All Chapters of Sebatas Pengantin Pengganti: Chapter 151 - Chapter 160
339 Chapters
151). Curiga
***"Mas Arka, aku kangen kamu."Arka refleks membuka matanya ketika suara itu terdengar lembut di telinganya. Memandang langit-langit kamar, Arka mengerjapkan matanya beberapa kali lalu teringat akan sesuatu."Alula," gumam Arka pelan. Menoleh ke sebelah kiri, dia cukup terkejut ketika tak mendapati sang istri di sana. Padahal, tadi mereka sama-sama pergi tidur tepat pukul sembilan. "Lu."Beringsut, Arka mengubah posisinya menjadi duduk lalu mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Alula yang sepertinya tak ada di kamar."Alula, kamu di mana?" tanya Arka saat dia akhirnya beranjak. Berjalan menuju kamar mandi, dia membuka pintu lalu melongokan kepalanya. Namun, Alula juga tak ada di dalam di sana—membuat Arka sedikit panik karenanya."Alula ke mana sih?" tanya Arka.Tak kunjung menemukan Alula di kamar, Arka akhirnya membuka pintu lalu keluar. Berjalan menuruni tangga, dia melangkahkan kaki menuju dapur setelah melihat lampu menyala di ruangan tersebut."Lu, kamu di mana?" pang
Read more
152). Arka Bercerita
***"Alula, kenapa semakin hari aku semakin merasa berbeda?"Sepuluh menit berlalu, Arka tetap nyaman dengan posisinya. Berdiri di bawah guyuran shower, dia membiarkan rambut bahkan tubuhnya dibasahi air yang bahkan terasa sangat dingin di permukaan kulitnya.Ada yang berbeda. Entah ini hanya perasaan Arka saja atau apa, tapi dia merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya sekarang—setelah semalam melakukan hubungan yang biasa dia lakukan dengan Alula.Entah itu sensasi maupun kenikmatan yang dia rasakan, semuanya berbeda dan sialnya Arka tak terlalu menikmati kegiatannya dengan Alula semalam. Padahal, perempuan itu bermain cukup agresif—jauh berbeda dengan Aludra yang selalu terlihat polos dan membiarkan Arka menguasai dirinya."Mas, kamu masih mandi?"Arka menoleh seketika saat suara Alula terdengar dari pintu kamar mandi. Jika biasanya setelah melakukan kegiatan, Arka yang akan mandi lebih dulu besok paginya, kali ini berbeda. Alula bangun satu jam sebelum Arka bangun, bahkan perem
Read more
153). Kedondong Muda
"Ka-Kak Arka apa kabar? Baik, kan?"Aludra mengeratkan pegangan tangannya pada ponsel yang kini dia tempelkan di samping telinga kanan. Memberikan diri untuk menanyakan kabar Arka, Aludra kini dilanda ketegangan yang sangat luar biasa.Mengingat tak terlalu sukanya Arka pada dia, Aludra takut respon yang akan diberikan Arka juga tak baik. Pria itu setia pada Alula dan tentunya Aludra takut jika Arka akan merasa risih ketika dirinya bertanya kabar. Padahal, statusnya kini hanya sekadar adik ipar untuk pria itu."Ra."Beberapa detik hening, Arka akhirnya kembali bersuara dan semua itu semakin membuat Aludra tak menentu. Gelisah, bahkan keringat dingin kini keluar dari kening Aludra.Memanfaatkan Aurora yang meminta dia menelepon Alula, Aludra memang sengaja menelepon Arka—tepatnya bukan sengaja karena memang dia tak bisa bebas menghubungi Alula.Semenjak kembali pada Arka, Alula sengaja memblokir nomor Aludra—membuat dia tak bisa bebas menelepon atau sekadar mengirim chat pada kakaknya
Read more
154). Alula Cemburu?
***"Kaya orang gila, bubur ayam aja disenyumin. Saking ramahnya kamu, emang kaya gitu ya, Ar?"Arka yang sejak tadi menyantap bubur ayam sambil tersenyum lantas mendongak ketika celetukan itu dilontarkan Aksa yang risih sendiri melihat adiknya menyantap bubur sambil tersenyum—seperti sedang melihat perempuan.Telepon dengan Aludra selesai, Arka memang memutuskan untuk langsung nenyantap buburnya tanpa melanjutkan obrolan tentang Alula karena entah kenapa setelah mengobrol dengan Aludra, suasana hatinya tiba-tiba saja membaik."Kenapa, Kak?" tanya Arka tanpa melunturkan senyumannya."Kamu kaya orang gila," celetuk Aksa. "Makan bubur sambil senyum-senyum. Ada apa emang di dalam buburnya?""Enggak ada apa-apa," kata Arka. "Lagian emang aku senyum-senyum gitu? Perasaan enggak.""Ck, enggak aja kata kamu," ujar Aksa. "Kenapa sih? Habis teleponan sama adik ipar kayanya seneng banget. Ngomong apa emang dia?""Enggak ngomong apa-apa, dia cuman kasih tahu kalau aku harus ke Jakarta sabtu depa
Read more
155). Keterlaluan
***"Iya, Kak. Maaf. Nanti enggak lagi-lagi.""Pokoknya Kakak enggak mau denger lagi kamu ngobrol sama Arka, sekali pun itu di telepon. Enggak suka. Kalau ada apa-apa telepon Kakak.""Nomor aku kan Kakak blokir?""Ya udah nanti teleponnya ke nomor telepon rumah, Kakak kasih.""Ya udah.""Awas ya kalau berani telepon Arka lagi. Enggak usah ganjen deh, bentar lagi kamu lamaran.""Iya, Kak."Tanpa permisi, sambungan telepon diputus secara sepihak—menyisakan raut wajah sedih yang tercetak di wajah cantik Aludra, bahkan kini raut wajahnya pun memerah—menahan keinginan untuk menangis setelah telepon tak diundang dari sang kakak tiba-tiba saja masuk ke ponselnya.Setelah sempat merasa bahagia karena tadi pagi bisa kembali mengobrol dengan Arka, siang ini Aludra kembali dibuat terluka oleh ucapan Alula yang cukup menyakitkan.Ganjen, genit, enggak tahu malu, kata-kata itu tanpa ragu dilontarkan Alula pada Aludra setelah sebelumnya dia mengomeli sang adik karena berani menelepon Arka bahkan me
Read more
156). Terpojok
***"Oke, Dam. Makasih buat informasinya dan bilangin ke Aludra maaf.""Iya, Ar. Aku harap Alula bisa bersikap lebih dewasa lagi.""Iya."Mengobrol selama beberapa menit, Arka menghembuskan napas kasar sesaat setelah sambungan telepon terputus. Duduk di kursi yang berada di pinggir kolam, Arka memandangi air biru yang terlihat begitu tenang, hingga suara bariton seorang pria terdengar."Udah teleponnya?"Arka menoleh dan mendapati Aksa datang sambil menggendong Danial. Saat ini Arka memang sedang tak di rumahnya karena setelah cekcok di pinggir kolam bersama Alula tadi, dia memutuskan untuk menenangkan diri di rumah sang Kakak untuk beberapa jam."Udah," jawab Arka."Mau apa Damar?" tanya Aksa. "Dia enggak cemburu kaya Alula juga, kan?""Enggak," jawab Arka. "Damar enggak cemburu karena yang aku bicarain sama Aludra emang bukan apa-apa. Alulanya aja yang berlebihan.""Lagian kenapa sih Alula?" tanya Aksa. "Biasanya dia enggak gitu, kan?""Enggak," jawab Arka. "Kalaupun cemburu, enggak
Read more
157). Tamu Spesial
***"Nih, makan lagi."Damar mendesah untuk yang kesekian kalinya ketika sepotong pizza sisa Aludra diberikan padanya.Siang ini, di saat semua orang sibuk di bawah—mempersiapkan dekorasi juga yang lainnya untuk acara lamaran nanti malam, Aludra dan Damar justru duduk santai balkon kamar Aludra.Seharusnya hari ini Damar tak datang, karena nanti malam acara lamaran mereka dilaksanakan. Namun, rengekan Aludra yang tiba-tiba saja menginginkan pizza membuat Damar mau tak mau datang.Sebenarnya banyak yang bisa diminta Aludra untuk membelikannya pizza. Namun, entah kenapa Aludra hanya ingin menyantap pizza yang dibawa Damar."Kenyang, Lu," kata Damar sambil mengusap perutnya yang sudah tak tahan lagi menampung makanan, pasalnya dari satu pizza utuh yang dia bawa, Aludra hanya memakan topingnya saja dan memberikan pizza sisa dia makan untuk disantap Damar."Makan, Damar," rengek Aludra. "Kamu disuruh makan pizza aja masa enggak mau sih?""Ya karena aku kenyang, Ra. Sumpah deh aku enggak k
Read more
158). Dejavu
***"Makan yang banyak, Ar. Anggap aja rumah sendiri."Arka yang duduk di samping Alula langsung mengukir senyum tipisnya ketika ucapan tersebut dilontarkan Aurora sebelum acara makan siang mereka dimulai."Iya, Ma.""Makan yang banyak, Ar. Enggak usah malu," celetuk Damar yang langsung disahuti oleh Alula."Mas Arka punya malu, enggak kaya kamu yang gak punya malu," celetuk Alula."Udah-udah, kalian ini kalau ketemu berantem terus ya," ucap Dewa menginterupsi. "Sekali enggak berantem, bisa enggak?""Alulanya yang mulai, Om.""Ya, Damarnya nyebelin," kata Alula tak mau kalah."Udah-udah makan sana."Sementara Alula dan Damar sibuk saling menimpali ucapan juga Dewa dan Aurora bertugas melerai, atmosfer berbeda terjadi pada Arka dan Aludra.Setelah kejadian di ruang tamu tadi—tepatnya saat panggilan 'Mas' diucapkan Aludra ketika dia terbangun setelah jatuh dari sofa, entah kenapa Arka merasakan sesuatu yang berbeda.Rasanya nyaman ketika panggilan Mas itu dilontarkan Aludra padanya. Pad
Read more
159). Lamaran
***"Kenapa, Mbak?""Hah?"Aludra yang sempat oleng, seketika langsung menegakkam kembali posisi duduknya karena kini seorang MUA sedang merias wajahnya sebelum acara lamaran digelar satu jam lagi.Aludra tak enak badan. Sejak kejadian tadi siang—Alula mendorongnya ke kolam renang, Aludra langsung merasa tak beres dengan tubuhnya ditambah rasa mual yang selalu datang lebih sering dari biasanya."Mbak Rara enggak enak badan ya? Wajahnya anget gini," kata Liani—sang MUA yang selalu diberi kepercayaan oleh Aurora untuk menangani acara-acara formal keluarganya."Iya Mbak, dikit," kata Aludra. "Tapi enggak apa-apa, lanjutin aja.""Oke, Mbak."Berusaha menguatkan dirinya, Aludra bersandar pada kursi lalu diam ketika Liani kembali memoleskan makeup di wajahnya hingga setengah jam berlalu, semuanya selesai.Bukan hanya wajah, penampilan Aludra pun sudah cantik dengan kebaya juga rok batik yang dia pakai. Nantinya, rok batik tersebut akan selaras dengan kemeja batik yang dipakai Damar di pesta
Read more
160). Dugaan Damar
***"Rara udah bangun?"Aurora dan Damar yang sejak tadi duduk di kamar menemani Aurora seketika menoleh ke arah pintu ketika suara Dewa terdengar dari sana.Tak bisa langsung menemani Aludra yang pingsan, Dewa mau tak mau tetap berada di tempat acara untuk menemani para tamu hingga setelah setengah jam berlalu—setelah semua tamu termasuk keluarga Gilang pulang, Dewa baru bisa menghampiri putri bungsunya."Belum," kata Aurora gelisah. Khawatir terjadi sesuatu pada Aludra, wajah perempuan berusia lima puluh satu tahun itu sedikit memerah menahan tangis. "Aku takut Rara kenapa-kenapa, Mas.""Ya udah panggil dokter kalau gitu," kata Dewa. Namun, sebuah penolakan langsung dia dapatkan dari Damar."Jangan, Om. Enggak usah," kata Damar yang langsung membuat Dewa mengerutkan kening."Kenapa jangan? Rara pingsan udah setengah jam lho, Dam. Gimana kalau dia kenapa-kenapa? Mau tanggung jawab, kamu?" tanya Dewa."Bukan gitu maksudnya, Om. Cuman daritadi Aludra udah bilang beberapa kali ke Damar
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
34
DMCA.com Protection Status