All Chapters of Legenda Dewa Cahaya: Chapter 191 - Chapter 200
348 Chapters
191. Xia Qing Yue (18+)
Xia Qing Yue menatap pemuda itu dengan berbagai macam perasaan di dalam hatinya. Ada perasaan takjub, bangga, kaget, tak menyangka dan lain-lain."Suamiku, bagaimana kau bisa menjadi sehebat ini? Apakah semua ini karena kau adalah seorang dewa seperti yang kau katakan?" tanya nya.Bara mengangguk. Dia melepaskan jeratan rantai ungu miliknya sehingga harimau putih itu terlepas. Setelah sang harimau terlepas, dengan masih menunduk dan sesekali melirik kearah Bara, harimau itu mendekati kaki sang pemuda lalu menjilatinya.Pemandangan itu semakin membuat Xia Qing Yue merasa takjub. Harimau itu masih menunduk hingga saat tangan Bara Sena membelai kepalanya dia pun mengangkat wajah."Kau boleh pergi, tapi sebelumnya aku minta tolong padamu. Jangan biarkan binatang lain masuk ke kawasan ini. Mengerti?" kata Bara.Harimau putih itu mengangguk lalu dia pun mengaum sekali dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Bara Sena pun menoleh kearah Xia Qing Yue. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
Read more
192.Munculnya Aura Aneh
Xia Qing Yue mendesah keras saat Bara Sena tiba-tiba membuat gerakan yang sangat cepat. Gerakan itu menjadi semakin liar sebelum akhirnya pemuda itu melenguh panjang saat dirinya telah mencapai puncak perjalanan gairahnya. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh mengisi tubuhnya. Dengan tubuh yang penuh dengan keringat, keduanya saling berpelukan mesra dan kembali saling mencium. Setelah beberapa saat lamanya mereka saling melumat, keduanya pun akhirnya melepas ciuman."Akhirnya, aku bisa merasakan nikmatnya hubungan suami istri dengan dirimu, Qing Yue..." ucap Bara setelah dia mencabut benda pusaka miliknya.Xia Qing Yue tidak menyahut. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bara Sena tersenyum lalu dengan lembut melepaskan tangan yang menutupi wajah itu. Gadis itu membuang wajah kearah lain."Kenapa? Kau menyesal telah melakukannya dengan suamimu?" tanya Bara."Bukan begitu...Hanya saja, ini terlihat memalukan..." kata gadis itu sambil menutup tubuh bagian bawahnya dengan merap
Read more
193.Anting Biru
Kelima gadis cantik itu mulai berjatuhan di tanah setelah tak kuat menahan aroma belerang yang mengandung racun. Disertai hawa panas yang tak bisa ditahan dengan kekuatan es milik mereka, akhirnya membuat kelima gadis itu tak sadarkan diri. Setelah kelima gadis itu tergeletak tak berdaya, muncul satu sosok pria bertubuh kekar dengan tampang mengerikan dan tubuh yang dipenuhi banyak bulu.Di bagian kepala sosok tersebut nampak sepasang tanduk berukuran kecil dengan warna hitam pekat. Kepala pria tersebut nampak terlihat aneh. Yang membuat aneh dari wajah pria itu adalah bagian hidungnya sangat mirip dengan moncong seekor sapi. Dengan sepasang telinga yang cukup panjang membuat wujudnya sekilas sangat mirip dengan seekor sapi."Hahaha! Akhirnya mereka terkena jurus ilusi milikku. Rupanya jurus itu sudah cukup untuk menaklukkan mereka berlima. Ini adalah panen besar! Hahaha! Nyam Nyam! Kelima gadis ini masih sangat segar, alangkah senangnya aku mendapat tangkapan
Read more
194.Anting Biru (2)
Yang Yue Fei terkejut setelah Bara Sena menunjukkan anting biru yang sangat dia kenal. Itu adalah anting khusus yang dimiliki para tetua di Sekte Awan Es. Dia pun memiliki anting itu sepasang."Bagaimana kakak bisa mendapatkan anting ini?" tanyanya."Aku menelusuri aura aneh dan aroma belerang yang begitu menyengat di kawasan utara di Hutan kematian. Itu cukup jauh dari wilayah milik Ratu Chu Yi dan wilayah Ratu Wu yang pernah kita lalui beberapa waktu yang lalu. Sesampainya disana, aku hanya menemukan anting biru itu tergeletak di tanah..." kata Bara Sena."Ini aneh...Apakah mungkin salah satu tetua Sekte masuk kedalam hutan? Lalu, untuk apa dia masuk kedalam hutan?" gumam Yue Fei dengan kening berkerut pertanda dia berpikir cukup keras."Mungkin dia ingin mencari sesuatu didalam hutan. Dan bisa saja sesuatu yang buruk sedang menimpanya," kata Bara."Kalau begitu, kita harus segera mencari tahu kakak. Aku tak ingin ada sesuatu yang
Read more
195.Dua Punggawa
Kedua sosok itu menatap kearah dinding es yang telah menjadi bukit es setinggi lima tombak."Manusia ini sepertinya memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kita harus berhati-hati!" ucap salah satu makhluk tersebut."Tentu saja saudaraku. Kita serang dia dengan serangan gabungan yang sudah lama tidak kita gunakan," sahut satunya lagi.Bara Sena menatap keduanya dengan sikap waspada. Dia bisa merasakan kedua makhluk itu bukanlah makhluk yang bisa dianggap remeh."Siapa kalian!?" tanyanya."Hmmmh! Justru kami yang seharusnya bertanya padamu, siapa kau berani masuk ke wilayah Kerajaan Wo Yoe kami!?" teriak salah satu makhluk."Kerajaan Wo Yoe? Baru kali ini aku mendengar nama Kerajaan itu. Hm...Baiklah, daripada kita bertarung dan menghabiskan tenaga, sebaiknya kita bicarakan ini secara baik-baik, bagaimana?" kata Bara sambil kembali bersikap biasa.Dua makhluk itu saling tatap. Lalu mereka pun saling mengangguk. Bara Sena menyeringai. Tiba-tiba tubuhnya menghilang. Dua sosok itu terkejut s
Read more
196.Makam Batu
Bukit itu dipenuhi bebatuan dengan ukuran besar. Sepintas, bukit itu hanyalah bebatuan biasa. Namun jika di perhatikan lebih cermat, bukit batu itu membentuk sebuah kepala manusia. Bara Sena pun sempat berhenti sejenak sebelum melangkahkan kakinya mendekati bukit tersebut."Aneh...Bukit batu itu menyerupai kepala seseorang...Tapi kepala siapa?" batin pemuda itu.Dia tak terlalu banyak berpikir. Karena saat itu, cincin Akik Ijo miliknya tiba-tiba bergetar aneh. Dengan cepat dia pun melangkahkan kakinya ke bukit batu itu untuk menyelidiki ada apa dengan bukit batu yang terasa aneh tersebut.Kaki pemuda itu pun menapak di salah satu batu di kaki bukit. Saat itulah dia semakin merasa aneh dengan batu-batu yang ada disana. Bara merasa, bahwa batu-batu itu bukan benda mati seperti batu biasa. Batu itu seperti hidup alias memiliki jiwa. Merasa tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan, Bara Sena pun berjongkok kemudian menyentuh Batu yang dia pijak itu menggunakan telapak tangan kanannya.Ked
Read more
197 Makam Batu(2)
Tongkat itu melesat dengan kecepatan tinggi kearah Bara Sena yang sudah menantinya dengan Pedang Es Abadi. Pemuda itu melemparkan bola api yang telah dia rapal untuk menahan serangan tongkat tersebut untuk sementara sebelum dia menggunakan pedangnya untuk menahan serangan tersebut.Blar!Bola Api miliknya hancur setelah saling bentrok dengan tongkat berwarna putih gading milik si kakek. Meski sudah dihantam oleh api milik Bara Sena, tongkat itu masih meluncur dengan cepat tanpa terpengaruh oleh serangan bola api.Wuuutt!Tongkat itu pun sudah tepat didepan mata Bara Sena dalam sekejap. Dengan suara teriakan yang keras, Bara membuat gerakan membelah kearah tongkat tersebut menggunakan pedangnya.Crak!Tongkat berhasil di tahan Pedang Es Abadi. Bahkan pedang milik Bara berhasil membuat tongkat yang dipenuhi tenaga dalam tersebut sedikit terbelah di bagian ujungnya. Si kakek tersenyum melihat hal itu lalu menggerakkan tangan kanannya memutar kekiri. Tongkat itu pun berputar mengikuti ger
Read more
198.Hong Hu
Harimau merah itu menatap tajam kearah Bara lalu mengaum keras hingga membuat bebatuan disana bergetar hebat. Bara Sena sedikit berdebar-debar saat dia merasakan aura yang keluar dari makhluk tersebut. Yang membuat dia merasa sedikit ciut adalah ucapan dari si kakek tua itu tentang para dewa yang mati di tangan makhluk tersebut. Itu jelas bukan hal yang menyenangkan bagi Bara yang juga memiliki darah dewa."Seorang dewa saja bisa mati, apalagi aku yang masih manusia...?" begitu yang ada di pikiran pemuda tersebut.Namun, untungnya di dalam Dunia Penyimpanan miliknya ada Kahiyang Dewi yang selalu mendampingi dirinya. Disaat-saat seperti ini, dukungan dari wanita yang dia sukai itu sangatlah berarti baginya."Tenang saja anak muda. Yang dibunuh makhluk itu hanyalah para dewa. Mungkin, Dewa memiliki kelemahan tersendiri bagi makhluk suci ini. Tapi ingat satu hal, kau sadar kalau kau bukanlah dewa? Kau adalah makhluk dengan berbagai kekuatan di dalam darahmu. Kau memiliki segalanya yang d
Read more
199.Hong Hu (2)
Bara Sena segera menjauh setelah menyadari ada yang aneh dengan harimau merah tersebut. Dan benar saja, setelah dia menjauh, es abadi milik Iblis Es yang dia ciptakan untuk membelenggu Hong Hu hancur oleh satu ledakan yang sangat dahsyat. Suara ledakan itu tidak begitu besar, namun cukup membuat bukit tersebut bergetar hebat. Gumpalan asap hitam mengepul di udara.Bara Sena menatap kearah tempat ledakan yang saat ini diselimuti asap hitam tersebut. Kedua matanya menatap tak berkedip saat dia melihat sepasang betis putih dibalik asap merah kebiruan. Namun dia tidak melihat seluruh tubuh dari sosok Misterius tersebut."Sepasang kaki...? Apakah makhluk itu bisa menjelma menjadi manusia?" batin Bara.Tiba-tiba sepasang betis itu menghilang dari pandangan matanya. Belum sempat Bara Sena terkejut, satu sosok berpakaian merah telah muncul di hadapannya dan langsung menghajar wajahnya dengan keras.Duak!Tubuh Bara Sena sampai terpuntir setelah terkena pukulan yang lumayan keras tersebut. Dal
Read more
200.Hu Shi Yun
Kakek Hong berusaha keras mengobati luka Hu Shi Yun. Namun dia bukanlah seorang tabib yang tahu banyak tentang ilmu pengobatan. Hal itu membuatnya menjadi lama akan tetapi tanpa ada hasil yang jelas. Kesal menunggu, Bara Sena akhirnya meminta kakek Hong untuk berhenti. Dia pun mengajukan dirinya untuk membantu si kakek menyelamatkan gadis yang hampir terbunuh di tangannya. Jika bukan karena rahasia makam dewa yang kakek itu katakan sebelumnya, Bara sudah enggan berada di tempat itu apalagi menolong gadis yang sebelumnya hampir saja membunuhnya jika dirinya tidak dibantu oleh Kahiyang Dewi."Biarkan aku yang mengobatinya kek. Kau benar-benar membuatku menunggu lama. Padahal hanya mengurus hal sepele macam ini," sungut Bara.Mendengar hal itu, Kakek Hong pun menoleh dengan wajah marah."Kau berkata seolah kau ini ahli dalam pengobatan! Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga dengan mudah jika aku mau! Tapi karena aku sudah berjanji akan memberi
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
35
DMCA.com Protection Status