Semua Bab Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris: Bab 51 - Bab 60
99 Bab
BAB 51: Perawat Tetap
Sunyi sepi dan dinginnya malam terasa menusuk, Floryn tengah duduk disebuah kursi kayu taman, gadis itu bergerak gelisah dan beberapa kali kedapatan meremas permukaaan pakaiannya untuk menghilangkan keringat dingin yang mengganggu.Setidap menit yang Floryn begitu mencekiknya.Dua puluh menit sudah Floryn menunggu, namun Nathalia masih belum menunjukan diri.Apakah Nathalia sedang menghukumnya dan membuat Floryn menunggu?Dengan sabar Floryn tetap diam ditempatnya, menunggu sampai akhirnya Nathalia datang setengah jam kemudian.“Maaf, membuatmu menunggu lama.” Nathalia segera duduk disebrang Floryn, ditangannya terdapat sebuah map berwarna hitam yang langsung diletakan di atas meja. Floryn menghembuskan napasnya dengan penuh kelegaan, gadis itu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan melihat Nathalia yang terlihat tenang seperti biasa tidak menunjukan tanda-tanda dia tengah marah.Ketengangan di wajah Nathalia membangun sedikit keberanian Floryn untuk berakata, “Nyonya, saya
Baca selengkapnya
BAB 52: Mengerjai Floryn
Floryn meninggalkan kediaman keluarga Morgan pada pukul depalan malam. Langit sudah gelap, jalanan sepi, hanya ada suara dedaunan yang bergerak ketika kelelawar terbang melintas menemani kesendirian Floryn.Floryn berjalan sendirian sambil memeluk skateboardnya, suasana hutan yang gelap membuat dia tidak dapat menggunakannya.Mungkin butuh waktu setengah jam lamanya untuk berjalan melintasi hutan dan bertemu dengan beberapa lampu jalanan. Tidak ada kendaraan umuM yang lewat karena hutan yang kini sedang Floryn telusuri itu masih bagian dari wilayah rumah keluarga Morgan. Sesungguhnya Floryn takut bertemu orang jahat ataupun hewan liar, jika dia berteriak tidak ada satu orangpun yang bisa mendengar, bahkan jika dia berlari masuk ke hutan, mungkin dia akan tersesat sepanjang malam.Ketakutan itu tidak berarti apa-apa karena saat ini suasana hatinya sedang sangat baik.Floryn sedang bahagia..Euphoria kesenangan masih terasa hingga sekarang, degup jantung Floryn berdebar cepat, bibirn
Baca selengkapnya
BAB 53: Kata-katanya
“Tu-tunggu, Tuan Muda!”Alfred membuang muka menyembunyikan menyeringai geli, dia sudah bisa menduga Floryn akan terpengaruh oleh kata-katanya.Alfred berdeham pelan mencoba untuk bersikap normal, “Ada apa?” tanya Alfred berpura-pura dingin.Dengan langkah terpincang-pincang Floryn berlari mendekat, pupil mata gadis itu gemetar ketakutan. Floryn harus mengabaikan amarahnya saat ini, kakinya telah terluka dan dia tidak bisa berjalan lebih cepat. “Tawaran Anda masih berlaku kan?” tanya Floryn.Alfred mengedikan bahunya mengisyaratkan Floryn untuk segera masuk.“Terima kasih, Tuan Muda,” bisik Floryn nyaris tidak terdengar, gadis itu bergeser ke sisi dan membuka pintu, duduk di kuris belakang.Senyuman senang Alfred menghilang dalam seperkian detik, pria itu menengok kebelakang melihat ekspresi polos Floryn yang sudah duduk dengan tenang. “Kenapa kau duduk di belakang? Kau pikir aku sopirmu?” tegur Alfred dengan.“Maaf, Tuan Muda, saya tidak bermaksud seperti itu.” “Pindah.”Dengan gela
Baca selengkapnya
BAB 54: Rasa Bersalah
“Flo, apa kau sakit?” tanya Julliet berdiri di ambang pintu kamar mandi, memperhatikan Floryn yang sejak tadi hanya duduk meringkuk dibathub, sesekali gadis itu menyeka air matanya yang membasahi pipi.“Aku baik-baik saja Julie,” jawab Floryn terdengar pelan.Seluruh tubuh Floryn tengah sakit, namun perasaannya yang jauh lebih sakit.Kata-kata Alfred Morgan telah merobek hatinya.Floryn sedang berusaha bangkit membangun rasa percaya dirinya, setiap kesempatan selalu Flroryn raih karena dia tahu bahwa dunia ini kejam, menjadi orang baik dan jujur saja tidak cukup, Floryn harus kuat.Kata-kata Alfred Morgan menghancurkan satu tangga yang baru Floryn ciptakan dalam hidupnya.Floryn tahu mana lingkungan yang baik dan buruk.Namun dunia tidaklah sesederhana itu, orang-orang tidak mau menerima seseorang yang bermasa lalu kelam tanpa mereka peduli seberapa beratnya Floryn berusaha keluar dari kekelaman itu.Disinilah Floryn diterima, disinilah Floryn bisa berteduh setelah dia terkurung dipen
Baca selengkapnya
BAB 55: Tamu tidak Diundang
“Kau siapa? Untuk apa mencari Flo?”Julliet tahu, selama ini Floryn selalu dikelilingi orang yang ingin mencelakainya, dia harus memastikan orang yang mencari temannya itu adalah seseorang yang tidak berbahaya. Julliet tidak boleh tertipu oleh penampilannya yang indah.Alfred menghela napasnya dengan berat, pria itu mengangkat tas kecil yang dijinjingnya dan menunjukannya kepada Julliet. “Aku harus mengantar obat ini untuk Flo karena dia sedang terluka. Jadi, apa Flo tinggal di gubuk, maksudku rumah itu?” tanya Alfred setelah serangkaian penjelasan singkatnya.Julliet mendengus kasar, dia sempat ingin bertanya siapa namanya, namun mendengar pria asing itu berbicara dengan nada arrogant, mendadak Julliet jadi kesal.Julliet bersedekap dan mengangkat dagunya dengan angkuh. “Biar aku melihatnya terlebih dahulu isi di tas yang kau bawa, siapa tahu kau membawa senjata,” pinta Julliet.Alfred terperangah kaget mendengar kat-kata Julliet yang mencurigainya. “Nyonya, apa penampilanku ini te
Baca selengkapnya
BAB 56: Mengobatinya
“Duduklah,” suara Alfred yang memanggil dan memerintah akhirnya terdengar.Floryn mengedarkan pandangannya mencari tempat untuk dia duduk selain kursi rotan yang kini tengah di duduki Alfred. Dilihatnya pintu rumahnya yang terbuka lebar, dia sangat berharap Julliet segera datang membawa obat untuknya.“Kenapa diam saja? duduklah.” Alfred menepuk sisi kursi yang didudukinya masih kosong. “Tapi, Tuan Muda.” Suara Floryn menghilang diudara, tubuhnya sedikit tersentak mendengar Alfred menepuk lebih kuat kursi rotan mengisyaratkan Floryn untuk segera duduk dan tidak banyak bicara.Ragu-ragu Floryn duduk di sisi Alfred, dia harus patuh dengan begitu Alfred bisa segera pergi dari kediamannya. Kembali terjebak berdua dengan Alfred Morgan begitu membuatnya sesak, Floryn selalu tidak mengerti dengan jalan pikirannya yang sulit dipahami.Sejak awal bertemu, Alfred menunjukan ketidaksukaannya, malam inipun dia bersikap demikian, namun apa yang membuat Alfred kembali datang? Jika Alfred benar-be
Baca selengkapnya
BAB 57: Kedekatan yang Semu
“Cepatlah, jangan membuang waktuku.”Floryn bergeser ragu-ragu, tanpa terduga gadis itu mendekatkan wajahnya dan menempatkan dagunya di tangan Alfred.Tubuh Alfred menegang kaku dengan mata terbelalak, terkejut oleh suatu tindakan Floryn yang tidak terduga. Kepala Floryn berada di tangannya, gadis itu menatap polos seperti seekor anak kucing yang sedang menunggu mendapatkan usapan dikepalanya.Alfred menarik napasnya kesulitan, merasakan degup jantungnya memacu cepat seakan mau meledak, darahnya berdesir panas menciptakan sempurat merah dipipinya.Bibir Alfred terkatup rapat menahan teriakan makian, memarahi kelancangan Floryn yang sudah membuatnya salah tingkah seperti seorang remaja yang berada dalam gejolak masa pubertasnya.Apa yang harus Alfred lakukan sekarang? Dia tidak tahan ingin mengusap kepalanya seperti seekor kucing peliharaan.Tangan Alfred terkepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih, berusaha kuat untuk tetap bersikap tenang tanpa menunjukan seberapa kacau pikiranny
Baca selengkapnya
BAB 58: Pernikahan Alfred
Mata Emier menyala-nyala dipenuhi oleh amarah. Sudah cukup dia dibuat pusing dengan keborosan Issabel akhir-akhir ini, kini dia Issabel kembali membuat ulah yang semakin membebani pikiran Emier.“Kemana saja sebenarnya kau pergi Issabel? Mengapa kau tidak pernah berhenti membuat masalah yang membuatku terus kesulitan?”Issabel terdiam seribu bahasa, dia kesulitan untuk membela diri dalam situasi yang sulit ini, satu-satunya cara yang bisa Issabel lakukan adalah dengan membujuk Emier. “Nolan!” teriak Emier memanggil.“Emier.” Dengan terburu-buru Issabel memeluk lengan Emier. “Jangan salahkan Nolan, dia tidak tahu apa-apa, aku membawanya sendiri saat pergi ke butik malam kemarin, maafkan aku. Kau jangan khawatir, aku akan memperbaikinya dengan uang tabunganku,” bujuk Issabel berusaha meredakan amarah Emier.Issabel harus melindungi Nolan agar dia terhindar dari masalah apapun yang kemungkinan bisa membuat Nolan dipecat.“Ini bukan hanya masalah tentang uang Issabel, ini tentang kebiasa
Baca selengkapnya
BAB 59: Penghinaan
Diantara lalu lalang orang-orang yang berjalan, Emier melihat keberadaan Floryn yang tengah duduk sendirian sambil makan, pandangan mereka saling bertemu dan mengunci.Sorot mata Emier begitu tajam dipenuhi kebencian yang tidak terelakan.Cerita Floryn dimalam itu tidak cukup mampu membuat Emier luluh apalagi memaafkan tindakannya. Cara kepergian Rafaela dan Abra jelas berbeda.Emier mengakui kesalahannya, namun kematian Rafaela bukanlah tanggung jawabnya dengan Issabel.Rafaela pergi atas keputusannya sendiri yang menyerah begitu saja, berbeda dengan Abra yang pergi karena dibunuh.Tangan Emier terkepal kuat, matanya bergerak meneliti penampilan Floryn yang kini terlihat rapi dan mampu berpakaian bagus, dia tidak lagi kusut kotor seperti gelandangan, tidak ada tas yang dia gendong.Floryn mampu makan tanpa mengais sampah dan mengantri makanan gratis.Batin Emier mulai bertanya-tanya, darimana Floryn bisa mendapatkan itu semua dalam waktu cepat? Seharusnya kini dia luntang-lantung da
Baca selengkapnya
BAB 60: Terpojokan
“Aku bukan pembunuh,” jawab Floryn gemetar, membela dirinya sendiri dari tuduhan yang sama.Issabel tersenyum sinis mendengar jawaban Floryn. “Bukan pembunuh katamu?” Issabel mendorong Floryn sampai gadis itu itu mundur beberapa langkah. “Jika kau tidak membunuh, kau tidak mungkin mendekam dipenjara!” “Cukup Issabel,” bisik Emier kembali mengingatkan, “ini bukan saat yang tepat.”“Tidak Emier. Pembunuh ini sudah mendapatkan hukuman didalam penjara, namun sampai detik ini aku tidak pernah sekalipun mendengarkan permintaan maafnya setelah dia membunuh putraku!” jawab Issabel menunjuk mata Floryn.Ucapan Issabel yang menggebu-gebu penuh amarah bercampur kesedihan membuat Emier tidak tega untuk menahannya.“Minta maaf dan bersujud di kakiku!” tuntut Issabel kembali mendorong Floryn agar terjatuh ke lantai.Floryn memeluk lebih kuat paper bagnya agar tidak jatuh, gadis itu mengedarkan pandangannya hanya untuk melihat jika tidak ada satu orangpun yang berusaha merelai. Orang-orang yang ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status