponsel yang terletak di dekat laptopnya itu. Ternyata Kalila yang menelepon, entah ada keperluan apa wanita angkuh dan sombong itu meneleponnya."Sepertinya dia tidak layak disebut wanita," ujar Dewa didalam hatinya."Halo, ada apa?" tanya Dewa tanpa berbasa-basi saat menjawab panggilan dari istrinya itu."Aku akan keluar kota. Besok baru kembali!" ujar Kalila yang sama seperti Dewa tanpa basa basi langsung ke inti masalahnya."Hati-hati!" jawab Dewa singkat. Dewa tidak ingin terlalu banyak mengatur Kalila, karena nantinya pasti Kalila akan meminta Dewa untuk sadar diri. Jangan pernah mengatur hidupnya. Dewa tidak akan pernah lagi memberikan perhatian kepada Kalila.Dewa pikir, setelah mengatakan demikian Kalila akan mematikan sambungan telepon. Namun, ternyata Kalila malah kembali bertanya."Hanya itu?!" tanya Kalila kesal saat mendengar jawaban singkat Dewa.Kalila pasti merasakan kalau Dewa sedang mempermainkannya. Selam
Read more
Bab. 80
“Bagaimana?” tanya Dewa kepada Ari.“Kenapa Bapak sangat berambisi dengan mall itu?” Ari balik bertanya.“Hanya ingin memberikan dia pelajaran, agar dia tahu dengan karma.” Dewa menjawab sambil tersenyum.“Karma?” tanya Ari heran.“Hahaha…. Iya, semua yang dia lakukan di masa lalu akan kembali lagi ke dia. Entah kapan waktunya. Dan inilah waktunya,” jawab Dewa.Dewa tersenyum melihat wajah Ari yang tampak sangat tegang, sepertinya Ari belum siap melakukan apapun.“Kalau tidak seperti itu, William tidak akan sadar dengan semua kesalahan nya. Dia bahkan seolah-olah tidak ingat akan umurnya yang semakin menua, namun tetap saja melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Bahkan anaknya sendiri akan dia paksa menikah dengan lelaki tua hanya demi harta,” ujar Dewa lagi.“Jangan lakukan itu, Pak. Karena, nantinya beliau pasti akan tahu, dan bapak yang akan mendapatkan masalahnya. Cukuplah sudah hidup kita seperti saat ini. Dan juga kalau aku melakukan itu, ada satu hal lagi yang aku takutka
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status