Semua Bab Mengandung Benih Majikanku: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
BAB 31
Kania meremas pakaian yang ia pakai, wanita itu kini masih berada di dalam kamar Devano merasa cemas dan tertekan. Dua hari sudah berlalu, kini dia harus mulai melakukan apa yang dijanjikan. Seseorang menekan tombol di samping pintu, lalu segera bersuara memanggil sang empu. "Kania, Tuan Devano sudah menunggu! Cepat keluar, kalau enggak kami bakal celaka gara-gara ulahmu," lontar perempuan itu.Mendengar perkataan bawahan Devano, wanita itu segera bangkit dari duduk. Sebenernya memang ia sudah rapi beberapa menit lalu, memandang pakaian yang diperintahkan pakai oleh sang majikan. Kania lekas mendorong pintu dan terlihat seorang perempuan menunggu."Apa yang kamu lakuin! Kenapa lama banget, apa kamu gak tau kesalahanmu itu bisa bahayain kami," dumel perempuan tersebut.Alex yang diperintah Devano untuk ikut menjemput Kania, lelaki itu memandang dua perempuan tersebut. "Baguslah, moga kalau kaya gini dia gak bakal berulah karena banyak yang memperingati," gumam lelaki itu. Lelaki itu
Baca selengkapnya
BAB 32
Devano melangkah pergi selesai melakukan apa yang diinginkan, meninggalkan Kania yang terdiam. Wanita itu meremas seprai dengan penuh kecemasan dan rasa sedih. Menangis menggambarkan keputusasaan perempuan tersebut. Sedangkan pria pemilik kediaman ini, senyuman kepuasan terukir di bibir, berjalan sangat mantap. Sesampai di ruang makan, lelaki ini lekas meneguk air hingga tandas. Seperti orang yang sangat kehausan. "Tuan... Makanannya biar kami hangatkan kembali," lontar beberapa pembantu. Beberapa dari mereka menggerakan tangan yang terburu-buru hendak mengambil hidangan, tetapi segera di tatap tajam Devano. Membuat gerakan semua terhenti, melihat reaksi sang majikan. Mereka segera menjatuhkan diri, lutut menyentuh lantai sekaligus dan menundukkan kepala. "Cepat, sendokan makanan! Kalau kataku gak perlu ya gak perlu! Saya butuh asupan makanan ini, gak bisa ditunda lagi," omel pria tersebut dengan gerakan tangan yang tegas dan marah."Kenapa kalian malah diam! Apa harus aku sendiri
Baca selengkapnya
BAB 33
Jantung Kania berdetak lebih cepat mendengar perkataan sang majikan, matanya sampai membulat seperti hendak keluar dari kelopak. Ia bergegas keluar dari kamar dengan berlari kencang pergi ke ruang kerja Devano, sedangkan lelaki tersebut menyeringai melihat reaksi gadis itu. "Kira-kira seru gak ya," gumam pria tersebut. Setelah bergumam lelaki itu memilih mengikuti langkah sang wanita dengan santai. Lalu saat mendekati ruangan kerja, jeritan terdengar. Sedangkan Kania sudah berusaha memohon para orang yang menghukum untuk menghentikan siksaan. "Udah, tolong ... Berhenti! Aku udah ada di sini." Wanita itu memegangi kaki yang memukul para pelayan, membuat pria tengah melaksanakan tugas sedikit kesulitan karena tak ingin melukai Kania. "Kania, tolong ... Jangan sulitkan kami, kamu harusnya minta ke Tuan Devano, dia yang memutuskan, " lontar lelaki itu. Mendengar itu Kania masih terus memohon, sedangkan yang dihukum menangis kesakitan. Mereka juga tidak bisa lari karena akan lebih me
Baca selengkapnya
BAB 34
Kania langsung memalingkan wajah mendengar perkataan Devano. Sedangkan pria tersebut hanya menyeringai lalu lekas bangkit, dia melangkah menuju meja kerja dan mengambil berkas. "Tangkaplah! Baca baik-baik aturan yang dibuat, jangan lupa patuhi juga," lontar Devano. Selesai berkata demikian, Devano segera melempar ke arah Kania. Wanita tersebut spontan hendak menangkap benda itu, tetapi tidak dapat. Pemilik kediaman ini hanya menggelengkan kepala dan memilih duduk di kursi mulai berkerja. "Jangan sampai ada aturan yang terlewat!" Devano berkata dengan nada menekan, mendengar hal tersebut Kania mendengkus. Ia segera mengambil berkas yang jatuh ke lantai lalu lekas memandang benda yang berada di tangannya. "Tuan, yang bener aja!" pekik Kania.Lelaki itu hanya melirik sekilas lalu fokus mengerjakan pekerjaannya lagi. "Semuanya bener kok," balas Devano santai. Mendengar jawaban lelaki itu, Kania segera bangkit lalu perlahan mendekati pria tersebut. "Nomor ini gak bener lho, aku ga
Baca selengkapnya
BAB 35
Wajah Kania masih terlihat memerah akibat berusaha menahan malu saat membantu sang lelaki membersihkan diri. Devano memerintahkan perempuannya untuk membantu menggosok tubuh, kini dia sudah lama keluar dari bilik mandi. Kini wanita itu berada di kamar, sedangkan Devano tengah berpakaian di ruang ganti. Kania sudah memakai pakaian dan sekarang sedang duduk di ranjang sambil terus diserang pikirannya. Bahkan tangannya meremas seprai, rasa gelisah menyusup di hati. Menciptakan perasaan yang membuat perempuan ini campur aduk. "Apa yang harus aku lakukan?" gumam Kania pelan. matanya tak berhenti bergerak ke sana dan kemari, begitupun pikiran terus melayang. Ia tengah memikirkan kemungkinan yang terjadi jika ia bertindak. "Kira-kira dia bakal marah gak ya? Argh ... Aku bingung banget," desisnya pelan. Tepat pada saat itu, Devano keluar dari ruang ganti dengan langkah mantap. Tatapannya jatuh tepat pada Kania yang masih terdiam dalam lamunan, senyum muncul di bibirnya dan keningnya sed
Baca selengkapnya
BAB 36
Kania menarik napas dalam karena akhirnya bisa menghirup udara luar. Tangannya mencengkram erat tas selempang yang ia pakai. Wanita itu segera melangkah menuju luar, sedangkan ada satu pembantu terus menatap tanpa berkedip. "Aku harus balas dendam, enak aja sekarang dia bisa bebas pergi-pergian," batin perempuan tersebut. Tangannya terkepal tanda tengah menahan emosi, pandangannya tak lepas dari Kania yang tengah mengobrol dengan satpam. Terlihat wanita itu sedang menelepon Devano untuk bukti diperbolehkan keluar."Kalau gitu silakan, tapi ingat pulang secepatnya. Jangan membuat kesalahan sampai membuat Tuan Devano marah," nasihat lelaki itu. Wanita itu menganggukan kepala, ia melangkah keluar kediaman dengan tangan segera memasukan handphone dalam tas. Perempuan tersebut berjalan terus di jalanan, melirik ke sana kemari mencari kendaraan. Saat hendak memberhentikan alat transportasi. Gadis ini tersadar jika tidak memiliki uang sedikitpun. "Huh ... gimana ini, aku uang aja gak pun
Baca selengkapnya
BAB 37
Mata Kania melotot mendengar ucapan wanita itu, lalu perempuan tersebut berpamitan saat ada seseorang yang memanggilnya. "Nia, ayo masuk! Aku haus nih," ajak Yasmin. Dia berusaha membuyarkan pikiran Kania yang terlihat tengah melamun memikirkan perkataan wanita tadi. Mendengar ajakan Yasmin, perempuan tersebut segera memegang lengan sang teman lalu masuk ke kediaman. Mata gadis ini melirik setiap sudut kediaman mencari apakah ada kerusakan. "Makasih ya, Nia. Aku numpang istirahat sebentar," lontar Yasmin. Wanita itu menganggukan kepala lalu ia pamit untuk melihat sekeliling kediaman, sedangkan Yasmin saat sudah tak ada Kania di ruangan ini. Dia lekas memotret dan mengirim hasil gambar ke Devano. (Udah sampai Tuan.) Setelah mengirim pesan itu Yasmin segera memasukan handphone ke saku saat melihat kedatangan Kania yang membawa beberapa cemilan. "Ini ada sedikit cemilan, Yas. Kamu pasti lapar setelah bawa motor," ujar Kania. Yasmin menganggukkan kepala lalu tak sungkan memasukan
Baca selengkapnya
BAB 38
Yasmin merasa ada yang tak beres, ia lekas memegang lengan Kania. Wanita itu memandang dengan ekspresi khawatir, sementara para preman menyeringai melihat dua perempuan di hadapan mereka. "Bastian!" pekik Kania. Mendengar namanya keluar dari bibir Kania, lelaki itu menyeringai. Ia bersidekap dan memandang sang gadis dengan tangan bersidekap. "Senang mendengarmu memanggilku, kemana aja? Udah lama gak ketemu pasti kamu kangen ya," goda Bastian. Saat berkata demikian Bastian melangkah mendekat, membuat Kania membulatkan mata. Dengan spontan menunjuk lelaki itu dan berteriak. "Berhenti! Jangan macam-macam, kalian mau apa. Kalau enggak aku bakal teriak biar kalian dipukulin warga," seru Kania. Suaranya lumayan keras, nada suara menunjukan ketegasan dalam situasi yang tegang ini. Bastian langsung tertawa mendengar perkataan Kania, tawa lelaki ini menular pada sang bawahan. Membuat kedua perempuan ini melotot dan Kania mengigit bibir karena cemas. 'Jangan mendekat!" Yasmin berteriak
Baca selengkapnya
BAB 39
Sedangkan di tempat lain, dua perempuan itu kini berada di dalam gedung. Tubuh mereka didudukan ke kursi dan diikat dengan kencang. Ruangan tersebut banyak sekali debu dan sangat lembab karena tak terpapar sinar matahari. Sangat sepi tidak ada kendaraan berlalu lalang, tempat ini sangat pas untuk markas penjahat. "Bos, dia masih tidur. Apa kita bangunin?" tanya salah satu preman.Bastian langsung menoleh ke arah asal suara, lalu menggelengkan kepala. "Gak perlu, kita istirahat sebentar aja. Lagian dia gak bakal ada yang nyari, aku pernah liat Ibu dan adiknya pergi ke bandara," balas Bastian.Mereka menghela napas kecewa lalu menganggukan kepala. Semua segera meneguk air karena merasa haus, sedangkan orang yang memata-matain Kania baru saja sampai. Lelaki itu selalu melakukan video call dengan Devano, tak lupa memakai headset untuk mendengar perintah sang bos. "Cepatlah masuk! Apa yang lain belum sampai," seru lelaki itu.Mendengar perkataan Bosnya, ia segera menjawab lalu dia seger
Baca selengkapnya
BAB 40
Bastian mengeluarkan suara penuh amarah, bahkan nada suara gemetar saking emosinya. Sedangkan lelaki yang tadi hendak membuka ikatan pada Kania beralih ke Yasmin, ia segera melepaskan wanita ini walau sesekali mendesah akibat bersentuhan kulit. "Kau diberi obat perangsang," ucap lelaki itu.Yasmin hanya mengangguk lemas, ia sesekali meneguk ludah beberapa kali. Melihat wanita yang baru di bantu lepaskan, pakaiannya terkoyak segera ia melepaskan kaos dan memberikan pada Yasmin. "Cepatlah, pakai! Nanti kamu bakal menyesal kalau gak buru-buru," perintah lelaki itu.Wanita itu menggelengkan kepala beberapa kali, keringat bercucuran di tubuhnya. Melihat hal ini lelaki tersebut saat melihat seember air segera mengambil dan menyiram Yasmin, membuat perempuan ini memekik. "Apa yang kamu lakukan!" teriak Yasmin. Pria tersebut mengedikan bahunya, dia segera memegang pakaian yang di pakai mereka. "Cepat ikut aku, kalau enggak kalian kena tinju diperkelahian ini," serunya. Yasmin menatap mu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status