All Chapters of Istri Kontrak Pangeran Frederick : Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
11. Rencana Awal
"Aku mohon, jangan mendekat! Turunlah dari atas kasur sekarang!" Katherine reflek memejamkan mata saat melihat Frederick tiba-tiba naik ke tempat tidur lalu membuka handuk dengan tatapan lapar, seakan-akan ingin menerkamnya. "Memangnya apa yang mau aku lakukan? Ini kasurku dan tidak ada larangan untuk aku naik ke sini!" Setelahnya terdengar kekehan ringan di ruangan. Frederick mengeluarkan tawa dengan cukup keras."Kau masih bertanya, kau pasti mau menciumku 'kan?" Dengan percaya diri Katherine membalas. Kelopak matanya berkedip-kedip kecil, menahan diri agar tidak membuka mata. Sebab sejak tadi pikirannya sudah berkelana kemana-mana, membayangkan kejantanan besar milik Frederick bergelayut seperti gantungan kunci. "Menciummu?" Tawa Frederick seketika menghilang, berganti dengan bunyi loncatan ke bawah kasur. Lelaki bertubuh atletis itu berdiri di dekat ranjang dan tak sekali pun mengalihkan pandangan dari Katherine. Kini raut wajah Frederick menjadi serius, datar, tanpa ekspresi s
Read more
12. Masuk ke Istana
Alis tebal Frederick bertautan. Lelaki bertubuh kekar itu tak langsung menjawab, malah melangkah perlahan mendekati Katherine yang tengah berusaha turun dari atas ranjang sekarang. "Aku mohon masukkan mereka ke istana." Katherine mengulangi perkataannya kembali. Masih dengan muka bantal dan rambut berantakan, dia pun berdiri tepat di hadapan Frederick. "Masuk ke istana, untuk apa?" tanyanya lalu memasukkan kedua tangan ke saku celana. "Begini, aku dengar dari seseorang kalau ada permasalahan dengan pemungutan pajak di kota, kau tahu sendiri kan itu adalah tugas Karl. Aku curiga dengan Karl, sebagai seorang istri aku ingin membantumu," jelas Katherine singkat. Lagi dan lagi Grace memberikan dia informasi yang penting tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi di pemerintahan. Maka dari itu dia mengambil kesempatan untuk membuat Karl hancur. Katherine teringat perkataan Grace dahulu yang mengatakan Karl suka keluar pada malam hari bersama orang-orang yang tidak dikenal. Di ke
Read more
13. Niat Sang Penjahat
"Tinggal di istana?" Lea mengedipkan mata berulang kali. Heran dan penasaran pula. Ada apakah gerangan hingga ia tiba-tiba diperintahkan menetap di istana.Karl pun kebingungan. Sekarang, dahinya berkerut amat kuat menciptakan tiga garis lekukan di tengah-tengah. Sejak tadi dia bergeming di tempat, hanya mata liarnya saja yang bergerak, mengamati kertas yang dipegang Zara saat ini. "Iya Nona." Grace mengangguk samar lalu memundurkan langkah kaki setelah berhasil memberikan kertas pada Zara.Zara lantas membaca kalimat yang tertera di kertas dengan seksama. Seketika, bola matanya langsung berseri-seri. Seakan-akan menenangkan lotre. Senyum aneh pun langsung muncul di wajahnya. Membuat rasa penasaran Lea semakin bertambah. Diam-diam ia memperhatikan tingkah laku mamanya itu dari tadi.Semua terdiam, tenggelam pada pemikirannya masing-masing, sampai pada akhirnya Zara menoleh ke depan lalu melempar senyum tipis. "Baiklah, tugasmu sudah selesai bukan, keluarlah Grace!"Sekali lagi Grace
Read more
14. Curiga
Teriakan di ujung lorong membuat kumpulan manusia menoleh ke sumber suara. Dahi mereka langsung berkerut, keheranan dan penasaran apa yang terjadi. Namun, setelah diperhatikan dengan seksama. Mereka berbisik satu sama lain kala melihat pemandangan di depan sana yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang bangsawan. Mata kelabu Katherine ikut membola, ia pun bergerak cepat, mendekati Lea dan Frederick. 'Apa yang di lakukan Lea? Apa dia sengaja?' Bagaimana tidak, saat ini Lea tengah menindih tubuh Frederick. Dari tadi Katherine bertanya-tanya. Di mana Lea? Mengapa tidak langsung menghadapnya. Karl-lah yang terlebih dahulu menampakkan batang hidungnya. Padahal ia sudah berdiri cukup lama di depan istana tadi hendak menyambut kedatangan dua iblis tersebut. Karl sama terkejutnya. Dengan sigap mengikuti langkah Katherine dari belakang."Ya ampun, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf Pangeran, Anda tidak apa-apa 'kan?" Dengan cepat Lea bangkit berdiri. Wajahnya kelihatan panik sek
Read more
15. Kaki Tangan
Lea menutup cepat dadanya dengan kedua tangan kemudian menegakkan badan. "Apa maksud Kakak, apa Kakak mengatakan aku pelacur ...." Suara Lea terdengar gemetar, matanya pun nampak berkaca-kaca, seolah-olah menahan tangisnya agar tak tumpah."Aku tidak mengatai kau pelacur, aku hanya heran saja dengan gaunmu seperti pakaian seorang pelacur, lihatlah di sekitarmu ada Pangeran dan Karl." Katherine mencoba bersikap tenang walau sebenarnya dia mulai muak atas sikap Lea.Apalagi tepat di depan matanya sekarang Lea mulai membekap mulutnya sendiri sambil mulai menitihkan air mata. "Kau berlebihan Katherine. Aku tidak mengerti maksudmu. Lea, kau tidak apa-apa 'kan?" Karl tiba-tiba mendekat, menenangkan Lea dengan mengelus perlahan punnggungnya. Lea mengeleng cepat sambil menangis tersedu sedan. "Aku tidak apa-apa Karl, tapi aku heran mengapa Kakak mengatai aku pelacur ...." Katherine enggan menanggapi malah menghela napas kasar lalu me
Read more
16. Membongkar Sifat Asli
"Frederick!" panggil Katherine. Melangkah cepat, mendekati Frederick. Grace pun dengan sigap mengikuti dari Katherine dari belakang. Dalam jarak 13 meter, Frederick dan Lea sedang berjalan berdampingan. Entah mengapa perasaan Katherine mulai tidak nyaman, ada sesuatu yang berdesir aneh menjalar di relung hatinya. Namun, Katherine tak dapat menjelaskannya melalui kata-kata sekarang. Terlebih dari kejauhan dress yang dikenakan Lea lebih terbuka dari sebelumnya. Kedua pundak mulusnya terlihat dengan sangat jelas dan bagi siapa saja yang melihat pasti akan menelan air ludah berkali-kali. Begitu mendengar suara Katherine, dengan serempak Frederick dan Lea memutar tubuh. "Disini kau rupanya Kak, dari tadi aku mencarimu." Lea langsung memberi komentar sambil mengembangkan senyuman yang paling lebar dan manis. Tetapi bagi Katherine senyuman itu adalah sebuah malapetaka. Bukannya langsung menanggapi, Katherine malah melewati Lea begitu saja lalu berdiri tepat di samping Frederick. "Saya
Read more
17. Tidak Menyangka
Suara nyaring Lea, membuat banyak pasang mata tertuju padanya. Para bangsawan dan pelayan yang sedang lalu-lalang di istana lantas memusatkan perhatian ke arah mereka. Bisik-bisik pun mulai terdengar di sekitar. "Astaga, apa yang aku lakukan ...." Menyadari sikap dan ucapannya berlebihan, mata Lea sontak membola. Secepat kilat dia menundukkan kepala sambil sesekali memukul kepalanya sendiri. 'Jadi begini sifatmu Lea, baiklah ini baru permulaan, aku akan membuat kau merasakan apa yang aku rasakan dulu.' Katherine menyungging senyum tipis sambil bermonolog di dalam hati. Tak ada yang menyadari ekspresi wajahnya, semua orang fokus memandangi Lea sekarang. "Jadi kau menuduhku berselingkuh dengan Katherine?" Bukan Katherine yang membalas, melainkan Frederick. Mata Katherine terbelalak.Tak menyangka bila Frederick akan menanggapi. Apalagi dari tadi suami kontraknya ini terdiam membisu. Membiarkan dia berdebat dengan Lea. Ia pun reflek melirik ke samping sekilas, di mana Frederick menata
Read more
18. Perasaan Aneh
Gugup, Katherine dilanda kegugupan. Ia dan Frederick begitu dekat, hanya sejengkal saja ruang yang tersisa di antara mereka. "Fred, ma—u a—pa?" Lagi Katherine bertanya, aroma tubuh maskulin Frederick mulai masuk ke indera penciumannya, dan membuat jantungnya kembali berdetak kencang. Frederick malah toleh kanan, toleh kiri sambil semakin menghimpit tubuh mungil Katherine ke pilar istana. "Fred, awh sakit! Kau kenapa?" Katherine tersentak, tangannya ditarik kembali tiba-tiba. Frederick tak membalas, malah menyeret Katherine dan berjalan cepat menuju kamar. Semakin was-was Katherine. Berulang kali memanggil-manggil nama Frederick. "Frederick, lepaskan tanganku!" "Frederick!" Keributan yang ditimbulkan di sepanjang lorong membuat para bangsawan dan para pelayan yang sedang melakukan tugasnya terlihat terkejut serta penasaran. Kendati demikian, mereka tak berani bertanya, hanya membungkukkan badan dengan hormat saat Frederick dan Katherine melintas di depan mata mereka.
Read more
19. Terasa Perih
Teriakan Frederick begitu menggelegar sampai-sampai para pelayan di luar kamar terperanjat kaget. Sama halnya dengan keadaan Katherine di dalam, terkesiap pula. Dia spontak tak jadi memutar gagang pintu. Namun sekarang tangannya bergetar pelan, menahan takut. Sebab untuk pertama kalinya mendengar Frederick menjerit. Dengan perlahan, ia menoleh ke arah Frederick. Ekspresi terkejut juga yang didapatkan Katherine. Sepertinya lelaki bermata biru itu baru menyadari akan sikapnya barusan, terlampau garang dan kasar hingga membuat wanita yang berstatus menjadi istri kontrak itu membeku di tempat. "Ruangan apa ini?" Meski takut, Katherine pun bertanya. Penasaran dan heran mengapa Frederick terlihat begitu naik pitam saat ini. Padahal tadi sempat mengajaknya bersenda gurau. Tak ada sahutan, Frederick membuang napas kasar lalu menyugar rambut bagian depan ke atas. Dengan sabar Katherine menanti jawaban. Namun Frederick tak kunjung menggerakkan bibir. Ruangan luas dan didominasi warna pu
Read more
20. Pegang Kata-Katamu
Katherine diserang kepanikan mendadak. Kendati demikian membungkukkan badan juga, guna menghormati Celine, ialah ratu Denmark dan sekaligus mama Frederick. Setiap kali bertatap muka dengan Celine. Ia merasa sedang dikuliti. Sebab tatapan mama Frederick begitu mengintimidasi dan dingin. "Selamat siang Ratu." Katherine terlebih dahulu menyapa. "Siang." Datar dan tanpa ekspresi Celine menanggapi. Katherine tersenyum kecut, bingung dengan situasi saat ini. Entah sejak kapan wanita berusia 44 tahun itu berada di sekitar lorong kamar Frederick. Katherine sangat penasaran, apakah Celine mendengar obrolan dia dan Frederick tadi? Semoga saja tidak, pikir Katherine sesaat. Kali ini Katherine sedikit keheranan, mengapa saat ini tidak melihat para pelayan yang biasa menemani sang ratu kemana pun ia pergi. Ia hendak bertanya namun perintah Celine, mengurungkan niatnya. "Ikut denganku." Celine memutar tubuh tiba-tiba lalu melangkah dengan anggun
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status